TUJUH belas tahun mengabdi sebagai guru honor, bukanlah waktu singkat. Selama kurun waktu ia tetap semangat mengajar anak didik, meskipun hanya dibayar Rp500 ribu per bulan. Jumlah yang tak pantas, jika dibanding harga-harga kebutuhan pokok sehari-hari.
Itulah dialami Pinta Riza, S.Pd., seorang guru SD Negeri 346 Kampung Kapas, Kecamatan Batahan, Mandailing Natal (Madina), Sumut. Pada 1 Januari 2024 nanti, genap sudah 17 tahun ia mengajar sebagai tenaga honor komite di sekolah tersebut. “Kalau bicara cukup, ya tidak cukuplah,” katanya kepada Beritahuta, belum lama ini.
Pengakuan Pinta tak terbantahkan. Apalagi si sulung, saat ini sedang duduk sebagai siswi kelas tiga MAN 1 Madina di Panyabungan. Belum lagi untuk keperluan tiga buah hati lainnya, tentulah sangat besar. Beruntung, sang suami: Darusman, punya aktivitas sehari-hari sebagai petani kebun sawit di wilayah Batahan.
Sejak awal menjadi tenaga honor di tempat mengajar sekarang, ibu rumah tangga lulusan Universitas Terbuka (UT) Medan ini ingin menjadi guru PNS (Pegawai Negeri Sipil). Hanya saja, secara administrasi saat itu ia tidak bisa ikut tes seleksi karena terkendala persyaratan. Gelar sarjananya baru didapat dua tahun lalu, 2021.
“Jarak yang jauh ke Panyabungan dan kesibukan mengurus rumah tangga membuat saya agak terlambat lulus kuliah,” ujar Pinta.
Sewaktu ada kesempatan mengurus masuk database tenaga honorer, guru kelas di SDN 346 Kampung Kapas, ini juga tidak mendaftar. Alasannya, secara administrasi belum memenuhi syarat.
Di ujung tahun ini, Pinta mendaftar masuk PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) formasi guru. Ia sudah mengikuti tes tertulis di Medan beberapa hari lalu.
Pinta berharap bisa lulus PPPK, apalagi nilai passing grade diraih cukup meyakinkan. Ia ikut ujian sesi tiga, mendapat rangking 171. dengan passing grade.
Informasinya, ada sekitar tujuh sesi yang ikut tes di Medan. Setiap sesi terdiri sekitar 400 peserta. “Saya optimis, dan terus berdoa agar dapat meraih hasil terbaik dalam rekriutmen tenaga guru PPPK ini,” katanya.(*)
Editor: Akhir Matondang