BERBAGI
ULANG JANJI TO JANJI--Saat mengikuti karnaval, Rabu (16/8/2023) lalu, entah bagaimana ceritanya 'umak-umak Pasar Baru Panyabungan sempat berdemo di depan bupati. "Ulang Janji To Janji" , tulis mereka dalam sebuah poster. (foto: ist)

SEJUMLAH rekan sesama wartawan sepakat peringatan HUT ke-78 RI tingkat Mandailing Natal (Madina), Sumut kali ini paling unik sejak kabupaten ini lahir. Itu juga tercermin dalam perbincangan di tengah masyarakat serta nyinyir para pengguna media sosial.

Sungguh, sangat terlalu jika pemkab menganggap rentetan kejanggalan sesuatu yang lumrah. Bahkan sampai ada pejabat tinggi di Madina terjatuh usai upacara penurunan bendera, 17 Agustus 2023 petang. Tegurankah ini, kita tidak tahu.

Meskipun hal itu memalukan, saya tak ingin membahasnya. Biarlah itu bagian dari catatan sejarah di teras Masjid Agung Nur Ala Nur, Aek Godang, Panyabungan, Madina.

foto: ist

Cuma kedepan perlu dipikirkan lagi secara matang apakah upacara kenegaraan atau bersifat gawe nasional masih pantas dilaksanakan di halaman masjid. Kalau lomba qasidah, MTQ, atau kegiatan lain bernuansa islami, memang sangat wajar. Tetapi kegiatan ucapara 17-an, HUT PGRI, HUT Korpri, dan lainnya mestinya perlu dievaluasi.

Unik, sebab bagi kita, kaum muslim, masjid adalah tempat suci. Jika di sekitarnya diadakan kegiatan nasional, tidak menutup kemungkinan terjadi maksiat. Pakaian mereka yang datang ke lokasi memungkinkan tak sesuai syari’at Islam. Saling bersentuhan antaralain jenis yang bukan mahram. Pastinya tidak semua yang datang kesana muslim.

Soal kegiatan Expo Ekonomi Kreatif Madina 2023, tak terbantahkan lagi suatu kegiatan unik, Mubazir. Menghamburkan anggaran tanpa jelas tujuannya. Memeriahkan, tidak. Merangsang pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), juga  tidak.

foto: akhir matondang

Saya sudah coba telusuri jumlah anggaran untuk pelaksanaan expo itu, tetapi belum berhasil. Ada semacam gerakan ‘tutup mulut’ para pihak berkompeten.

Yang pasti, dari expo itu patut diduga pemkab melalui panitia hanya menjadikan pelaku UMKM sebagai ‘korban’ sehingga terkesan peserta adalah binaan pemkab. Apalagi dengan sebutan expo. Apalagi posisi stand ditempatkan paling timur masjid. Kalau memang niatnya mau memajukan ekonomi kreatif, kenapa tidak di lapangan agak ke barat sedikit.

Ada lagi. Stand Dinas Ketahanan Pangan Madina di expo hanya menjual ‘kebohongan’ agar beras Bulog mereka laris manis. Beras Bulog, disebut beras biasa yang dijual di pasar. Hanya penyimpanannya saja kata mereka di gudang Bulog. Unik.

BERITA TERKAIT  “Bawaslu Madina, Entah Apa yang Merasukimu...”

Lebih unik lagi, cerita ‘lobe putih’ juga suatu saat masih pantas dikupas. Jika memang ‘bapak itu’ seorang tokoh yang berjasa bagi daerah, kenapa pada era kepemimpinan sebelum-sebelumnya tidak ada perlakuan istimewa seperti masa kini terhadap beliau.

Redaksi Beritahuta masih punya sejumlah dokumentasi berupa foto kehadiran ‘bapak itu’ di sejumlah agenda pemkab dan pemprov. Itu kelak bakal membantah narasi ‘klarifikasi’ di salah satu grup WhatsApp.

Rentetan foto bupati, wakil bupati, ketua dewan, unsur Forkopimda plus, dan ketua TP-PKK Madina menurut saya suatu hal yang unik juga. Berlebihan. Jumlahnya sampai 110 tiang.

foto: akhir matondang

Satu tiang  terdiri dua banner. Ide siapalah ini. Kalau saja biaya pemasang gambar itu diberikan kepada petugas kebersihan yang selama kegiatan perayaan 17-an volume pekerjaan bertambah, alangkah senangnya mereka. Unik kali kutengok.

Jika ingin lebih meriah perayaan 17-an, masih lebih logis perbanyak umbul-umbul bernuansa merah putih. Jelas, lebih murah. Habis perayaan, dikumpulkan. Tahun depan, bisa dipakai. Ini, siapa lagi yang mau foto-foto kapolres, kejari, ketua PN, ketua PA, dan lainnya. Unik kan, dan belum pernah saya tahu ada hal seperti ini di kabupaten lain.

Bukankah hal ini bakal menjadi preseden buruk. Apalagi jelang pileg seperti sekarang. Tak menutup kemungkinan nanti para caleg memasang banner di jalur pembatas jalan Kota Panyabungan, atau di pinggir kiri kanan sepanjang jalan. Ini kan merusak keindahhan kota, yang memang sudah semrawut. Jika ini terjadi, siapa yang salah.

Lalu, soal ‘tragedi’ penjemuran warga dan peserta karnaval sampai mencapai delapan jam—pukul 08.00 sampai 16.00–, juga luar biasa uniknya.

foto: akhir matondang

Ada kerusuhan sampai lima pemuda menjadi korban kekerasan. Satu di antaranya diduga terkena luka benda tajam. Ini sungguh unik. Pesta rakyat berubah menjadi sesuatu yang menyayat.

BERITA TERKAIT  Pemkab Madina "Rampas" Hiburan dan Rezeki Masyarakat: Karnaval, Salah Kau Apa...

Terakhir, baru  kali pertama dalam sejarah di negeri ini umak-umak dengan leluasa menyampaikan protes seperti demonstrasi di arena karnaval dalam rangka perayaan HUT RI. Mereka sampaikan aspirasi di depan podium terhormat, semua pejabat daerah di sana.

Entah mimpi apa bupati, wakil bupati, dan jajaran pemkab lainnya sehingga seolah dipermalukan para pedagang Pasar Baru pada acara resmi bertajuk HUT Kemerdekaan RI. Bertabur simbol negara dan warna bendera. Kinerja protoker yang sangat unik.

Ide siapalah aksi tersebut. Siapapun anda, saya sampaikan salut. Pemikiran kalian lebih cerdas dari seorang protokoler pemkab.

Kenapa apreasisi untuk mereka, sebab saya merasakan apa yang mereka rasakan dalam beberapa tahun terakhir pasca pasar terbesar di Madina  terbakar. Kami sama-sama mencari makan dari uang konsumen. Bukan dari hasil korupsi, tidak dari memanfaatkan jabatan untuk mendapatkan proyek, memanfaatkan jabatan untuk berjualan pakaian korpri dan batik kepada para pegawai. Tidak.

Kami tak bisa bernepotisme seperti mereka yang sekarang memegang jabatan atas nama amanah yang diberikan masyarakat.

Para pejabat pasti tidak paham jeritan para pedagang. Para pejabat kan hanya bisa berjanji dan berjanji, entah kapan terwujud,  itu urusan belakangan.

Hitung-hutungan saya, jelang Idul Fitri 2024 nanti belum tentu pasar tersebut bisa dipakai. Sebab urusan serah terima antara kementerian dan daerah, bukan hal mudah. Semoga saya salah.

Itu sama halnya ketika pada akhir 2022 lalu salah seorang kepala dinas menyebutkan pihaknya berusaha agar pasar baru dibangun bisa dipakai jelang puasa. Rupanya hanya ‘angin surga’  sekadar ‘penyejuk’ agar pedagang tak bergejolak. Unik kan.

Lebih unik lagi, patut diduga proyek yang sedang dikerjakan di sana saat ini masih kroni mereka juga. Unik, unik…mungkin HUT ke-78 RI paling unik di negeri ini…

Akhiruddin Matondang

 

BERBAGI