BERBAGI

PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Pembicaraan soal dugaan bisnis yang dilakukan pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Mandailing Natal (Madina), Sumut saat penerimaan murid baru kian melebar. Taksiran secara kasar, keuntungan yang didapat sekolah ini dari penjualan beberapa item saja bisa mencapai Rp160 juta.

Dalam suatu pembicaraan melalui telpon dengan beberapa pihak yang paham mengenai jenis barang yang dijual koperasi MTsN 2 Madina terhadap para murid baru, harga satuan yang dilegalkan komite sekolah dinilai tak berorientasi sosial, layaknya dunia pendidikan. Bahkan tergolong mark-up untuk mendapatkan cuan besar.

Wajar saja sejumlah wali murid baru hasil PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) 2024 mengeluh. Apalagi sebagian di antara mereka pedagang, sehingga tahu harga sesungguhnya barang keperluan sekolah itu di pasaran.

“Kalau koperasi mengambil untung secara wajar, bagi kami sah-sah saja. On ana santing dongan,” kata seorang orang tua murid baru, Jumat (17/5/2024) petang.

Berdasarkan informasi didapat Beritahuta.com, wali murid perempuan membayar: Rp775.000,-, sementara wali murid laki-laki: Rp675.000,-. Ada perbedaan Rp100 ribu lantaran perempuan diharuskan membeli tiga jilbab.

Dari dana tersebut, siswa perempuan mendapat: satu stel kaos olahraga, satu potong baju batik; 1 pcs sampul rapor; enam pcs bed atribut baju putih (dua lokasi sekolah, dua ikhlas beramal, dan dua bendera merah putih), tiga atribut baju pramuka (terdiri bed: logo Pemprovsu, Mandailing Natal, dan gudep), serta tiga potong jilbab berbodir logo ikhlas beramal (warna: putih, biru, dan cokelat).

Siswa laki-laki mendapat satu potong baju batik lengan pendek, satu stel kaos olahraga lengan pendek, dasi, peci, sampul rapor, bed baju putih dan bed baju pramuka.

Baju batik bahan sanwos atau bsy untuk perempuan dibandrol: Rp185 ribu; baju olahraga Rp225 ribu/stel; sembilan pcs atribut baju putih dan baju pramuka: Rp80 rb; tiga jilbab 180 ribu, serta sampul rapor: 85 ribu.

Pada Jumat (17/5/2024) siang, beberapa pedagang yang biasa menjual jenis keperluan sekolah bincang-bincang melalui telpon membahas pemberitaan media ini soal bisnis MTsn 2 Madina terhadap murid baru.

Dalam obrolan itu disimpulkan, harga beli baju batik sanwos atau bahan licin untuk tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) paling tinggi Rp85 ribu untuk perempuan, dan Rp80 ribu (lengan pendek).

Mark-up paling fantastis pada pakaian olahraga atau kerap disebut ‘baju training’. Item ini dibandrol Rp225 ribu. Bisa jadi ini harga tertinggi bagi sekolah negeri tingkat SLTP di Madina.

Harga beli baju olahraga tingkat SLTP di Madina paling mahal Rp90 ribu sampai Rp100 ribu. Jika ditambah jilbab Rp35 ribu, menjadi 135 ribu “Biasanya kalau order banyak, makin murah,” kata seorang pedagang, yang juga pernah sebagai pegawai konveksi.

BERITA TERKAIT  Dinas Pendidikan Madina Diduga Gerogoti Dana BOS, Terakhir ‘Dipaksa’ Beli Alat Rebana

Bahan jilbab warna biru kualitasnya tidak sebagus jilbab cokelat dan putih. Meski begitu, ketiga jilbab ini dihargai masing-masing Rp60 ribu/potong. Jilbab biru kemungkinan jenis hero—biasa dipakai bahan jilbab anak PAUD atau TK. Kemungkinan lain yakni bahan paris.

Itulah sebabnya kualitas jilbab tersebut banyak dikeluhkan wali murid dan putri mereka. Salah satunya disebabkan tipis dan bordiran pun tidak rapi. Harga beli jilbab seperti ini, plus bordir, neci, dan pita paling mahal Rp45 ribu.

Bed bordir baju putih dan baju pramuka, jika dirata-ratakan, harga beli bed dengan jumlah order 400-an pcs paling tinggi Rp3 ribu/pcs. Bahkan, harga bed bendara merah putih serta logo ikhlas beramal jauh lebih murah. Bisa Rp1500/ pcs. Katakanlah harga rata-rata Rp4 ribu/pcs, jika dikali sembilan pcs: 36 ribu.

Lalu, sampul rapor. Harga pesanan jenis ini juga dipengaruhi jumlah cetak. Untuk 400 sampul rapor, tergolong banyak. Jika ditetapkan modal beli koperasi Rp50 ribu/sampul, sudah harga sangat tinggi.

Dengan estimasi modal pembelian tinggi seperti disebutkan itu, kentungan didapat dari batik Rp100 ribu, baju olahraga (Rp90 ribu), 3 jilbab dikalikan Rp15 ribu (Rp45 ribu), sembilan bed bordir (Rp44 ribu), dan sampul rapor (Rp30 ribu). Total Rp309 ribu. Jika diasumsikan angka keuntungan ini didapat dari murid laki-laki dan perempuan sama, dikali 400 murid baru, hasilnya: Rp123,6 juta.

“Memang ada yang enggak beli jilbab karena dapat dari saudaranya, misalnya. Tetapi jangan salah banyak juga murid baru beli lebih dari satu jilbab. Murid lama juga pasti ada yang beli. Demikian juga item lain. Sangat wajar jika tetap dikalikan 400 stel dari beberapa item itu,” ujar sumber media ini mengomentari berita media ini berjudul: Orang Tua Murid Baru Mengeluh, Pihak MTsN 2 Madina Dituding Berbisnis.

Salah seorang pedagang di Panyabungan malah tertawa mendengar rincian taksiran harga-harga tersebut. “Saya mampu mengadakan jenis barang yang sama dengan memberikan fee kepada pihak sekolah Rp400 ribu/murid baru, baik untuk belanja siswa perempuan maupun belanja siswa laki-laki,” katanya.

Dengan demikian, jika fee Rp400 ribu/siswa dikali 400 murid baru, maka hasilnya: Rp160 juta.

Dengan kata lain, menurut hitungan dia, sebenarnya hanya dengan Rp375 ribu  (murid perempuan) dan Rp275 ribu (murid laki-laki), sudah cukup bagi pihak MTsN 2 Madina sebagai modal belanja barang-barang sesuai item dimaksud.

BERITA TERKAIT  Tambang Emas Ilegal di Madina, Konflik di Sibaluang Seakan Hanya Tunggu Bom Waktu

Sekadar gambaran saja, 1 potong batik laki-laki lengan pendek: Rp70 ribu; 1 potong baju olahraga lengan pendek (Rp75 ribu); dasi (Rp20 ribu), peci (Rp40 ribu); atribut (Rp30 ribu), dan sampul rapor (Rp40 ribu).  Total, 275 ribu.

Harga mencolok juga terdapat pada penjualan baju putih dan bawahan biru, termasuk stelan seragam pramuka. Seperti disebutkan Muhammad Amin, ketua komite sekolah MTsN 2 Madina, koperasi juga menjual dua jenis seragam tersebut.

Harga baju putih dan baju pramuka saja untuk perempuan: Rp180 ribu/potong. ”Sudah termasuk atribut bed sesuai ketentuan. Itu harga atasan saja,” kata Muhammad Amin.

Muhammad Amin ”Ronggur” Nasution, penyalur seragam Mr Ben di Madina, menyebutkan jika dirata-rata baju kurung tingkat SMP paling mahal modal sekitar Rp100 ribu/ potong. Jika ditambah bed atribut, sebut saja 4 pcs X Rp3 ribu, jumlahnya: Rp112 ribu/ potong. Ada keuntungan:Rp68 ribu/potong.

“Setelan seragam pramuka dan putih tidak wajib dibeli di koperasi. Baju olahraga, batik, atribut, sampul rapor, jilbab, peci, dan dasi juga tak mesti beli di sekolah. Boleh di luar, syaratnya harus sama,” jelas Muhammad Amin.

Ungkapan ketua komite itu terkesan membodohi. Soalnya, ada beberapa item sulit didapat di luar sekolah lantaran menyangkut cetakan, warna, dan jenis bahan harus sama.

“Dimana kami bisa membeli  baju olahraga yang persis sama, tulisan dan bahan. Itukan hal yang tak mungkin. Nyari jilbab yang warna sama dengan yang dijual koperasi, saya kira sulit. Mau tidak mau harus beli di sekolah,. Mau tidak mau kami harus siap ‘dicekik’,” kata wali murid melalui telepon, Jumat (17/5/2024) siang.

Seperti diberitakan, aroma bisnis berembus pada proses penerimaan murid baru MTsN) 2 Madina. Sejumlah wali murid baru menuding pihak sekolah menjual baju olaharaga dan beberapa item keperluan lain bagi murid dengan harga tak logis.

Wali murid baru menyebutkan biaya pembelian baju olahraga, batik, jilbab, atribut seragam putih, baju pramuka, sampul rapor dan lainnya sangatlah tidak masuk akal. Siapa pun tak bisa bantah, besaran harga tersebut dapat disebut bisnis yang dikemas atas nama koperasi dan dilegalkan komite sekolah.

Berdasarkan pengumuman panitia PPDB MTsN 2 Madina yang ditanda tangani Ummi Salamah, kepala MTsN 2 Madina, jumlah siswa baru tahun 2024 sebanyak 400 orang dari 591 pendaftar.

Ummi Salamah ketika dikonfirmasi, belum lama ini, mempersilakan Beritahuta menanyakan mengenai masalah yang sedang ramai diperbincangkan ini terhadap pihak komite sekolah. (*)

Editor: Akhir Matondang

 

BERBAGI