BERBAGI
foto ilustrasi (ist)

JIKA dihitung mundur, pendaftaran bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati Mandailing Natal (Madina), Sumut pada Pilkada serentak 2024 tinggal 20 hari lagi. Meskipun masa pendaftaran ke KPU (Komisi Pemilihan Umum) kian dekat, namun belum satu pun di antara mereka yang bakal bertarung “pamer” rekomendasi dukungan partai politik (parpol).

Setali tiga uang, tak seorang pun di antara nama-nama yang belakangan disebut-sebut bakal maju pada Pilkada Madina 2024 melakukan deklarasi pasangan. Mereka antara lain: Ivan Iskandar Batubara, Harun Mustafa Nasution, Fahrizal Nasution, Dahlan Hasan Nasution, Atika Azmi Utammi, Endar Sutan Lubis, dan Saifullah Nasution.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra Madina Erwin Efendi Lubis saat bertemu wartawan di Taman Kota Panyabungan, Selasa (6/8/2024), menyebutkan partainya bakal mengusung kader sendiri pada Pilkada daerah ini, yakni Harun Mustafa Nasution.

Gerindra dan Partai Golkar, kata dia, sudah sepakat bakal mengusung Harun. Bahkan, Senin (12/8/2024) pekan depan, direncanakan bakal deklarasi bersama pasangan bakal calon (balon) wakil bupati. Ini artinya, hampir dipastikan hilang sudah harapan Saifullah dan Atika—sebagai kader Golkar—mendapat dukungan partai berlambang beringin.

Ketua DPRD Madina itu tak menjelaskan siapa balon wakil bupati pasangan Harun. Berdasarkan kalkulasi politik, sepertinya figur Endar berpeluang mendampingi cucu pendiri Pesantren Musthafawiyah Purba Baru tersebut.

Menurut saya, ada beberapa alasan. Selama ini nama Endar identik dengan Bobby Nasution, walikota Medan. Itu antara lain lantaran bilboard bergambar Bobby dan Endar sempat terpampang di beberapa tempat, termasuk di pusat Kota Panyabungan. Diperkuat pula, dia adalah salah seorang pejaba dit lingkungan Pemko Medan.

Perkiraan itu makin menguat lantaran Musa Rajecksah alias Ijeck gagal maju pada Pilgubsu 2024. Golkar, parpol “milik” Ijeck sudah memutuskan mengusung Bobby pada Pilgubsu 2024. Desas-desus yang beredar, Ijeck didaulat sebagai ketua tim pemenangan menantu Presiden Jokowi tersebut.

Ini artinya Ijeck punya bargaining politik yang kuat terhadap Bobby, juga terhadap partainya. Itu pula sebabnya, nama Harun yang sempat hilang dari pentas Pilkada 2024 mendadak muncul lagi.

Publik tahu hubungan persahabatan Ijeck dan Harun sudahseperti saudara kandung. Tadinya, pasca gagal meraih kursi DPR-RI dari Partai Gerindra pada pemilu legislatif lalu, wakil ketua DPRD Sumut tersebut sempat digadang-gadang hendak maju sebagai balon wakil gubernur Sumut.

BERITA TERKAIT  "Masihkah Kita Berharap Transparansi pada Setiap Insiden di PT SMGP..."

Bisa jadi Ijeck meyakinkan Bobby dan partainya agar Harun dicalonkan di Madina. Buktinya, tiket dari Gerindra dan Golkar sudah digenggam. Dalam kaitan ini, hampir dipastikan Ijeck berperan besar.

Bagaimana dengan Endar. Jika betul putra asal Mandailing Julu, ini “orangnya’ Bobby, maka peran balon gubernur Sumut ini yang diandalkan untuk melobi kedua partai besar itu kandas sudah. Juga rasanya kecil kemungkinan Endar mau berhadapan dengan Harun. Melawan Harun, berarti bertarung dengan Bobby.

Bagi Bobby bersahabat dengan Harun pada pilkada serentak nanti lebih banyak untung daripada ruginya. Itu pula mungkin narasi yang disampaikan Ijeck, baik terhadap Golkar maupun Gerindra.

Jika Harun dan Endar sepakat satu perahu, lalu apakah Endar mau jadi balon wakil. Demikian sebaliknya, rasanya tak mungkin Harun berlapang dada sebagai balon wakilnya Endar.

Tetapi politik itu dinamis. Segala sesuatu bisa terjadi sepanjang ada komunikasi yang baik. Pastinya, jika Harun dan Endar bersanding, ini menjadi kekuatan marga terbesar di Madina: Nasution dan Lubis. Juga perpaduan legislatif-eksekutif. Satu lagi, gabungan Mandailing Godang dan Mandailing Julu.

Namun ketika bincang-bincang dengan wartawan, Erwin Efendi Lubis mengatakan balon wakil Harun adalah dari Golkar. Jika ini betul, berarti bukan Endar. Sebab dia bukan orang partai, tetapi birokrat.

Lalu siapa. Informasi yang sampai ke telingan saya, dia merupakan pengurus Partai Golkar di salah satu tingkatan di Sumut. Tidak elok menyebut namanya, konon bermarga Nasution juga. Jika ini betul, tentu figur yang sangat asing bagi masyarakat Madina.

Satu perahu lagi yang kemungkinan siap belayar adalah Saifullah dan Atika. Memang belum ada pernyataan resmi dari pihak Saifullah, maupun Atika, namun di kalangan tim sukses para balon bupati berkembang informasi tiga parpol sudah menetapkan dukungan terhadap pasangan ini, yakni PKB, PKS dan Demokrat.

Meskipun Saifullah-Atika santer disebut-sebut bakal berpasangan, namun tampaknya pasangan ini masih dihadapkan pada persoalan. Konon, internal PKS di Madina kurang sreg terhadap sosok Atika. Tetapi mereka tak bisa berbuat banyak lantaran rekomendasi DPP PKS tidak menyebutkan nama balon wakil bupati, melainkan hanya nama balon bupati.

BERITA TERKAIT  Pemkab Madina "Rampas" Hiburan dan Rezeki Masyarakat: Karnaval, Salah Kau Apa...

PKS sudah coba mencari alternatif lain, namun belum dapat. Misalnya, ketika PKS menyodorkan si A, misalnya, Saifullah merasa tidak pas. PKS meminta kesediaan si B, yang juga kader salah satu partai pengusung, si B belum siap. Sementara dari kader PKS sendiri kabarnya juga belum ada yang siap.

Bagaimana dengan balon bupati lainnya. Merujuk “Harun vs Saifullah” seperti disebutkan tersebut maka sisa kursi yang belum diketahui arah dukungannya, yakni: NasDem (5 kursi),  PAN (3 kursi), Hanura (2 kursi), PPP, PDIP dan Perindo masing-masing satu kursi. Total: 13 kursi.

Jika dikutak-katik, ke-13 kursi tersebut masih memungkinkan terbentuk satu perahu lagi. Sesuai ketentuan, pasangan calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah di Madina minimal didukung delapan kursi dewan atau 25 persen perolehan suara Pemilu 2024.

Bagaimana dengan nasib Ivan, yang sempat menggebu-gebu dengan jargon Patujuloon Mandailing Natal. Jika melihat perkembangan terakhir, sepertinya agak redup. Belum redup ya, karena para tim suksesnya masih yakin jago mereka bakal berlayar. Sekali lagi, masih agak redup. Siapa tahu ini bagian dari strategi.

Demikian juga Dahlan Hasan dan Fahrizal, harus bisa memanfaatkan waktu yang tersisa mengambil hati pimpinan parpol di pusat jika masih ingin menjadi bagian dari kontestan Pilkada Madina pada, 27 November 2024. Kita tidak tahu juga, jangan-jangan Dahlan dan Fahrizal juga sudah pegang “tiket” untuk berlayar. Kita tak tahu, jangan-jangan juga bagian dari strategi mereka.

Jika pertarungan hanya Harun vs Saifullah, berarti ke-13 kursi itu bakal bergabung dengan dua balon bupati yang juga sama-sama bersaing pada pemilu legislatif lalu sebagai calon anggota DPR-RI.

Dalam politik, semua masih mungkin terjadi sebelum rekomendasi dukungan parpol diserahkan ke KPU Madina pada, 27-29 Agustus 2024. Demikian juga pasangan masing-masing, sebelum “janur kuning melengkung”, masih memungkinkan berganti. ***

AKHIRUDDIN MATONDANG, pemimpin redaksi dan penanggung jawab Beritahuta.com

BERBAGI