BERITAHUta.com—Sebelum menentukan pilihan di Pilkada Madina 2020, sebaiknya masyarakat mengevaluasi apakah petahana yang mencalon kembali berhasil selama menjabat bupati atau sebaliknya.
Jika dianggap kinerja sang petahana berhasil, maka layak dilanjutkan. Sebaliknya jika dinilai gagal, apalagi kinerja tidak jelas dan hanya sekadar janji-janji, tidak ada pilihan lain harus diganti.
Penegasan itu disampaikan DR. Afriadi S. Hasibuan, MPA. M.Com, mantan kepala penelitian dan pengembangan (Litbang) di Kementerian Dalam Negeri RI, Jakarta.
Menurut Afriadi, ada beberapa indikator untuk menilai keberhasilan seorang kepala daerah selama ia memimpin.
Pertama, pendapatan asli daerah (PAD) meningkat dan daya beli masyarakat pun meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai standar yang ditentukan.
Kedua, meningkatnya melek huruf dari SD sampai perguruan tinggi (PT). Hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah, juga sesuai standar yang ditentukan.
“Ketiga, lapangan kerja dan penciptaan pasar kerja dan kesempatan kerja masyarakat meningkat,” jelas Afriadi, Minggu pagi (27/9-2020).
Lalu keempat, modal sosial berjalan baik dan berkembang di kalangan masyarakat desa/kelurahan sehingga mampu berdiri tegak.
Kelima, kemampuan melindungi masyarakat dari hal-hal yang merugikan. Misalnya, warga terhindar dari narkoba. Lapangan kerja di daerah itu terbuka luas bagi penduduk asli, sehingga peluang tenaga kerja pendatang agak tertutup. Tidak sebaliknya, tenaga kerja lokal hanya jadi penonton.
Keenam, konsisten melaksanakan visi dan misi melalui program dan kegiatan di tengah masyarakat. “Apakah sang petahana berhasil menjalankan pemerintahan daerah dengan baik dan benar sesuai kisi-kisi good governance atau tidak,” kata Afriadi yang juga alumni SMA Negeri 1 Panyabungan.
“Kalau petahana bisa menjalan indikator-indikator itu, lanjutkan. Jika tidak, satu periode saja. Saya tidak bisa menilai secara fair baik atau tidak, masyarakatlah yang bisa menilainya,” tambah Afriadi, yang berasal dari Kelurahan Pasar Hilir, Kecamatan Panyabungan, Madina.
Menurut dia, seorang kepala daerah sebaiknya cukup memimpin satu periode saja. Tugasnya meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang good governance sehingga ia meninggalkan kenangan nama baik.
Lalu, dasar-dasar tersebut dilanjutkan pejabat lain yang punya kemampuan di bidang pemerintahan.
Mengenai Pilkada Madina, Afriadi menilai sosok Sofwat Nasution sangat pas jika masyarakat menilai kinerja pejabat petahana selama lima tahun kebelakang tidak memuaskan. “Ia punya pengalaman kerja di pusat, dan sudah melanglang buana hampir di semua pulau di tanah air,” katanya.
Afriadi menyebutkan, pengalaman itu penting untuk menunjukkan professionalisme dan kompetensi bagi seseorang pemimpin.
Dengan demikian, ia mampu menggerakkan dan menempatkan program dan kegiatan serta staf pemerintah daerah sesuai tempatnya sebagai satu kesatuan dalam team work.
“Saya yakin adinda Sofwat Nasution bisa menjalankaan itu, sehingga sustainable pemda berjalan baik. Harapan menjadikan Madina daerah lebih maju dan lebih berkembang tidak sekadar angan-angan,” katanya.
Diakhir perbincangan dengan Beritahuta.com, Afriadi percaya jika mendapat amanah dari masyarakat, Sofwat Nasution mampu memajukan Madina. “Ia memiliki profesionalisme, competency dan pengalaman kerja di pemerintahan selama ini,” katanya. Saran
Afriad menyarankan kepada Sofwat Nasution agar gencar mensosialisasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), visi dan misi yang telah dibuat sehingga masyarakat pun tahu arah program yang akan dibuat.
“RPJMD, visi dan misi merupakan tindak lanjut dari RPJMD visi misi pimpinan lama yang mengacu pada visi, misi dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Madina kurun 25 tahun,” katanya. (*)
Peliput: Tim
Editor: Akhir Matondang