BERITAHUta.com—Begitu besar cintanya terhadap Islam sehingga ia rela berpisah dengan orangtuanya. Itulah Muhammad Reza Aditya Lubis. Ia seorang anak baru tamat SD (sekolah dasar) yang baru-baru ini memutuskan menjadi mualaf.
Reza membaca syahadat di Masjid Nur Ala Nur, Aek Godang, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, sekitar enam bulan lalu.
Baru-baru ini Beritahuta.com bertemu dengan Reza pada saat acara syukuran terpilihnya H. Harun Mustafa Nasution sebagai anggota DPRD Provinsi Sumut.
Reza lahir di Batam 1 Januari 2002 dari pasangan Vanuel Lubis dan Calon Ginting dengan nama Rezanta Lubis. Ia adalah anak satu-satunya pasangan yang menganut agama Kristen Protestan tersebut.
Waktu dia masih kecil, sang ayah pergi merantau ke Kotapinang, Riau. Lalu, tinggallah ia bersama ibunya di Batam. Tahun 2017 lalu, ibunya mengembuskan nafas terakhir.
Karena tidak punya siapa-siapa lagi di Batam, dengan berbagai cara dia coba mencari saudara satu bapaknya di Kotapinang. Suatu saat bertemulah ia dengan kakak satu bapak itu,namanya Rasimah. Ternyata Rasimah sudah terlebih dulu memeluk Islam dan rela meninggalkan kedua orangtuanya.
Menurut Reza, ayahnya punya istri dua. Setelah ia bertemu Rasimah, lama-lama timbul keinginan untuk memeluk agama Islam. Ketika gejolak hatinya makin kuat hendak memeluk Islam, tanpa sengaja ia bertemu seorang santri Mustfahawiyah Purba Baru, Panyabungan, Madina. Saat itu si santri bernama Jumadi sedang berlibur di Kotapinang.
“Lewat bang Jumadi saya banyak tahu tentang Islam. Lalu, ajakan kak Rasimah untuk masuk Islam saya ikuti karena sudah tahu apa itu Islam,” ujar Reza.
Begitu ia memutuskan hendak masuk Islam, ia pun nekat ikut bersama Jumadi berangkat ke Purba Baru untuk masuk pondok pesantren Musthafawiyah. Ia berangkat tidak membawa apa-apa karena kondisi ekonomi. Apalagi sampai saat ini, ayahnya belum merestui anaknya masuk Islam.
Saat ini Reza hidup sendiri. Ia juga sudah tidak berkomunikasi lagi dengan ayah dan ibu tirinya lantaran mereka tidak mengizinkannya mualaf. “Dari awal ayah tidak setuju saya masuk Islam, sehingga kami pun terpaks berpisah. Saya sudah bulat menjadi muslim,” sebutnya.
Bagaimana dengan biaya selama di pesantren. “Alhamdulillah saya digratiskan pimpinan pondok,” kata santri kelas satu di Pondok Pesantren Musthafawiyah itu.
Reza mengatakan sudah bulat ingin memperdalam Islam. “Di sini saya tenang dan sangat senang meskipun dengan berbagai keterbatasan,” katanya
Surah At-Taubah ayat 60 disebutkan bahwa para mualaf termasuk orang-orang yang berhak menerima zakat. (*)
Peliput: Tim
Editor: Akhir Matondang