BERITAHUta.com—Gedung asrama putra Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Kecamatan Lembah Sorik Marapi (LSM), Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, Selasa petang (2/2-2021), sekitar pukul 17.30, terbakar. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini.
Gumpalan asap hitam dan kobaran api sempat membumbung di atap sebelah kanan bangunan permananen tersebut. Kobaran api diduga bersumber dari plafon gipsum dan sebagian tempat tidur yang ikut terbakar.
Titik api pertama kali dilihat para santri yang sedang berada di lingkungan pesantren. Seperti dikomando, mereka berlari menuju lokasi untuk menjinakkan api. Namun para santri tidak bisa berbuat banyak, karena sulit mendapatkan air.
Satu-satunya air paling dekat adalah dari daerah aliran sungai (DAS) Aek Singolot yang berada di belakang gedung perpustakaan. Namun, untuk membawa air dari sungai ini ke lokasi kebakaran sangatlah sulit karena kondisi jalan menanjak serta berlobang-lobang akibat bekas aliran air dari atas jika hujan turun.
Kobaran api berlangsung sekitar 45 menit. Jelang magrib api padam dengan sendirinya. Ba’da magrib, tampak masih ada titik api dari ruangan lantai tiga. Dari jarak 100-an meter dari gedung, tampak cahaya agak merah dari dua ruangan. Ini pertanda masih ada titik api yang menyala.
Pada pukul 20.10 bara-bara api di plafon bangunan dua tingkat tersebut berhasil dijinakkan oleh sekitar lima petugas pemadam kebakaran Pemkab Madina bersama beberapa santri dan keluarga besar Musthafawiyah.
Satu unit mobil tangki milik pesantren tertua serta terbesar di Sumut ini tiba di sekitar asrama yang terbakar sekitar pukul 19.15. Kondisi jalan yang tidak memungkinan, membuat mobil kebakaran milik pemkab tidak berani masuk ke tempat kejadian perkara (TKP).
Alhasil mobil pemadam kebakaran milik pemkab hanya “nongkrong” di dekat jembatan menuju lapangan tanah merah—sebutan lokasi asrama—yang berada di perbukitan sebelah kiri jalan lintas Sumatera (jalinsum) Panyabungan-Kotanopan. Tepatnya di belakang gedung perpustakaan Musthafawiyah.
Mobil tangki milik Musthafawiyah sendiri dengan susah payah masuk ke lokasi dari jalinsum sekitar 500 meter di timur jembatan merah. Kondisi jalan bergelombang, dan penuh belukar membuat kendaraan ini sulit sampai ke TKP.
Dari mobil tangki Musthafwaiyah dibantu mesin penyedot dialirkan air pakai selang ke lantai dua dan tiga untuk menyiram titik-titik yang ada bara api, bahkan sebagian masih berkobar. Upaya ini berhasill, sehingga dipastikan api sudah berhasil dijinakkan.
Meskipun begitu, para santri dan pihak keamanan Musthafawiyah masih berjaga-jaga malam ini untuk mengantisipasi berkobarnya kembali titik-titik api. Polisi sudah masang police line di depan pintu depan lantai satu.
Hingga berita ini ditulis, belum jelas asal-muasal api karena bangunan asrama lantai tiga ini belum dipakai sama sekali. Dugaan sementara akibat arus pendek listrik. Beruntung, pas kejadian, tidak ada seorang pun santri berada di dalam bangunan ini.
Informasi yang didapat media ini, gedung asrama ini dibangun dari dana bantuan Presiden Jokowi pada tahun 2018. Hingga saat ini belum dipakai, konon karena belum ada serah terima ke pihak pesantren.
Berdasarkan pantuan Beritahuta.com yang memantau langsung ke lantai dua dan tiga, di dalam asrama ini sudah ada tempat tidur bertingkat bak bahan olimpic serta lemari untuk santri. Namun tidak tampak ada ada kasurnya.
Kobaran api hanya dari lantai dua dan tiga sebelah kanan gedung—atau bagian utara gedung. Gedung ini tidak banyak menggunakan kayu, karena rangka atap dan plafon menggunakan baja ringan. Diduga kobaran api yang sempat membumbung di atas atap muncul saat plafon gipsum terbakar. (*)
Peliput: Tim
Editor: Akhir Matondang