BERBAGI
CARI SANG ANAK--Ayah Musyadil Kamil, Soripadi Siregar (pakai batik), Rabu siang (25/1-2023), menelusuri DAS Aek Singolot mencari anaknya yang diduga hanyut terbawa arus sungai tersebut pada, Senin petang (23/1-2023_. foto-foto: akhir matondang

PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Soripada Siregar, ayah Musyadil Kamil, Rabu (25/1-2023), ikut mencari anaknya yang diduga hanyut terbawa arus Aek Singolot. Meski sesekali  terjatuh akibat derasnya arus sungai, ia terlihat tetap semangat.

Sesekali tubuh Soripada yang agak kecil tampak hendak terbawa derasnya arus sungai. Bahkan ia sering terpeleset karena bebatuan licin. Bermodal semangat ingin berjumpa sang anak, ia tetap bisa melanjurkan pencarian didampingi sejumah santri.

Tampak sekali Soripada berusaha tegar mencari Musyadil Kamil yang diduga hanyut terbawa arus Aek Singolot pada, Senin (23/1-2023), sekitar pukul 19.30.

Dengan tenaga yang sudah terkuras akibat kurang istirahat, ayah empat anak asal Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang,  Provinsi Riau, itu terus menelusuri daerah aliran sungai (DAS) Aek Singolot.

Tak jarang kedua tangan Soripada terpaksa dipegang beberapa  santri agar ayah Musyadil Kamil tidak terjatuh di sungai.

Penelusuran tersebut dimulai dari lokasi  korban terpeleset, yaitu Banjar As Suja, Pondok Pesantren Musthfaawiyah Purba Baru, Kecamatan Lembah Sorik Marapi (LSM), Mandailing Natal (Madina), Sumut hingga muara Aek Singolot dengan Sungai Aek Batang Gadis—tak jauh dari jembatan Aek Godang, Dalan Lidang, Kecamatan Panyabungan, Madina.

BERITA TERKAIT  In Memoriam: Selamat Jalan Muhammad Nekson Tanjung

Kepada Beritahuta Soripada menyebutkan ia tiba di Madina pada, Selasa (24/1-2023), sekitar pukul 10.00. “Begitu dapat kabar dari pesantren anak saya hanyut, saya langsung siap-siap berangkat. Saya ke sini bersama kawan, yang juga wali santri Mustafawiyah,” katanya.

Selain Soripada dan rekannya dari Riau, ada juga rombongan famili datang dari Padang Bolak, Padang Lawas Utara (Paluta), Sumut untuk ikut melakukan pencarian terhadap santri kelas tujuh di Musthawiyah tersebut.

Soripada menyebutkan Musyadil Kamil merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Istrinya, atau ibu Musyadil Kamil sudah meninggal pada tahun 2017 lalu, saat anaknya yang hanyut ini baru kelas satu tsanawiyah di Musthafawiyah.

BERITA TERKAIT  Bagaimana Seharusnya Menentukan Pilihan, Ini “Testimoni” Prof. Zulkarnain Lubis

Sementara itu, upaya pencaran di hari ketiga ini nihil. Hingga Rabu petang, Musyadil Kamil belum ditemukan meskipun berbagai upaya sudah dilakukan Tim SAR, BPBD, TNI, kepolisian, Satpol PP dan  santri Musthafawiyah dan berbagai elemen masyarakat sejak pagi.

“Pencarian hari ke tiga masih nihil,” kata Mhd. Rizal Rangkuti, komandan Pos Basarnas Madina kepada wartawan.

Dia mengatakan tim gabungan sudah menyisir dari titik lokasi jatuhnya korban hingga radius 25 kilometer.Pencarian dilakukan pakai dua perahu karet milik BPBD dan Basarnas.

Santri Musthafawiyah pun dikerahkan melakukan pencarian, bahkan guru-guru pesantren itu pun turun langsung ke DAS. Tak ayal, jalinsum sekitar Aek Singolot hingga jembatan Aek Godang selalu terlihat ramai.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Madina Mukhsin Nasution mengatakan  upaya pencarian agak mengalami kendala lantaran arus sungai deras, keruh, dan banyak batu besar. (*)

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI