Banyak Perantau “Malungun” Toge Panyabungan

BERBAGI

BERITAHUta.com—Bagi para perantau toge Panyabungan salah satu makanan khas yang ingin dicicipi saat pulang kampung. Sajian kental rasa manis ini sangat cocok dengan lidah orang Mandailing. Wajar jika terkadang “malungun” juga menikmati makanan yang banyak menggunakan beras ketan ini.

Sejak dulu toge Panyabungan sudah terkenal. Pada era Presiden Soeharto, makanan ini sering dihidangkan pada acara-acara penting di Istana Negara. Tak jarang sang penjual toge sejak di Pasar Lama sampai Pasar Baru Panyabungan, yaitu almarhumah Taing menjadi “simbol” makanan ini. Bahkan warga Panyabungan 2, Kecamatan Panyabungan, Madina sering diundang ke Jakarta untuk menyajikan makanan ini.

Toge Panyabungan sudah ditetapkan sebagai makanan khas etnis Mandailing. Penetapan itu disahkan pada Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia di Jakarta pada 2017 oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Dalam website http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/2017/08/24/ disebutkan, penetapan toge sebagai makanan khas etnis Mandailing dalam rangka perlindungan atas kekayaan warisan budaya milik bangsa Indonesia dari klaim kepemilikan bangsa lain.

Selain, Toge Panyabungan, ditetapkan juga Holat sebagai makanan khas Mandailing Angkola. Kedua poin itu ditetapkan bersamaan dengan sejumlah mata budaya lainnya dari Sumatera Utara dan provinsi lain se-Indonesia.

Berikut mata budaya dari Sumut yang ditetapkan, yakni, tari gubang (Melayu); toge Panyabungan (Mandailing); genderang sisibah (Pakpak); holat (Angkola); dan babae (Nias).(dbs)

 

 

 

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here