BERITAHUta.com—Air “kolam maut” miliki PT. Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) diduga mengandung bahan kimia. Meskipun belum melalui uji laboratorium, namun tanda-tanda air itu telah terkontaminasi limbah B-3 sudah tampak.
Sedikitnya enam orang warga yang ikut membantu evakuasi jenazah Irsanul Mahya (15) dan Muhammad Musawi (15), pada Sabtu siang lalu (29/9), sempat mengalami pingsan akibat berendam dan mungkin tertelan air “kolam maut” ukuran sekitar 40X40 cm.
“Mereka terpaksa digotong dari dalam kolam karena tubuhnya lemas, bahkan sebagian di antara enam orang itu adalah petugas tim penyelam,” kata Nasaruddin Siregar, warga Sibanggor Jae, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Mandailing Natal, Sumut.
Bukan hanya enam orang yang diduga lemas akibat air “kolam maut” mengandung limbah B-3 (bahan beracun dan berbahaya), tapi puluhan lainnnya sempat kehausan di dalam “kolam maut” sehingga terpaksa disiapkan air mineral. “Ini kan agak aneh, biasanya jika kita di kolam, tidak haus,” tambanya.
Selain itu banyak warga yang ikut membantu pencarian dan evakuasi mengalami gatal-gatal di sekujur tubuh. Kepada Beritahuta.com, seorang lelaki berbadan tegap memperlihatkan tubuhnya penuh bercak merah pasca ikut membantu pertolongan mencari dan evakuasi kedua korban.
“Ini sudah dua hari, belum hilang. Saya biasa berjam-jam di dalam air. Tidak seperti ini, gatal lagi. Kawan-kawan yang lain juga begitu,” katanya.
Dugaan air “kolam maut” mengandung limbah B-3, juga bisa dilihat dari hidung korban meninggal terus mengeluarkan darah. Hal ini salah satu alasan penguburan dipercepat. Bahkan, ketika dimasukkan ke liang kubur, darah masih terus mengalir dari hidung.
“Waktu selesai visum et repertum, pihak rumah sakit juga sudah menyarankan supaya penguburan dipercepat karena darah dari hidung tidak berhenti. Sampai dimasukkan ke liang, darah masih mengalir,” kata Asrod, ayah Musawi.
Menurut warga, sebenarnya di Sibanggor Jae tidak biasa dilakukan penguburan jenazah sebelum waktu zuhur. “Ini darurat, makanya dipercepat,” katanya.
Warga memperkirakan jika betul air “kolam maut” mengandung limbah B-3, diduga berasal dari bahan kimia yang dimasukkan untuk membantu proses pemecah batu saat pengeboran sumber panas bumi.
Di lokasi TKP (tempat kejadian perkara) ada tiga titik pengeboran yang sudah dilakukan perusahaan, tidak jauh dari “kolam maut”. Isi kolam berasal dari air hujan, dan sebagian sengaja didatangkan dari tempat lain.
Di sekeliling “kolam maut” dan di dasarnya, dipasang terpal tebal agar debit air tidak menyusut. “Bisa juga supaya tidak merembes ke tanah karena perusahaan tahu mengandung B-3,” kata warga.
Air dalam “kolam maut” inilah yang dipakai proses pengeboran. Masyarakat menduga, ada bahan kimia tertentu yang dimasukkan ke lobang yang sedang dibor agar batu atau benda keras lebih mudah hancur,” kata warga.
Selain itu, di dalam air “kolam maut” tidak ditemukan ada makhluk hidup, seperti ikan, kodok, bahkan kecebong (siborok-red) pun tidak ada. Tumbuhan berupa lumut atau lainnya, juga tidak ada hidup di terpal atau air.
Karena itu, warga menyesalkan tidak ada upaya pihak PT. SMGP memberi pengamaman terhadap “kolam maut”. Apalagi jika benar mengandung limbah B-3. “Lokasi ini dibiarkan terlantar karena tidak jadi dilanjutkan perusahaan akibat tidak memenuhi standar yang mereka inginkan,” katanya. (tim-01)