BERITAHUta.com—Sekitar tujuh jam setelah lahir,atau sekitar pukul 23.20, bayi mata satu yang lahir di RSUD Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumut akhirnya meninggal dunia. Ayah bayi tampak tenang menghadapi musibah itu, sementara sang ibu, Julianti (41), tampak sok.
Si ibu diduga sok lantaran kaget mendengar bayi yang dilahirkan meninggal. Sementara sang ayah, tampak lebih tenang karena ia sudah melihat kondisi bayi sejak beberapa saat lahir.
Sebelumnya, pihak rumah sakit dan Atang Trianto, suami Julianti, coba merahasiakan kondisi bayi yang tidak normal. Siapa pun tidak dibenarkan bertemu Julianti pasca melahirkan, kecuali petugas rumah sakit. Hal itu agar Julianti tidak sok, untuk menghindari pendarahaan pasca melahirkan.
“Maaf ya pak, ibu bayi masih sok.Dia belum tahu kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal,” kata seorang bidan RSUD Panyabungan yang tidak mau ditulis namanya.
Ketika beritahuta.com mendatangi ruang perawatan bersalin sekitar pukul 21.30, Julianti sedang ditemani suamianya, Atang Trianto. “Saya tidak tahu apa yang dibicarakan, tapi kelihatannya si ibu belum tahu bayinya kurang normal,” sebut bidan tersebut.
Pihak umah sakit, kata dia, sudah berpesan terhadap warga Gg. Masjid, Kayujati, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumut itu agar tidak memberi tahu kondisi bayi terhadap Julianti.
Sore tadi, Kamis (13/9/2018), sekitar pukul 16.00, suasana di rumah sakit gempar begitu mengetahui seorang ibu melahirkan bayi perempuan bermata satu. Mata tersebut berada di sekitar tengah-tengah dahi, dan hidung nyaris tak berbentuk.
Anak kelima Julianti itu lahir lewat proses operasi ceaser. Proses operasi berlangsung sekitar 45 menit. Menurut petugas rumah sakit, secara umum kondisi kesehatan bayi di bawah normal. Sementara bagian tubuh bayi normal, meskipun terlihat sedikit agak gemuk.
Menurut dr. Syarifuddin Nasution, kepala Dinas Kesehatan Madina, yang datang ke rumah sakit beberapa saat setelah bayi lahir mengatakan, kelahiran bayi seperti ini tergolong langka. Diperkirakan, peristiwa ini merupakan ketujuh kali di dunia. Hal serupa terakhir terjadi di Mesir.
Rencannya, jika kondisi kesehatan bayi sudah normal, akan dibawa ke Medan untuk mendapat penanganan lebih serius. Sebenarnya, pada saat hamil tujuh bulan sudah terdeteksi ada kelainan dalam kandung Julianti. Karena alat untuk memantaunya tidak tersedia di RSUD Panyabungan, akhirnya hanya ditangani secara sederhana.
Dugaan sementara kejadian dialami bayi itu terkait dengan mercury. Karena Atang Trianto bekerja di tambang emas ilegal di kawasan Hutabargot, Madina.
Keluarga Atang dan Julianti adalah perantau asal Jawa Barat. Mereka sudah tinggal di Kayujati sekitar tiga tahun terakhir. Menurut warga, di tempat kerjanya di Hutabargot, ia menjabat kepala karyawan. (tim-01)