PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Sejumlah awak bis ALS (Antar Lintas Sumatra) mengeluh akibat sulit mendapatkan bahan bakar solar sepanjang jalinsum (jalan lintas Sumatera) Medan-Lampung. Meskipun kondisi seperti tersebut sudah berlangsung lama, namun seolah tidak ada upaya pemerintah mengatasi masalah ini.
Hampir di setiap SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di sepanjang jalinsum—baik jalur tengah maupun jalur timur, termasuk jalur Palembang–tampak antrean panjang kendaraan. Bahkan sebagian besar SPBU tidak menjual solar lantaran stok mereka habis.
Dengan kondisi seperti itu, para sopir ALS mengaku dihadapkan pada dilema. Jika mereka ikut antre di SPBU yang sedang tersedia solar, bisa menunggu satu, dua bahkan tiga jam. Sedihnya, sudah antre lama, pas giliran mengisi, stok bahan bakar di SPBU itu habis.
“Selama perjalanan kami para sopir dihantui rasa waswas,” kata seorang sopir saat ditemui di Loket ALS Panyabungan, Pidoli Dolok, Panyabungan, Madina, belum lama ini.
Tak heran, belakangan ini para sopir selalu membeli solar persiapan di dalam bis minimal empat derigen sebagai antisipasi sewaktu-waktu isi tangki kendaraan mereka habis.
Bahkan, ada yang sampai enam derigen. “Bukan hanya ALS, semua bis atau truk trayek jauh pasti menyiapkan minyak cadangan di dalam kendaraannya,” kata warga Kotanopan, Madina, tersebut.
Hal serupa dikatakan Siregar. Pengemudi ALS trayek Medan-Semarang ini menyebutkan hampir semua awak bis sekarang membeli solar ketengan (derigen) agar kendaraan mereka bisa melanjutkan perjalanan.
“Kalau antre lama, nanti ada penumpang yang nyelutuk: kapan sampainya. Semua penumpang kan ingin cepat tiba di tujuan. Memang ada yang mengerti dengan kondisi saat ini, tapi ada juga yang tidak mau tahu. Lagian ikut antre juga, belum tentu kebagian,” katanya.
Dengan kondisi sulit mendapatan solar seperti sekarang, selain waktu perjalanan makin lama, biaya bahan bakar minyak (BBM) pun bertambah.
“Hal seperti ini sebenarnya sudah lama terjadi. Tadinya kami kira setelah harga BBM naik, termasuk solar, stok Pertamina di SPBU bertambah. Eh, malah sekarang makin parah,” ujarnya.
Menurut sejumlah sopir ALS yang ditanya Beritahuta, para pedagangan minyak ketengan di sepanjang jalinsum Sumbar, Jambi, Palembang dan Lampung menjual jenis solar berkisar Rp300 ribu sampai Rp330 ribu per derigen isi 30-35 liter. Paling murah, Rp280 ribu.
Karena sulit mendapatkan solar, waktu tempuh perjalanan Jakarta-Panyabungan menjadi lama. Misalnya, biasanya, trip Jakarta (Pulogadung dan Tanggerang) dan Bogor, tiba di Panyabungan berkisar pukul 12.00-Rp17.00, namun sekarang bisa sampai tengah malam.
Contoh, ALS nomor pintu 361 trip Pulogadung-Medan. Bis ini biasanya sudah di Panyabungan dari Jakarta pada siang atau sore. Namun pada trip terakhir ini, bis ini baru tiba di loket Panyabungan pada, Minggu (23/10-2022), sekitar pukul 03.00. Sehingga ada keterlambatan ti ba di ibu kota Madina sekitar 10 sampai 12 jam.
Keterlambatan itu disebabkan setiap pengemudi selalu memperlambat atau memberhentikan bis di jalinsum depan SPBU. Jika antrean panjang dan stok di tangki bis diperkirakan masih cukup sampai SPBU berikutnya, perjalanan pun dilanjutkan.
Namun kalau isi tangki bis sudah menipis, kernet pun turun mengkonfirmasi ke petugas SPBU apakah stok mereka masih banyak. “Kalau dapat jawaban kira-kira masih cukup, ya ikut antre. Jika petugas mangatakan stok sudah mau habis, kami jalan lagi. Untuk apa menunggu yang enggak pasti,” kata Siregar.
Pada trip terakhir, kata dia, ALS yang dikemudikannya mengisi solar di salah satu SPBU di Panyabungan pada, Sabtu (22/10-2022) siang. Tadinya mau diisi lagi di Rao, Sumbar, nyatanya tidak satu pun SPBU di Rao, Panti, dan Lubuksikaping (Sumbar) tersedia solar. Bahkan, bisnya baru isi solar di SPBU Prabumulih, Sumsel.
“Stok enam diregen di bis habis. Sepanjang jalan selalu isi dari derigen yang dijual bebas di sepanjang jalinsum,” katanya.
Siregar dan kawan-kawan sesama pengemudi bis dan truk berharap pemerintah mampu mengatasi kelakaan solar yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. “Sudah penumpang sedang sepi, uang yang didapat habis pula beli solar ketengan,” kata Siregar.
Dengan kondisi solar langka ini, setiap SPBU di Jalinsum tampak selalu ramai antrean, bahkan sampai keluar dari areal SPBU.
Tidak jarang para sopir truk dan bis memarkir kendaraannya di tempat antrean sampai belasan jam, dengan harapan jika stok solar di SPBU sudah tersedia, ia bisa langsung mendapatkan minyak tersebut. (*)
Editor: Akhir Matondang