BERBAGI
HARIMAU--Foto ini hanya ilustrasi yang kami didapat dari potret tangkapan layar youtube. Bahasa warga yang menangkap harimau ini terdengar berbahasa Mandailing atau Angkola. Tidak jelas dimana video ini direkam. (foto: tangkapan layar)

PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Kemunculan harimau ternyata bukan hanya di Desa Pagur, Kecamatan Panyabungan Timur, Mandailing Natal (Madina), Sumut. Warga dua desa lainnya di wilayah Panyabungan Timur juga kerap melihat binatang buas tersebut.

Dua desa tersebut adalah Hutarimbaru dan Padanglaru. Bahkan, harimau ini juga sudah mendekati Kota Panyabungan, ibu kota Madina.

Sebab, warga dua desa yang masuk wilayah Kecamatan Panyabungan juga mengaku beberapa kali melihat kemunculan harimau di areal perkebunan penduduk.

Dua desa itu yakni Aekmata dan daerah Pintu Air, yang secara administrasi pemerintahan masuk Desa Salambue—berbatasan dengan Desa Padanglaru.

Dari kondisi geografis, perbukitan Desa Pagur, Hutarimbaru, Padanglaru, Aekmata dan Pintu Air adalah satu gugusan perbukitan yang sama.

Karena itu, kuat dugaan harimau yang muncul di kawasan perkebunan di desa-desa itu adalah sama. Ini diperkuat pengakuan warga kepada Beritahuta.com bahwa ciri-ciri ketiga bintang  yang dilihat warga tak berbeda.

Yaitu, seekor jantan, seekor betina dewasa, dan seekor lagi masih tergolong anakan. Si betina, kata warga terlihat agak pincang.  “Bukan hanya di Pagur, ketiga harimau itu kerap muncul di Hutarimbaru, Padanglaru, Aekmata dan Pintuair,” kata Ari, seorang guru di Desa Tanjung, Kecamatan Panyabungan Timur, Madina.

Menurut warga Desa Pagur, itu kemunculan harimau itu di kebun warga desa-desa tersebut sudah kerap menjadi perbincangan di seputaran Panyabungan Timur. “Sesuai ciri-ciri yang disampaikan warga, hampir dipastikan harimauanya yang tiga ekor itulah,” katanya,

BERITA TERKAIT  Kali Pertama di Indonesia, Anggota PWI Sumut Dapat Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Apalagi, kata Ari, diperkuat hasil pemotretan Dinas Kehutanan. “Betina dengan anaknya selalu bersama, sementara yang jantan kerap terlihat sendiri. Tetapi pernah juga mereka bertiga bersama-sama,” ujarnya.

Seperti banyak diberitakan dalam dua hari terakhir, warga Pagur sedang dihantui rasa cemas.  Pasalnya, warga beberapa kali melihat keberadaan harimau di areal perkebunan warga.

Dikutip dari Startnews, dalam dua pekan terakhir, sudah tiga kali binatang buas itu muncul di areal perkebunan warga. Yang pertama: 27 Juni 2022 pagi, kemudian: Rabu, 6 Juli 2022 sore, dan terakhir: Rabu 13 Juli 2022.

Sekretaris Desa Pagur Muhammad Taqwa menyebut kemunculan harimau itu kali pertama dilihat Lahuddin, warga Pagur, di wilayah Banjar Paran Bira sekitar tiga kilometer dari perkampungan warga. “Dia melihat harimau tersebut hendak melintasi jalan setapak hutan,” kata Taqwa, Kamis (14/7/2022), dikutip dari Antara.

Kemudian, harimau juga terlihat di daerah Banjar Namumbang, sekitar empat  kilometer dari areal pemukiman warga. Kali ketiga terlihat di titik Simpang Pagur, jalan raya persimpagan tiga menuju Desa Pagur di Panyabungan Timur.

Dia menyampaikan, kehadiran Harimau Sumatera itu membuat warga resah dan ketakutan. Pasalnya, mayoritas mata pencaharian warga di desa itu berkebun komoditas karet, kopi, dan hasil hutan lainnya. Desa Pagur adalah pemukiman yang berbatasan langusung dengan hutan.

BERITA TERKAIT  Proses Hukum Masih Berjalan, Organisasi Kepemudaan Tolak Aktivitas PT SMGP

Plt. Kasi Perlindungan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat KPH VIII Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Zulham Afandi mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kasus konflik harimau dengan manusia. Di antaranya melakukan sosialisasi, pemasangan kamera trap, dan membuat dentuman untuk menghalau satwa tersebut.

Pihaknya bekerja sama dengan tim dari Taman Nasional Batang Gadis (TNBG). Jika satwa langka tersebut masih mendekat ke perkampungan warga, kata Zulham, pihaknya akan memasang alat perangkap agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa warga .

Hasil pantauan tim KPH dan TNBG di lapangan, terdeteksi tiga ekor harimau yang diperkirakan berkeliaran di wilayah hutan tersebut, yakni, jantan, betina, dan satu ekor anak.

Mengingat wilayah Aek Gorsing (salah satu titik kawasan hutan di Pagur) merupakan habibat harimau, pihaknya mengimbau warga untuk sementara mengurangi aktivitasnya ke hutan. “Jika sangat mendesak jangan pergi seorang diri,” katanya.

Menurut dia, konflik antara harimau dengan manusia terjadi akibat berkurangnya areal hutan di wilayah Aek Gorsing. Pasalnya, saat ini banyak hutan beralih fungsi ke lahan perkebunan. Selain itu, juga akibat berkurangnya rantai makanan karena diburu manusia. (*)

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here