PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Pelaksaan Expo Ekonomi Kreatif Mandailing Natal (Madina), Sumut terbukti berkelas ‘comberan’. Hingga waktu penutupan, transaksi di arena expo ini diperkirakan tak lebih dari Rp10 juta.
Perkiraan angka itu tidak termasuk penjualan beras Bulog oleh Dinas Ketahanan Pangan Madina. Asumsi tak lebih dari Rp10 juta sangat masuk akal. Sebab sampai waktu penutupan expo, Kamis (17/8/2023), banyak stand sudah tutup.
Stand Dinas Ketahanan Pangan Madina, hanya buka dua hari dari empat hari pelaksanaan expo yang berlangsung di halaman Masjid Agung Nur Ala Nur, Aek Godang, Panyabungan, Madina.
Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Madina hanya buka saat pembukaan saja. Kegiatan ini dibuka Atika Azmi Utammi, wakil bupati Madina pada, Senin (14/8/2023).
Saat pembukaan Atika menyebut expo diikuti 20 stand, namun pada hari kedua hanya ada 14 stand. Tidak jelas, apakah hari pertama 20 stand, lalu hari kedua tinggal 14 stand. Atau wakil bupati keliru menyebut data.
Yang jelas, pada hari terakhir stand yang masih buka hanya sekitar 12 peserta. Para pedagang sengaja tutup lebih awal lantaran merugi akibat sepi pembeli.
Pada hari terakhir yang masih buka adalah Rumah Coklat, Ayam Gepuk Restu Ibu, Aha Kebab, Dapur Atha, Affandi Miniatur, Bakso Mercon, Eonni Odeng, Follow Up Studion, Tea’se Me Boba, Donat Syafa, Alame Mandailing Roai Nasution, dan Riswan Kaligrafi.
Riswan Kaligrafi, misalnya, sejak hari terakhir sampai jelang penutupan omzet penjualannya baru sekitar Rp1 juta. Alame Mandailing, sampai sampai sekitar pukul 18.00 pada hari terakhir, baru laku Rp100.000,-. Itupun penjualan lewat online.
Pemilik Affandi Miniatur menyebutkan selama empat hari ikut expo, sampai sekitar pukul 18.00 atau jelang penutupan, sama sekali dia belum ‘buka dasar’ alias satu rupian pun belum terima uang.
Follow Up Studio, usaha ekonomi kreatif di bidang fotografer mengalami hal yang sama. Penjaga stand mengaku untuk dua hari terakhir hanya ada enam pelanggan yang berfoto. Jika dihitung-dihitung omzetnya hanya sekitar Rp450 ribu selama empat hari.
Bakri Nasution, pengusaha kopi Mandailing dengan brand Kopi Borutulang, mengaku sengaja menutup stand lebih cepat dari jadwal. “Sepi pengunjung. Dalam dua hari itu hanya laku empat bungkus. Itu pun tiga di antaranya kawan yang beli,” katanya melalui sambungan seluler.
Itulah sebabnya estimasi omzet tak sampai Rp10 juta sangat logis. Penjualan agak lumayan paling dari Rumah Coklat, Bakso Mercon, dan Ayam Gepuk Restu Ibu. Ini pun, kerap tidak ada konsumen sama sekali.
Bakri Nasution, pengusaha kopi Mandailing dengan brand Kopi Borutulang, mengaku sengaja menutup stand lebih cepat dari jadwal. “Sepi pengunjung. Dalam dua hari itu hanya laku empat bungkus. Itu pun tiga di antaranya kawan yang beli,” katanya melalui sambungan seluler.
Dikutip dari HayuaraNet, Kepala Dinas Pariwisata Madina Salam yang dikonfirmasi terkait pelaksanaan expo, termasuk anggaran yang dikeluarkan pemerintah, tak memberikan jawaban.
Bersadarkan pantuan media ini, dalam empat hari pelaksanaan kegiatan ini, arena expo selalu sepi pengunjung. Ironis, lazimnya hari terakhir suatu pameran, apalagi berkelas expo selalu ramai. Ini, jika mau main bola di lapangan arena expo, malah memungkinkan.
Warga Pasar Hilir, Panyabungan yang kebetulan bincang-bincang dengan Riswan Kaligrafi menyeburkan kegiatan ini berstandar di bawah bazar. “Jelasnya, expo comberan,” ujarnya. (*)
Editor: Akhir Matondang