BERBAGI
Asrod (dua dari kanan), ayah Musawi, menerima keluarga yang menyampaikan turut berduka atas meninggalnya pelajar kelas tiga di Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, itu.

BERITAHUta.com—Keluarga korban tenggelam di “kolam maut” milik PT. Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) akan minta pertanggung  jawaban pihak perusahaan itu atas peristiwa  menyebabkan  Irsanul Mahya (15) dan Muhammad Musawi (15) tewas.  Usai masa berkabung, pihak keluarga serta warga akan bermusyawarah menentukan sikap.

“Ini tidak bisa didiamkan. Saya akan menuntut pertanggung jawaban perusahaan,” kata Asrod, ayah Musawi kepada wartawan usai proses penguburan kedua jenazah.

Jenazah Musawi dan Mahya dimakamkan di Desa Sibanggor Jae, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumut,  Minggu (30/9), sekitar pukul 10.00. Kedua sahabat karib pelajar kelas tiga di Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, itu dimakamkan berdekatan  di Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat.

Asrod tampak masih terpukul atas peristiwa yang menyebabkan nyawa anak kedua dari enam bersaudara tersebut melayang. Sesekali dia tak kuasa manahan tangis ketika menerima keluarga, kerabat dan tetangga yang datang melayat. “Saya tidak kuat melihat kandang ayam yang lagi dikerjakannya (almarhum-red) sebelum dia pergi,” ujarnya.

BERITA TERKAIT  Setelah Sempat Mangkir di Kejatisu, Kali ini Bupati Madina Tak Hadir di PN Medan

Menurut  Asrod, yang hanya buruh tani tersebut, selesai masa berkabung pihak keluarga dan masyarakat akan merumuskan langkah yang akan ditempuh. “Kami tidak tinggal diam, akan kami tuntut,” katanya.

Ketika ditanya apakah pihak PT.SMGP sudah ada yang datang? “Ada perwakilan mereka datang melayat. Mereka memberi amplop isi Rp500 ribu. Hanya itu saja,” jawab Asrod.

Hal serupa dikatakan Irwan Saleh, ayah Mahya. Menurutnya, setelah selesai masa berkabung pihaknya akan membicarakan proses hukum yang akan ditempuh. “Sekilas keluarga sudah membicarakan hal ini, dan semua sepakat ditindaklanjuti. Tapi selesai dulu semua proses yang harus kami lakukan usai pemakaman,” katanya.

Warga Desa Sibanggor Jae sangat mendukung upaya minta pertanggung jawaban terhadap pihak PT.SMGP karena perusahaan pengeboran panas bumi itu jelas telah lalai menjaga keamanan masyarakat. “Sebenarnya sekarang di sini lagi panas. Mudah-mudahan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” kata Nasaruddin Siregar, warga setempat.

BERITA TERKAIT  Transaksi Sabu, Polresta Padangsidimpuan Tangkap 2 Lelaki Asal Sumbar

Warga lain menyebutkan, pihak perusahaan jelas melakukan pembiaran terhadap “kolam maut” berukuran sekitar 40X 40 meter sehingga menyebabkan jatuh korban. “Coba kita lihat, tidak ada pagar, tidak ada petugas keamanan, dan tidak ada sedikit pun plang pengumuman yang menyatakan masyarakat jangan mendekat ke areal kolam,” kata tokoh masyarakat.

Apalagi, kata dia, lokasinya hanya berjarak sekitar 200-an meter dari perkampungan penduduk. “Kolam itu sudah tidak dipakai sejak delapan bulan lalu. Awalnya ada pagar meskipun sederhana, lama-lama hilang. Sebelumnya juga ada  pos petugas keamanan,  sejak dua bulan lalu tidak dijaga lagi, “ katanya.

Sementara itu, pengacara Ridwan Rangkuti yang dihubungi Beritahuta.com, Minggu malam, menyatakan kesiapannya mendampingi keluarga korban. “Ada dugaan PT.SMGP lalai menjaga keselamatan masyarakat sekitar proyek. Jika ini dibiarkan tidak menutup kemungkinan akan muncul korban-korban lain,” katanya. (tim-01)

 

BERBAGI

2 KOMENTAR

  1. Coreksi pak redaksi…termksh sdh merilis lbh kurang 5 kali ttg korban kolam PT SMGP ini.. sbnrnya ayah korban atas nama Irsanul Mahya bukan khairul Saleh tp Irwan Saleh. Tmksh

    • tks, nama itu kami dapat dari pak Amri, kepala SD Sibanggor Jae. Kami tidak koreksi lagi, karena ayah korban masih sedang berduka. Sekali lagi terima kasih banyak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here