BERITAHUta.com—Provinsi Sumatera Utara perlu melakukan perubahan total cara kerja demi kemajuan daerah pada masa mendatang. Perubahan itu diharapkan dimulai dari Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Ketika memberi motivasi terhadap pejabat Pemkab Madina, para camat, kepala desa, kepala sekolah, dan ratusan pelajar di Gedung Serba Guna (GSG) Panyabungan, Sabtu (22/11), Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyebutkan untuk menuju Sumut yang maju, perlu ada perubahan secara total tentang cara kerja.
Pemaparan peningkatan motivasi yang dilakukan Edy Rahmayadi sangat menyentuh. Alur penyampaian disajikan secara sistematik, dengan menampilkan visual dibarengi narasi dari sang gubernur.
Narasi diawali pemutaran video lagu “Ibu Pertiwi” ciptaan Ismail Marzuki. Bak dikomando, seisi GSG ikut “terhipnotis” menyanyikan lagu tersebut.
Usai menyanyikan tembang itu, Edy Rahmayadi menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan seorang pemimpin hebat (great leader). Yaitu, berdoa, mimpi besar, kasih sayang, contoh/tauladan, tidak kenal menyerah, dan rela berkorban.
Gubernur menjelaskan tentang kekuatan doa melalui visual riset yang dilakukan Prof. Dr. Masaru Emoto dari Jepang. Berdasarkan temuan Masaru, air yang sudah didoa jika dilihat pakai mikroskop dapat membentuk berjuta kristal yang begitu cantik.
Sementara jika tidak didoakan, air dalam gelas tidak berbentuk apa-apa. “Kekuatan doa inilah yang menjadikan sang profesor akhirnya memutuskan mualaf,” katanya.
“Bagaimana mau maju, saya lihat banyak lelaki di Madina saat magrib tiba, masih tetap di warung (lopo-red), tidak beranjak untuk salat, padahal masjidnya dekat. Azan di-cuekin. Kita yang butuh Allah SWT, bukan Allah SWT yang butuh kita,” jelasnya.
Dia menjelaskan pengalaman saat menjadi dosen pasca sarjana pada tahun 2012. Ketika menyampaikan materi kuliah, ternyata di antara mahasiswa di ruangan itu ada seorang remaja, namanya: Dinda.
Dinda adalah anak seorang pedagang gorengan di Simpang Lima, Semarang. Sang gadis ini sempat putus asa menggapai masa depan, namun setelah sang jenderal memberi motivasi, akhirnya Dinda berhasl lulus Fakultas Kedokteran Undip dengan predikat cumlaude.
Gubernur juga menyampaikan visual tentang semangat Hellen Keller, penemu huruf braille. “Tidak ada yang tak bisa, yang penting doa. Hellen Keller, buta, tapi dia bisa komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya berkat huruf braille. Bahkan, ia banyak meraih prestasi tingkat dunia.”
Selanjutnya kasih sayang. Rasa kasih sayang tidak hanya antara sesama manusia, tapi manusia dengan mahkluk hidup lain bisa saling menyayangi. Pandangan mereka yang di ruang GSG seolah tak berkedip ketika melihat tayangan video jalinan kasih sayang begitu indah antara manusia dan hewan.
Gubernur menyebutkan, Madina sangat kaya, ada emas serta pertanian yang baik. “Semua harus dikelola dengan mengedapankan kasih sayang. Kita harus menyayangi lingkungan,” katanya.
Karena itu, kekeliruan yang pernah dilakukan hendaknya tidak diulang lagi. Harus cepat bertaubat, sebelum Allah SWT. murka. Kemajuan suatu daerah ditentukan kualitas sumber daya manusia (SDM), bukan disebabkan melimpahnya sumber daya alam (SDA).
Menurut gubernur, kita tidak boleh menyerah dalam menuju kebaikan. Ia mencontohkan perjuangan pelari Derek Redmont. Ketika bertanding, peraih delapan kali juara dunia itu tidak putus asa menuju garis finish saat kakinya mengelami cedera.
Melihat semangat Derek Redmont terpincang-pincang berlari berjalan ke garis finish, sang pelatih memapahnya dan memberi semangat. Akhirnya, impian sang pelari menginjak garis finish tercapai, meskipun tak meraih juara.
“Dalam hidup ini, hanya ada dua pilihan, menyerah atau berjuang,” ujar Edy Rahmayadi.
Paparan mengenai motivasi tersebut ditutup gubernur dengan menyanyikan lagu “Tuhan” ciptaaan Sam Bimbo.
“Saudara-saudaraku, kalau kita dekat dengan Allah SWT., insyaallah Allah SWT akan dekat dengan kita. Kita harus bertanggung jawab terhadap anak bangsa, dan bertanggung jawab pada Allah SWT.,” tutur Edy Rahmayadi diakhir lantunan tembang bersahaja itu. (tim-01)