BERBAGI
SDN 020 Bonan Dolok, Kecamatan Siabu, Madina. (foto: dok)

PENGANTAR—Fenomena siluman dalam seleksi masuk PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Mandailing Natal (Madina), Sumut tergolong sistematis. Tindakan ini suatu penzaliman terhadap mereka yang sudah mengabdi belasan tahun sebagai guru honorer.

Kami coba buka satu persatu secara bersambung nama-nama mereka yang lulus PPPK diduga menggunakan data palsu. Terindikasi  ‘main mata’ antara kepsek dan Dinas Pendidikan Madina.

Kita berharap jika ada peserta seleksi PPPK terbukti menggunakan data palsu, supaya dibatalkan. Jika perlu proses secara hukum.

Kenapa mereka yang sebagian tak pernah merasakan suka duka sebagai seorang guru honorer, bisa masuk Dapodik. Siapa sebenarnya yang bermain. Siapa ordal-nya. Satu per satu media ini bakal mengungkap melalui tulisan bersambung bertajuk “bongkar guru honorer siluman PPPK Madina”. *

INI edisi 10 liputan bersambung soal guru honorer siluman. Sajian kali ini agak berbeda dibanding cerita-cerita soal ‘jadi-jadian’ sebelumnya. Bukan sekadar tentang seseorang yang lulus PPPK Madina 2023 diduga bukan guru, tetapi berdasarkan penelusuran yang dilakukan redaksi ternyata lulusnya lelaki tersebut sedikit banyaknya ada aroma asmara.

Kisah di SD Negeri 020, Desa Bonan Dolok, Kecamatan Siabu, Madina pun ramai jadi perbincangan para guru dan masyarakat, setidaknya di seantero Kecamatan Siabu. HN lulus PPPK Madina 2023, sementara selama sekitar delapan tahun dia bekerja di sekolah tersebut dia hanya seorang operator komputer. Tidak pernah masuk kelas sebagai tenaga pengajar. Semua wali murid, guru dan warga di sekitar lokasi sekolah tahu mengenai hal ini.

Lulusnya HN sebagai guru pendidikan agama Islam (PAI) diduga tak lepas dari bantuan Hotnida, kepala SDN 020 Bonan Dolok. Ini cukup beralasan, sebab HN lulus dari jalur Prioritas 3 (P3). Berdasarkan ketentuan, peserta yang ikut seleksi melalui kategori P3 adalah seorang guru non ASN–tidak termasuk guru non ASN Prioritas I– di satuan pendidikan yang memiliki keaktifan mengajar minimal tiga tahun atau setara enam semester pada Dapodik.

Dari ketentuan itu, patut diduga HN tidak memenuhi syarat lantaran ia sama sekali tidak pernah jadi guru sampai tiga tahun berturut-turut, apalagi mengajar PAI.

BERITA TERKAIT  Usai Bupati & Wakil Bupati Diperiksa, Poldasu Diminta Tetapkan Tersangka Baru Kasus PPPK Madina

Informasi yang didapat media ini menyebutkan HN baru lulus di salah satu perguruan tinggi di Padang Lawas Selatan (Palas) atau Padang Lawas Utara (Paluta) sekitar September 2023.

Menurut HN kepada para guru di sekolah tersebut, dia lulus sarjana agama dari PT itu, namun tak seorang pun pernah melihat ijazahnya dan tidak tahu pasti nama kampusnya.

Makin aneh lagi, sepengetahuan para guru dia tidak pernah secara rutin mengikuti perkuliahan di PT itu, kecuali sesekali saat menyusun skripsi, saat jelang sidang, dan ketika wisuda.

Data GTK (Guru Tenaga Kependidikan) Dapodik HN terlihat janggal. Disebutkan status kepegawaian HN adalah guru honor sekolah, padahal berbagai sumber yang layak dipercaya menyebutkan dia tak pernah jadi guru kecuali hanya operator komputer.

Selain itu, data GTK Dapodik milik HN baru beberapa hari lalu terjadi perubahan data PTK (Penelitian Tindak Kelas), yakni 17 Januari 2024, pukul 13.35. Pada tanggal yang sama, berselang dua menit kemudian dilakukan sinkron sekolah ke Dapodik pusat, tepatnya pukul 13.37.

“Apa saja isi komputer yang biasa dipakai HN selaku operator, tak ada yang tahu kecuali HN dan kepsek,” kata seorang guru di sekolah itu.

Itulah sebabnya banyak pihak berharap data sekolah SDN 020 Bonan Dolok diperiksa pihak terkait. Bukan hanya dugaan manipulasi data tenaga pengajar di sekolah itu, di dalam dokumen komputer juga menyangkut administrasi dana operasional siswa (BOS), yang isinya hanya tahu kepsek dan HN.

Perlunya dilakukan pemeriksaan sangat beralasan. Seorang guru di Siabu mengatakan pernah tersiar kabar di Kantor Kemenag Madina menyebutkan bahwa guru honorer pelajaran PAI di sekolah itu adalah seorang lelaki. Ini agak janggal, sebab menurut informasi didapat bukan lelaki, tapi seorang perempuan.

“Saya tahu persis yang mengajar pelajaran agama Islam dari kelas satu sampai kelas enam seorang perempuan. Dia masih honor komite. Seminggu ia masuk kelas 24 jam,” kata seorang guru senior di Siabu.

Meskipun HN dinyatakan lulus PPPK Madina 2023 bidang pelajaran PAI, HN tetap tak mau mengajar masuk kelas karena dia mengaku tidak bisa mengajar. Ia tetap bersikukuh sebagai operator komputer.

BERITA TERKAIT  Warga Berjibaku Padamkan Kebakaran di Pasar Lama, Wabub Madina Sampaikan Apresiasi

Para guru di sekolah itu mempertanyakan kebijakan kepsek yang mewajibkan HN mengajar hanya delapan jam dalam sepekan, sementara guru honor komite pada pelajaran yang sama punya tanggung jawab sampai 16 jam seminggu.

Hanya saja, media ini belum berhasil mengonfirmasi kebenaran adanya guru honor komite tersebut. “Saya tidak tahu nomor telponnya pak. Silakan bapak cari sendirilah. Kasihan, dialah yang betul-betul guru PAI berstatus honor di sini sejak sekitar enam tahun terakhir,” kata seorang guru kepada Beritahuta, belum lama ini.

Lulusnya HN tes PPPK Madina 2023 ternyata menimbulkan ‘aroma’ tak sedap. Isu asmara antara HN dan kepsek pun merebak di antara para guru honor, guru PNS dan para kepsek di wilayah Siabu.

“Itu sudah lama. Penyebabnya gegara HN lulus tes PPPK dianggap tak wajar. Dia bukan guru, kok secara administrasi persyaratan dibuat seolah guru,” kata seorang kepala SD di Siabu.

Dalam dua pekan terakhir hubungan asmara yang masing-masing sudah memiliki suami dan istri ini marak menjadi topik perbincangan. Pemicunya adalah ketidak wajaran lulusnya HN.

Media ini sudah berupaya menghubungi Hotnida, kepsek SDN 020 Bonan Dolok, untuk konfirmasi atas adanya dugaan siluman berbau asmara di sekolah yang dipimpin, namun selalu gagal.

Pada Senin (22/1/2024) malam, wartawan media ini beberapa kali menghubungi Hotnida melalui handphone, selalu tidak aktif.

Hal serupa terjadi pada, Selasa (23/1/2024) pagi. Saat ditelpon, sekitar pukul 08.15, handphone-nya tidak aktif.

Lalu, pukul 08.24 coba redaksi hubungi melalu WhatApp, kali ini aktif, namun tidak diangkat oleh kepsek.

Pukul 09.25 dihubungi lagi, WhatsApp-nya sudah tidak aktif. Terakhir ditelpon lagi pakai WhatsApp pukul 10.24, juga tidak aktif.

Terakhir redaksi mengirim pertanyaan konfirmasi melalui WhatsApp, namun sampai batas waktu ditentukan pesan tersebut tidak terkirim. Bahkan, hingga berita ini ditulis, pukul 20.00, pesan tersebut tidak terkirim. Diduga, kepsek memblokir nomor handphone wartawan media ini. (*)

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI