TAMBANGAN, BERITAHUta.com—Kehadiran Fahrizal Efendi Nasution, anggota DPRD Sumatera Utara (Sumut), di Desa Tambangan Pasoman, Kecamatan Tambangan, Mandailing Natal (Madina), Sumut dijadikan warga sebagai momentum menyampaikan unek-unek yang selama ini terpendam dalam hati mereka.
Tak ayal, kehadiran Fahrizal Efendi di desa itu pada, Rabu (13/7-2022), dalam rangka reses ke-III tahun sidang 2021-2022 bak dijadikan warga sebagai ajang mengutarakan curahan hati alias curhat tentang kondisi yang mereka alami.
Curhat pertama, rupanya sejak Desa Tambangan Pasoman lahir, baru kali ini ada anggota dewan berkunjung ke desa tersebut. Jangankan dari DPRD Sumut, dari DPRD Madina saja tidak pernah.
“Kali ini mimpi jadi kenyataan,” kata Abdul Rahman Lubis, tokoh masyarakat Tambangan Pasoman dihadapan Fahrizal Efendi, Camat Tambangan Mukhlis, Plt. kepala desa Pasoman dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Apa yang disampaikan Rahman bukan tanpa alasan. Sebab, dalam sejarah desa itu, baru kali inilah didatangi anggota dewan dari semua tingkatan—pusat, provinsi dan kabupaten.
Tak ayal, kehadiran Fahrizal Efendi otomatis membuat warga Tambangan Pasoman seperti tersanjung. Bahkan menjadi suatu kebanggan bagi warga desa yang terdiri dari sekitar 80 kepala keluarga (KK) bisa mencapaikan aspirasi langsung kepada seorang wakil rakyat.
“Karena selama ini tidak ada anggota dewan yang datang kesini, tentu saja membuat kami sulit menyampaikan aspirasi,” kata Rahman.
Kalau pun ada tokoh politik yang datang di Desa Tambangan Pasoman, kata dia, kapasitas mereka baru sebagai calon legislatif (caleg).
Lalu, setelah para caleg terpilih dan duduk di gedung dewan, masyarakat pemilih seolah dilupakan. Bisa jadi, hanya mendapat kalimat good bye alias selamat tinggal.
“Inda unjung ami ditopotkon kalai be (tidak pernah kami didatangi mereka lagi). Hanya selamat tinggal yang ada,” kata Rahman.
Karena itu, kedatangan Fahrizal Efendi di desa itu seperti mimpi menjadi kenyataan. Apalagi selama ini wajah mantan wakil ketua DPRD Madina tidak mereka kenal, hanya sering dengar namanya saja.
Ungkapan warga itu bukan tanpa alasan. Setiap kampanye pemilu legislatif, Fahrizal Efendi memang tidak pernah mendatangani Tambangan Pasoman.
Curhat kedua, Rahman menceritakan kesulitan warga soal ekonomi. Mata pencaharian warga adalah pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Utamanya, padi dan karet.
Saat ini pengairan untuk sawah yang berjumlah sekitar tujuh hektare rusak. Banyak titik saluran air ambruk sehingga membutuhkan perhatian pemerintah.
“Namambayar aek do ami ison, 1,5 suat danon satiop panen (Kami di sini bayar air, 1,5 tabung setiap panen),” ujar Rahman.
Di sisi lain, sektor penanganan perkebunan juga membutuhkan kehadiran pemerintah, baik pusat atau daereah. Sebab dari sekitar 300 hektare lahan perkebunan di desa ini, tinggal sekitar lima prosen bisa produksi.
Fahrizal Efendi menyebutkan hubungan antara wakil rakyat dengan rakyat harus dilandasi kasih sayang, seperti falsafah Mandailing: holong mangalap holong, holong mangalap domu, domu mangalap parsaulian. Tampar marsipagodangan. (rasa sayang melahirkan kasih sayang, kasih sayang melahirkan kedekatan, kedekatan melahirkan kebahagiaan. Saling membantu untuk mencapai sukses).
Anggota DPRD Sumut dari Partai Hanura itu mengatakan dia juga sangat terharu melihat sambutan masyarakat Tambangan Pasoman yang begitu ramai. “Semoga pertemuan ini membawa kebaikan kepada kita semua,” katanya. (*)
Editor: Akhir Matondang