PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Kari Amin dituding sedang ambil panggung. Ia diminta membuktikan pihak mana yang mencatut namanya dalam laporan mengenai insiden di PT SMGP di Polres Mandailing Natal (Madina), Sumut.
Nama Kari Amin dalam dua hari ini ramai diberitakan media online dan diperbincangkan pengguna media sosial. Ini berawal adanya pernyataan warga Kecamatan Puncak Sorik Marapi (PSM), Madina tersebut yang menyebutkan namanya dicatut dalam laporan insiden PT SMGP di Polres Madina pada, (28/10-2022). Pihak pelapor adalah GM3 (Gerakan Masyarakat Madina Menggugat).
Tudingan itu tidak menyebut pihak GM3. Namun, secara tak langsung mengarah terhadap GM3, sebab sampat saat ini hanya kelompok ini yang membuat pengaduan masyarakat atas dugaan kejahatan lingkungan dilakukan PT SMGP (Sorik Marapi Geothermal Power).
Pihak GM3 tadinya enggan mengomentari pernyataan Kari Amin, namun supaya publik jelas persoalan sebenarnya, akhirnya mereka memberi klarifikasi.
“Cukup aneh, dan lucu. Dia (Kari Amin) mengaku-ngaku namanya dicatut. Dia juga membantah terlibat aksi pelaporan PT SMGP. Emang kapan dia ikut pelaporan bersama GM3. Bahkan disebutkan, dia ikut tanda tangan, lucu,” kata Khairil Amri Nasution, ketua DPD KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Madina dalam rilis yang diterima Beritahuta pada, Minggu pagi (16/10-2022).
Dia menyebutkan, pihaknya tidak pernah mengajak Kari Amin dalam barisan GM3. “Kenapa dia merasa besar gitu. Jangan-janga dia ingin numpang terkenal dalam gerbong besar kami,” ujarnya didamingi pentolan GM3 lainnya, antara lain: M. Irwansyah Lubis, Al-Hasan Nasution, Tan Gozali, Mukhlis Nasution, Rizky Agustinhar, dan Amir Mahmud.
Bantahan Kari Amin, lanjut Khairil Amri, sempat membuat mereka tertawa karena menilai itu hanya bagian suatu kepanikan. Ucapan sia-sia yang tak berguna.
Sebab Kari Amin tidak pernah ikut menandatangani berkas pelaporan PT SMGP ke Polres Madina. Nama-nama pelapor sudah diekspos di berbagai beberapa online waktu lalu.
Mereka yang menandatangani dokumen pelaporan adalah Khairil Amri, M. Irwansyah Lubis, M. Al-Hasan Nasution, Tan Gozali, Rizky Agustianhar, serta Mukhlis Nasution.
“Tidak ada tandatangan Kari Amin. Enggak usah ngaku-ngaku, baper, dan lebai,” kata Khairil Amril.
Direktur Eksekutif SP3M Irwansyah Lubis menyatakan tak manampik Kari Amin pernah datang ke Posko GM3, yaitu malam hari pasca kejadian (27/10). Namun saat itu dia sedang rapat bersama tiga kuasa hukum mengenai persiapan pengaduan ke polisi sehingga tidak sempat bincang-bincang dengan Kari Amin.
Jika dirunut, memang Kari Amin awalnya bersedia sebagai salah satu pelapor atas nama korban dan masyarakat WKP. Pasalnya keluarganya ikut dirawat di RSU Permata Madina pada (27/10).
Bahkan, Kari Amin mengaku melihat langsung detektor H2S pada angka enam saat kejadian (27/10). Dia mengatakan siap membantu mencari korban lain agar bersama-sama ikut dalam pelaporan GM3 ke polres setempat.
Menurut Irwansyah, pukul 11.00—sebelum berangkat melapor ke polres, Kari Amin berjanji membawa korban lainnya ke GM3 supaya bersama-sama menyiapkan data dan dokumentasi pendukung laporan.
Kari Amin juga yang membocorkan informasi, saat insiden pihak EBTKE Kementerian ESDM berada di lokasi kejadian.
“Atas permintaan sendiri dia (Kari Amin) awalnya menyatakan kesediaan sebagai salah satu pelapor. Namun saat penandatanganan berkas laporan, dia mengelak. Tidak jadi datang, bahkan alat komunikasi pun sengaja dimatikan,” katanya.
Irwansyah menegaskan, setelah menyatakan bersedia sebagai salah satu pelapor serta siap mencari korban lain yang hendak ikut melapor, Kari Amin tidak pernah menyampaikan pembatalan niatnya tersebut, baik lisan atau tulisan. (*)
Editor: Akhir Matondang