PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Innalillahi wainnailaihi rojiun. Mantan bupati Mandailing Natal (Madina) Sumut dua periode H. Amrul Helmi Daulay meninggal dunia pada, Sabtu (28/1-2023), sekitar pukul 06.40 di RS Colombia, Medan.
Amru Daulay—begitu ia disapa—meninggal pada usia 84 tahun. Saat ini almarhum disemayamkan di rumah duka, Jalan Samanhudi, Medan.
Dikutip dari Wikipedia, Amru Daulay dilahirkan di Binjai, pada 18 Oktober 1939. Ia pernah menjabat bupati Madina dua periode, yaitu 2000-2005 dan 2005-2010.
Sebelum terpilih sebagai bupati Madina definitp melalui mekanisme pemilihan anggota dewan berpasangan dengan Masruddin Dalimunthe (2000-2005), ia diangkat Gubernur T. Rizal Nurdin sebagai penjabat bupati Madina pasca dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 1999.
Lima tahun berikutnya, Amru Daulay kembali terpilih sebagai bupati Madina berpasangan dengan Khasyim Nasution sebagai wakil bupati. Ini kali pertama di Madina digelar pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah melalui mekanisme pemiihan langsung.
Amru Daulay-Khasyim Nasution saat itu diusung Partai Golkar, PPP, PAN, PDI-P. Satu pasangan calon lagi adalah Naharuddin Lubis-H. Zainuddin Hasibuan (Ucin) yang dicalonkan PBR, PBB dan PNBK.
Bagi Madina Amru Daulay yang merupakan anak seorang ulama yang berasal dari Desa Manambin, Kecamatan Kotanopan, Madina adalah sebuah nama besar. Dia bisa dikatakan sebagai bapak pembangunan Madina.
Dialah yang mengusulkan nama kabupaten ini menjadi Mandailing Natal. Saat menyampaikan sambutan di gedung DPRD Madina, suami Hj. Yosma Dalimunthe ini menyebutkan dengan singkatan Madina diharapkan daerah ini sejuk dan berkah.
“Kita berharap Madina paling tidak bisa menjadi kabupaten yang sejuk dan berkah. Madina yang madani. Dapat limpahan berkah, mudah-mudahan bisa mendekati seperti Kota Madinah di Arab Saudi,” katanya.
Sekadar mengingatkan, sebelumnya ada beberapa nama kabupaten ini mencuat, antara lain: Natal, Pantai Barat, dan Mandailing Godang.
Selama sekitar 11 tahun memimpin Madina, Amru Daulay dinilai mampu meletakkan pondasi pembangunan fisik daerah ini. Jika kita lihat wajah kabupaten pada masa sekarang, bisa dikatakan semua masih peninggalan era kepemimpinan almarhum.
Misalnya: Masjid Agung Nur Ala Nur Aek Godang; Pasar Baru Panyabungan; Madina Square, jalan lintas timur, STIM Madina—sekarang STAIN; SMA Plus Panyabungan; Stadion Abdul Haris Nasution;
Selain itu, pembangunan bandara Bukit Malintang, komplek perkantoran bupati; serta jalan jalur dua Kota Panyabungan, Kotanopan, dan Siabu.
Amru Daulay juga mampu merangkul dan menjalin hubungan harmonis dengan berbagai kalangan, seperti ulama, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, pemuda, dan elemen masyarakat lainnya.
Suatu saat Amru Daulay dendar Tuan Opsir Purba Julu tidak bisa jalan karena sakit, tak lama kemudian dia berikan mobil kepada Tuan tersebut.
Dalam menyelesaikan suatu masalah tidak digantung-gantung, apalagi PHP (pemberi harapan palsu). Itulah salah satu modalnya dalam membangun kabupaten ini. Wartawan dirangkul.
Pada saat itu, setiap Jumat sore dia mengumpulkan wartawan. “Dia berbagi terhadap rekan-rekan jurnalis. Pak Amru paham wartawan punya peran dalam memajukan daerah,” kata tokoh masyarakat Khairuddin Lubis ketika diminta kesannya tentang kepemimpinan Amru Daulay.
Selamat jalan bapak kami, semoga husnul khatimah…(*)
Editor: Akhir Matondang