BERITAHUta.com— Syeh Habib Muhammad Syakir Al Idrus mengingatkan kaum muslim agar tidak mengingkari nikmat yang diperoleh. Sebab, mereka yang melakukan maksiat adalah bagian dari kelompok mendustakan rezeki dan nikmat yang diberikan Allah SWT.
“Silakan maksiat, tapi ada syaratnya,” kata Habib ketika menyampaikan tausiah pada kegiatan “Semarak Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H” yang berlangsung di depan Masjid Raya, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumut, Selasa (11/9/2018) malam.
Penceramah asal Jakarta itu menjelaskan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin bermaksiat, yaitu: tidak dilakukan di atas bumi Allah., tidak pakai rezeki dari Allah.,tidak melakukan maksiat di tempat yang bisa dilihat Allah., silakan maksiat jika merasa bisa menunda kematian, dan terakhir, Silakan maksiat jika setelah hari pembalasan nanti bisa pindah dari neraka ke surga.
“Kalau kita bisa menunda ajal tiga hari saja, maka sisa hidup itu tentu dipakai beribadah. Itulah manusia, Ketika waktu beribadah masih ada, tapi tidakn dipergunakan sebaik-baiknya,” katanya.
Habib mengingatkan jika suatu kampung para kaum mudanya berakhlak mulia dan tidak maksiat, maka kampung itu akan disinari rahmat. Sebaliknya, jika para pemuda di suatu kampung banyak bermaksiat, Allah tidak akan menurunkan rahmat di tempat itu.
Dalam kesempatan itu, Wakapolres Madina Kompol Tongku Bosar Pane menyatakan pihaknya siap memberantas penyakit masyarakat. “Secara tegas saya katakan, kami siap memerangi maksiat serta penyakit masyarakat,” katanya.
Hal serupa dikatakan Asisten III Setdakab Madina Drs. Syahnan Batubara. “Pemerintah daerah sudah bertekat mengikis habis segala bentuk maksiat, judi, prostitusi, minuman keras, narkoba dan lain-lain. Tapi tentu saja perlu dukungan semua lapisan masyarakat, “ ujarnya.
Selain tablig akrbar, pada kegiatan “Semarak Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H” itu, juga diadakan pawai obor yang melibatkan 1000-an pelajar dan santri yang ada di seputaran Panyabungan.
Namun, sejumlah warga yang datang ingin mendengarkan tausiah Habib terpaksa menyimpan kecewa. Banyak di antara mereka pulang lebih awal karena tidak sabar menunggu sang Habib menyampaikan siraman rohani.
Kekecewaan sebagian jemaah tersebut disebabkan ketidakmampuan panitia mengatur waktu, dan terkesan semua ingin tampil menyampaikan tausiah. Alhasil, habis waktu sehingga Habib baru dapat giliran menyampaikan tausiah sekitar pukul 22.30.
“Mestinya ketua panitia hanya menyampaikan poin-poin atas pelaksanaan kegiatan itu, eh malah dia juga berapi-api seperti sedang tausiah. Semua pembicara begitu, tidak ingat waktu. Alhasil, Habib yang datang jauh-jauh datang dari Jakarta hanya menyampaikan tausiah tidak lebih dari 30 menit,” kata seorang ibu. (tim-01)