BERITAHUta.com— PGRI terus berkomitmen memperjuangkan nasib para guru honorer dan tenaga kependidikan kategori maupun non-kategori di bawah Kemendikbudristek dan Kemenag, khususnya bagi mereka berusia di atas 35 tahun supaya menjadi ASN melalui jalur ASN-PPPK (Aparatur Sipil Negara- Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Demikian dikatakan Pengurus Besar PGRI Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd., dalam sambutannya dibacakan Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina) Atika Azmi Utammi Nasution pada Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional (HGN) tingkat Madina, Kamis (25/11-2021).
Pada kegiatan yang antara lain dihadiri Asisten III Setdakab Madina Drs. Syahnan Batubara, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Arbiuddin Harahap, kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah), para kepala sekolah dan sejumlah guru ini bertindak sebagai inspektur upacara adalah Atika Azmi Utammi.
“Kami berharap pemerintah memberi perhatian khusus pada guru honorer di daerah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal) yang saat ini benar-benar membutuhkan kejelasan status sebagai guru dan tenaga kependidikan,” kata Unifah Rosyidi.
Dia berharap model rekruitmen guru honorer dan tenaga kependidikan, khususnya di daerah 3T dilakukan sesama guru dari daerah tersebut dengan pola yang dipersiapkan secara tersendiri.
PGRI, kata Unifah Rosyidi, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah mendengar masukan para guru melalui PGRI pusat maupun daerah untuk pemberian Afirmasi yang berkeadilan dan memperhatikan masa pengabdian para guru honorer yang usianya di atas 35 tahun.
Hari ini, lanjutnya, 25 November 2021, kita kembali mengenang sejarah 76 tahun lalu ketika para guru di seluruh tanah air yang tergabung dalam puluhan organisasi guru yang berbeda paham dan golongan, dengan semangat dan niat mulia bersepakat melebur menjadi satu wadah organisasi, yaitu PGRI.
Tepat seratus hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 25 November 1945 PGRI hadir sebagai wadah perjuangan guru, pendidik dan tenaga kependidikan, memperjuangkan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berperang melawan kebodohan dan keterbelakangan, serta berkhidmat memajukan Pendidikan Nasional.
“Terimakasih kepada pemerintah Republik Indonesia yang telah menghargai perjuangan para guru, pendidik, pendidik non-formal, dan tenaga kependidikan dengan menetapkan hari lahir PGRI pada 25 November sebagai Hari Guru Nasional melalui penetapan Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994,” katanya.
Unifah Rosyidi mengatakan 2021 ini, kita memasuki tahun kedua dalam suasana pandemi penanganan pandemi Covid-19 di tanah air sangat menggembirakan sehingga memungkinkan sekolah di berbagai penjuru tanah air kembali melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka secara Terbatas (PTMT).
Pembelajaran kembali dapat dilakukan secara luring, maupun bauran dengan pembelajaran daring dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan.
“Kita tidak ingin sekolah menjadi klaster baru dalam penyebaran Covid-19. Karena itu, keselamatan dan kesehatan anak didik, pendidik, dan tenaga kependidikan menjadi prioritas utama,” ujarnya.
PGRI menyampaikan penghargaan dan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah yang memprioritaskan pemberian vaksin bagi para guru, pendidik, tenaga kependidikan, siswa, dan mahasiswa, dan kini telah dimulai pemberian vaksin bagi anak didik di bawah usia 12 tahun.
Prioritas pemberian vaksin di lingkungan pendidikan ini merupakan wujud perhatian dan komitmen pemerintah dan pemerintah daerah tentang pentingnya sektor pendidikan.
Kerja sama yang efektif dengan orang tua menjadi perlu terus ditingkatkan. Satu hal yang menjadi pembelajaran penting pasca covid adalah peran guru tidak dapat digantikan teknologi.
Guru adalah suri tauladan, kawan belajar, dan pemberi semangat ulung agar bara api anak didik tetap menyala untuk terus belajar meraih mimpi. (*)
Editor: Akhir Matondang