PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Lima korban pengeroyokan saat mengikuti karnaval dalam rangka HUT ke-78 RI di Mandailing Natal (Madina), Sumut mengalami luka-luka hingga dirawat di rumah sakit. Sayang, hingga Kamis (17/8/2023) siang, belum seorang pun pihak pemkab setempat atau panitia membesuk mereka sebagai tanda empati.
Ada kesan panitia karnaval atau ketua Panitia HUT ke-78 RI tingkat Madina tidak peduli sama sekali. Setali tiga uang, bupati dan wakil bupati pun demikian. Tak terpikirkan oleh mereka sekadar menyapa derita dialami warga Pidoli Dolok, Kecamatan Panyabungan, Madina tersebut.
Mereka yang mengalami luka-luka adalah M Bakhtiar Pulungan (18) mengalami tusukan sajam; M. Sahnan (17), terkena celurit di punggung; Mhd. Husein (23), memar di wajah terkena pukulan, Hendri Lubis (24), terkena pukulan di sekitar mata; dan Anwar (14), menderita patah tulang.
Seorang warga Pidoli Dolok saat rapat membahas sikap mereka terhadap nasib dialami rekan-rekannya menyebutkan panitia dan pemkab tidak punya rasa peduli terhadap dialami pemuda Pidoli Dolok. “Pemerintahan model apa begini,” ujarnya, Rabu (16/8/2023).
Ketua Naposo Bulung Pidoli Dolok Ahmad Gusdanil Hasibuan menjelaskan aksi pengeroyokan dialami mereka saat kegiatan karnaval bukan hanya terjadi di depan Bank Mandiri, Jalan Williem Iskander, Panyabungan, tetapi hal serupa mereka alami saat hendak pulang ke desanya,yakni: di sekitar SPBU Sipolu-polu.
“Alhamdulillah, kami masih bisa selamat sampai desa kami. Hanya saja, kami sesalkan, pihak panitia dan pemkab seolah menyangka tidak ada musibah kami alami,” katanya.
Informasi didapat media ini menyebutkan, hingga berita ini ditulis, baru Lurah Pidoli Dolok yang sudah menyapa para pemuda. “Baru lurah, yang lain belum,” ujar Ahmad.
Kerusuhan saat karnaval ini terjadi pada, Rabu (16/8/2023) siang. Tidak jelas kejadiannya, tiba-tiba terjadi pertikaian antara dua kelompok.
Dikutip dari WartaMandailing, Ahmad mengatakan usai aksi pengeroyokan pertama, tidak ada sedikit pun upaya panitia mengamankan rekan-rekannya sampai tiba di desa. “Mana tanggung jawab mereka. Ini sangat aneh,” katanya usai rapat membahas persoalan ini di Bagas Godang Pidoli Dolok. (*)
Editor: Akhir Matondang