Menurut Dahlan Hasan, bantuan mesin pengolah pohon karet dari Darmin Nasution menjawab salah satu persoalan rendahnya harga karet di daerah ini. “Ada masukan. Kalau pun di replanting kayunya hanya jadi kayu bakar saja, nah.. mesin ini jawabannya,” katanya.
==================
DELAPAN tahun era kepemimpinan Dahlan Hasan Nasution, selaku bupati di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut bukanlah waktu singkat. Namun, kebijakan dalam upaya perbaikan ekonomi masyarakat sangat tampak tak terarah. Ekonomi daerah ini seolah berjalan alami tanpa campur tangan pemkab.
Dus, pembangunan fisik pun demikian. Kata perantau, “kok daerahku begini-begini terus.”
Begitu banyak angan-angan digelontorkan Dahlan Hasan, dalam bahasa teknisnya: rencana, tapi nyaris semua terbengkalai. Tidak jelas progresnya, bahkan terkesan hanya sekadar seremonial belaka atau sekadar pencitraan.
Terkesan pula, setiap rencana pembangunan naso jelas alias NJ ini muncul tanpa kajian. Tanpa perencanaan matang, bahkan ketika serimonial peletakan batu pertama dilakukan, misalnya, gambaran sumber pendanaan pun belum jelas. Berharap “durian” runtuh dari langit, tetapi nyatanya tidak atau belum “runtuh-runtuh” jua.
Berikut coba kami urai beberapa rencana proyek NJ yang terkesan mengdepankan seremonial dan dan manis di bibir saja. Saya ambil contoh, ketika menyampaikan sambutan pada peletakan batu pertama pembangunan kampus STAIN Madina di Tor Si Ojo, Kotanopan, Dahlan Hasan menyebutkan, “Diharapkan pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2019, kampus Tor Si Ojo sudah berdiri, katanya di depan Darmin Nasution, menko Perekonomian, saat itu.
Sekarang sudah 2019, tapi entah kapan dilakukan peletakan batu kedua. Tak jelas progresnya, bahkan ada di antara proyek seremonial dan “cuap-suap” itu seolah diam seribu bahasa, sebut saja contohnya: rencana pembangunan monumen Jenderal Abdul Haris Nasution dan pembangunan asrama haji yang peletakan batu pertamanya—tak tanggung-tanggung—seorang presiden negara ini.
Berikut coba kami urai beberapa proyek seremonial dan “cuap-cuap” belaka yang belum jelas juntrungnya.
- Bandara Bukit Malintang
Entah sudah sampai dimana progres realisasi bandara ini. Pada periode 2019 sampai 2020 begitu gencar pemberitaan soal ini, tapi sekarang agak redup. Bak lentera diterpa angin kencang.
Apakah ada upaya mengemas seolah bandara “In syaa Allah” ini bakal terwujud dalam waktu dekat hanya sekadar politis atau kebetulan saat itu jelang Pilkada Madina 9 Desember 2020, wallahu aqlam bissawaf.
Karena sebelum pilkada “pusat” beberapa kali ke datang ke daerah ini dengan agenda macam-macam. Namun pasca pilkada nyaris tak terdengar lagi hiruk-pikuk perkembangan pembangunan bandara ini.
Jika kita mencari informasi mengenai bandara ini lewat pencarian google, sungguh planning yang sering diutarakan pemkab jauh melenceng. Misalnya, dalam sebuah berita disebutkan, bandara akan selesai 2016.
Pada tahun 2017, tepanya 22 Desember, Tengku Erry Nuradi—gubernur Sumut saat itu—mencangkan dimulainya pembangunan bandara dengan ditandai penandatanganan prasasti.
“Dengan dimulainya pembangunan bandara Bukit Malintang diharapkan dapat memberi manfaat, baik kepada masyarakat Madina sendiri maupun masyarakat Sumut dan sekitarnya, karena lokasinya tidak jauh dari provinsi tetangga, Sumbar,” kata Erry, kala itu.
Jika pada pemberitaan sebelumnya disebutkan bandara selesai 2016, lain lagi perkembangan berikutnya. Pada 16 Maret 2019, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pembangunan bandara Bukit Malintang dimulai 2019.
Kata menteri, jika Pemkab Madina bisa menyelesaikan pembersihan lahan secara cepat, proses pembangunan diperkirakan berlangsung sekitar dua tahun.
Dua tahun terlewati, sekarang 2021, justru tidak ada kabar signifikan mengenai progres pembangunan bandara tersebut.
- Pembangunan Asrama Haji
Pada awal 2017, tepatnya Sabtu (25/3), Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo meresmikan pembangunan asrama haji Madina di kawasan Masjid Agung Nur Alannur.
“Asrama haji pertama yang ingin kita mulai pada pagi ini. Semoga nanti bermanfaat bagi seluruh calon jamaah haji maupun jamaah haji yang pulang dari tanah suci,” kata Jokowi.
Tak tanggung-tanggung, saat itu presiden didampingi kementerian terkait. Antara lain: Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki. Turut juga hadir Gubernur Sumut (saat itu) Tengku Erry Nuradi.
Empat tahun berlalu, sampai sekarang asrama haji yang pembangunannya diresmikan presiden, belum terdengar ada peletakan batu kedua—baru peletakan batu pertama.
Presiden lo, yang meletakkan batu pertama.
- Rumah Sakit Umum Madina
Pada awal 2018, tepatnya, Sabtu (10/2), gubernur Sumut–saat itu–melakukan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Umum (RSU) Ibu dan Anak Daerah Penyabungan dengan konsep green (hijau). Lokasinya, di Kompleks Bukit Payalotung Panyabungan, Madina.
Dahlan Hasan mengatakan lahan yang hendak dibangun seluas 3.402 meter persegi dengan pendanaannya APBD 2018. Proyek ini diperkirakan menghabiskan Rp36 milliar.
Rumah sakit di perbukitan ini dirancang berlantai tiga. Nantinya sebagian areal dijadikan taman kota.
‘’Tujuan dibuat taman kota agar pasien dan keluarganya menjadi tenang dan cepat pulih,’’ kata bupati.
Tiga tahun berlalu sejak peletakan batu pertama, saat ini memang sudah ada wujud rumah sakit tersebut, namun entah persoalan apa, proses pambangunannya terhenti sehingga fisik bangunan seperti terlantar.
- Jalan Lingkar Kotanopan
Siang malam Dahlan Hasan saat itu berada di Kotanopan merencanakan pembangunan jalan lingkar Kotanopan sepanjang sekitar 8 km. Sangat menggebu-gebu. Alat berat dikerahkan, bahkan bupati sempat “berkantor” di mess Pemprov Sumut yang ada di pusat kecamatan ini. Sekarang, entah sudah bagaimana kondisi jalan ini karena tidak jelas penyelesaiannya.
Di depan Darmin Nasution—saat itu Menko Perekonomian—pada peletakan batu pertama pembangunan kampus STAIN di Tor Si Ojo, Dahlan Hasan menyebutkan, pemkab sudah membangun jalan sepanjang 10 km dengan lebar 14 meter. Sepanjang 8 km dari 10 km, kata dia, akan dibangun dengan hotmix pada tahun itu juga, yaitu: 2018 hotmix. Sedangkan 2 km lagi yaitu jalan menuju kampus STAIN Madina juga dibangun pada 2018 dengan menggunakan dana APBD Madina.
- Kampus STAIN di Tor Si Ojo, Kotanopan
Pada Jumat petang (11/5-2018), Darmin Nasution melakukan peletakan batu pertama pembangunan kampus STAIN di Tor Si Ojo.
Peletakan batu pertama berlangsung meriah. Saat itu, bupati menyebutkan sudah ada donatur yang akan menyumbang Rp20 miliar dalam bentuk bangunan. Lalu, PT PLN pusat siap membangun masjid di sekitar kampus tersebut.
Bupati berharap Darmin Nasution bisa membantu melobi sumber-sumber pendapatan dari pusat. Diharapkan pada penerimaan mahasiswa baru 2019, kampus Tor Si Ojo sudah berdiri.
Lalu, di depan Menko Perekonomian Darmin Nasution saat pembukaan Pameran Pambangunan Madina dalam rangka HUT ke-20 kabupaten, Kamis (7/3-2019), Dahlan Hasan begitu semangat mengutarakan rencana pembangunan kampus STAIN Madina di Tor Siojo Kotanopan.
“Kita berharap Pak Menko Perekonomian membantu percepatan pembangunan yang semuanya dibiayai APBN. Kalau hanya mengandalkan APBD tak akan mampu,” harap bupati sambil menyerahkan proposal.
- Monumen Jenderal A.H. Nasution
Minggu (8/12-2019), Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko melakukan peletakan batu pertama monumen Jenderal Besar Abdul Haris Nasution di Komplek Perkantoran Bupati Madina.
Dahlan Hasan mengatakan monumen ini sudah ditunggu bertahun-tahun. Kehadiran KSP ke Madina, menurut dia, membawa harapan bagi rencana-rencana pemkab.
- Terminal Tipe A
Madina salah satu kabupaten di Indonesia yang tidak memiliki terminal, sekalipun tipe-C. Sudah lama pula terdengar di Pasir Putih, Pidoli Dolok, Panyabungan bakal dibangun terminal—entah tipe apa—tapi sampai sekarang tidak jelas kapan dimulai.
Dikutip dari Waspada.co.id., Kadis Perhubungan Pemkab Madina Hendra Edisa Putra melalui Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Hafni ST, Rabu (26/8), menjelaskan pembangunan terminal angkutan itu akan terealisasi jika bandara Bukit Malintang selesai dibangun.
“Rencananya kita bangun terminal tipe-A, namun karena kita baru memiliki lahan 1,8 ha dan masih butuh proses perluasan lahan, untuk sementara tipe-C dulu kita bangun,” kata Hafni.
Untuk pembangunan terminal tipe-A, kata dia, diperlukan lahan 5 ha. Pihaknya masih menunggu persiapan lelang karena status tanah sangat diperlukan.
“Kita sudah rencanakan pembangunan ini kurang lebih lima tahun. Kita juga berharap dengan adanya perubahan status jalan nantinya bisa mempercepat realisasi terminal ini,” katanya.
- Pasar Baru Panyabungan
Meskipun saat ini pembangunan Pasar Baru Panyabungan sedang dilaksanakan, tapi hal ini dinilai lamban. Sejak terbakar, Sabtu (16/6-2018), atau jelang tiga tahun lalu, kondisi lokasi berdagang di pasar ini memprihatinkan. Jika Bang Toyib tidak pulang-pulang tiga lebaran, para pedagang di sana pun sudah hampir tiga lebaran tidak panen “hari raya”.
Ini disebabkan pemkab terkesan lalai mengurus nasib para pedagang, yang notabene urat nadi ekonomi daerah. Omzet mereka anjlok. Selain kondisi ekonomi yang tak menentu, diperburuk pula kondisi pasar yang tak layak.
Menyedihkan. Jika hujan, becek. Jika panas, debu. Jalan terkadang bak kubangan kerbau. Ironis. Tapi apa mau dikata, pedagang hanya bisa pasrah.
Ini juga entah kapan pasar yang sedang dibangun selesai. Pekan lau, salah satu tiang yang dikerjakan roboh, semoga bukan pertanda buruk.
- Moeldoko Islamic Centre
Ketika Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bersama istri Ny. Kowesni Arningsih berkunjung ke Madina, Minggu (8/12/2019), selain melakukan peletakan batu pertama pembangunan monumen Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, dia juga menandatangani prasasti pembangunan Moeldoko Islamic Center dan Sekolah Anak Yatim Piatu yang menurut rencana bakal dibangun di puncak bukit Muhasabah, Desa Sipaga-paga, Panyabungan.
Waktu berjalan, tak terasa sudah setahun lebih, belum ada tanda-tanda bangunan ini direalisasi.
Mengutip sumber yang tak mau ditulis namanya, tadinya Moeldoko menyangka bangunan itu sudah mulai dibangun dan tinggal menunggu peresmian.
“Pak Moeldoko sangat kecewa begitu tahu pembangunan fisik monumen Abdul Haris Nasution dan Moeldoko Islamic Center belum dikerjakan,” katanya.
- Kebun Nanas dan Pisang Terluas
Soal rencana kebon nanas dan pisang terluas—se-dunia?– yang pernah diucapkan Dahlan Hasan ini belakangan sering dijadikan bahan olok-olok para pengguna media sosial (medsos) terhadap pemkab. Rencana ini dinilai terlalu bombastis, padahal belum tentu melalyi studi dan kajian matang pihak-pihak terkait.
Kalau Madina ingin menjadi daerah terluas kebun pisang dan nanas se Sumatara saja, pasti keteter (baca: sulit). Sustanabilty Senior Manager PT GGP Lampung Arief Fatullah, (2/10-2019), menyebutkan luas lahan perkebunan nanas di provinsi ini sekitar 33.000 ha yang sebagian besar berada di Lampung Tengah.
Kebun nanas di Lampung pun begitu luas, bahkan mereka punya industri pengalengan manisan nanas yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Hingga saat ini, Lampung merupakan salah satu daerah pamasok pisang terbesar ke Pulau Jawa dengan luas lahan 10.855 ha (BPS 2016).
Dalam kunjungan Moeldoko ke Madina, Sabtu dan Minggu (8-9/12-2019), salah satu agenanya adalah kunjungan ke Desa Sikumbu, Kecamatan Lingga Bayu, Madina dalam rangka meninjau lokasi kebun pisang dan kebun nanas, sekaligus pencanangan areal budidaya holtikultura yang saat ini menjadi program besar pemkab.
Sudah bagaimana pula soal program besar areal budidaya holtikultura ini, ah kok saya jadi kepo sih.
- Dermaga Palimbungan
Meskipun sudah selesai dibangun, namun Pelabuhan internasional Palimbungan di Kecamatan Batahan belum bisa dimanfaatkan secara maksimal karena kondisi jalan menuju dermaga masih memprihatinkan. Proyek ini sudah dibangun sejak bupati Amru Daulay, yaitu tahun 2012 dengan anggaran Rp183 miliar.
Persoalannya dalam setiap kesempatan “cuap-cuap” tentang Madina, Dahlan Hasan selalu menyebutkan soal pembangunan pelabuhan ini.
Nyatanya, sampai saat ini infrastruktur jalan menuju pelabuhan masih juga belum ada kejelasan.
12.Mesin Pengolah Pohon Karet
Dalam rangka HUT ke-20 Madina, pada 2019 lalu, Menko Perekonomian—sat itu– Darmin Nasution menyerahkan bantuan mesin pengolahan kayu karet menjadi bahan baku kayu berstandar ekspor kepada Pemkab Madina yang ditempatkan di sekitar bandara Bukit Malintang.
Menurut Dahlan Hasan, bantuan ini menjawab salah satu persoalan rendahnya harga karet. “Ada masukan. Kalau pun di replanting kayunya hanya jadi kayu bakar saja, nah.. mesin ini jawabannya.”
Nantinya, kata dia, kayu gelondongan hasil replanting dapat langsung dijual petani ke pabrik pengolahan kayu bahan furniture dengan harga lebih tinggi.
“Jadi kebun karet yang sudah tidak produktif getahnya justru kayunya memiliki nilai ekonomis yang tinggi untuk dapat dijadikan pubber wood finger join atau sejenis papan kayu karet rakitan, papan serat, parquet flooring atau furniture kualitas ekspor dan sejenisnya,” kata bupati seperti dikutip dari Madina Pos (10/3-2019).
Jenis pubber wood (kayu karet) ini banyak diminati negara di Eropa karena alasan lingkungan dan memiliki motif yang indah dan halus. “Negara di Eropa sangat ketat mengenai furniture berbahan kayu alam. Karena ini adalah berbahan kayu budidaya maka biasanya mereka sangat menyukainya, tinggal bagaimana kita mengolahnya dengan baik saja karena ruang itu sudah terbuka bagi kita masyarakat Madina,” ujarnya.
Sayang seribu sayang, kabarnya saat ini mesin pengolah pohon batang karet ini sudah jadi besi tua…
Oleh: Akhiruddin Matondang