BERBAGI
foto: cover album "Padiarma Sasada Au"

Tarsonggot do au mambaca surat mi anggi aek ni mata madabu inda usadari be nakawin maho nimu tu anak namaradong i… (Judul: Aha do Salahku, Ciptaan dan Vokal: Parlin Lubis)

PARLIN Lubis adalah seniman musik Mandailing paling legendaris. Ia memilih konsisten menggeluti dunia musik daerah ini, baik sebagai pencipta lagu maupun penyanyi.

Saya kira setelah era Anasty dan Taufik Lubis pada awal 1980-an, Parlin Lubis generasi seniman musik Mandailing yang benar-benar konsen di jalur itu.

Awal 1980-an lagunya Aha do Salahku begitu populer. Pada masa itu, ketika ada anak-anak muda bermain gitar, misalnya, di depan-depan rumah, lopo-lopo, atau warung-warung, mereka selalu memilih lagu itu. Sekalipun di antara mereka tidak semua suka dangdut, tapi lagu itu diterima.

Sahren Hasibuan, wartawan salah satu media lokal, melihat kondisi Parlin Lubis yang sedang sakit beberapa minggu lalu. (foto: syahren hasibuan)

Saya kira, kalau lagu-lagu Anasty terkesan konyol bagi generasi 1980-an, lagu Parlin Lubis justru diterima. Lagu itu contohnya, sekalipun dangdut, tetapi warnanya musik tetap khas Mandailing. Kesannya tradisional sekali. Beda jauh dengan lagu-lagu berlabel Tapsel-Madina sekarang yang hilang karakter lokal, karena semua meniru dangdut modern.

Dalam konteks itu kita kehilangan seorang Parlin Lubis. Lagu-lagu ciptaannya tak ada yang keindia-indiaan. Ia mempertahankan karakter tradisional dangdut Mandailing.

BERITA TERKAIT  Sanksi bagi 7 Siswi Robek Rok Tak Berubah, Cabdis Pendidikan Bantu Proses Pindah

Tidak mudah menjadi seniman musik daerah. Karena di sini menjadi seniman harus menjadi miskin, sebab pemerintah tidak memberi insentif apa pun bagi seniman.

Seniman hanya hidup dari karya mereka yang dibayar murah oleh mekanisme pasar yang tidak tumbuh. Saya tahu, sekaliber Parlin Lubis hanya dibayar 500 ribu untuk satu lagu ciptaannya. Dan, sekalipun beliau menulis ratusan lagu, produksi lagu-lagu daerah Tapsel Madina amat terbatas sejak akhir tahun 2014.

Bayangkan saja, satu album lagu daerah kadang-kadang hanya terjual seribu keping. Padahal untuk balik modal saja, setidaknya tembus angka tujuh ribu keping VCD. Ini antara lain dipengaruhi ekonomi kita yang tak tumbuh seperti era sebelum 2014.

Meski begitu, seorang Parlin Lubis tetap bertahan jadi seniman. Bahkan mengamen di lingkungan para penambang emas ilegal ia lakukan untuk sekadar menyambung hidup, agar dapur tetap “ngebul”. Terus terang saya begitu sedih dengar cerita ini, tetapi saya tak bisa berbuat apa-apa.

Saya mengenal beliau dengan baik, karena sesama seniman daerah yang berjuang di seni tradisi. Beberapa kali bertemu di studio rekaman teman, bertemu di lokasi shooting, atau bertemu di kegiatan keseharian.

BERITA TERKAIT  Dorong Pertumbuhan Ekonomi, BPN Berikan Layanan Penyederhanaan Perizinan

Parlin Lubis bercerita. Berkeluh kesah, kadang-kadang menasehati saya. Ruh seniman yang ada pada dirinya saya tahu betul. Saya tahu, betapa sulitnya bertahan hidup sebagai seniman daerah.

Saya yakin banyak orang mengira semua baik-baik saja. Padahal kita tidak tahu bagaimana susahnya ketika produksi musik dan film daerah mati suri sejak enam tahun terakhir. Padahal, berapa banyak seniman daerah yang hidup dari segmen ini? Mereka semua melarat sekarang, hidup morat-marit.

Kapolres Madina AKBP Horas Tua Silalahi sempat membesuk Parlin Lubis dikala sedang sakit dan memberikan bantuan untuk berobat. (foto: sahren hasibuan)

Itu yang tidak pernah kita sentuh. Setidaknya sekadar insentif untuk para seniman daerah. Kita jor-joran untuk bantuan ini-itu, tetapi siapa peduli mereka yang bertahan membesarkan bahasa dan budaya daerah mereka.

Saya begitu merasakan apa yang dirasakan seorang Parlin Lubis ketika harus bertahan menjadi seniman, sambil berjuang menghadapi sakit. Jangan tanya di mana negara ketika itu, jangan kita “toel” dimana daerah.

Saya tulis ini, setidaknya memberi hormat kepada beliau yang berani menjadi miskin untuk tetap menjadi seniman daerah.

Inna lillahi wainna ilaihi rojiun. Selamat jalan Bang Parlin Lubis. Semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita…

Penulis: Askolani, Budayawan Mandailing

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here