(Penulis: Ketua Program Doktor Ilmu Pertanian UMA merangkap Rektor Institut Bisnis IT&B, dan pernah menjabat Kepala SMA Negeri 2 Plus Panyabungan)
H. AMRU Helmi Daulay, SH., atau yang akrab disapa Amru Daulay sudah tiada. Mantan bupati Mandailing Natal (Madina), Sumut dua periode ini mengembuskan nafas terakhir pada, Sabtu (28/1-2023), sekitar pukul 06.40 di RS. Colombia, Medan.
Setelah dapat informasi Amru Daulay—selanjutnya dalam tulisan disebut Amru–dipanggil menghadap-Nya, tiba-tiba saya teringat pada tulisan saya tentang beliau pada tahun 2009, sekitar setahun jelang masa jabatannya berakhir.
Dalam beberapa kali pertemuan, saya melihat kegalauan hati Amru karena khawatir tidak akan berkesinambungan pembangunan Madina dari yang sudah dilaksanakannya selama ia memimpin.
Saya memahami kegalauan hati tersebut karena saat itu beliau satu-satunya yang menjadi bupati, setidaknya menjadi bupati defenitif selama usia Madina kala itu.
Karena itu, dapat dikatakan Amru orang yang merintis, membuat dasar, dan membangun fondasi pembangunan Madina. Jadi wajar jika beliau berharap bupati setelah ia adalah sosok yang bisa melanjutkan rintisan pondasi yang telah diletakkan, serta dihasilkan.
Amru tentu berharap jangan sampai semua yang dikerjakan sirna, lenyap, dan hapus karena penerusnya merancang program kerja dengan mengabaikan yang sudah ada. Bisa jadi lantaran sang penerus sekadar ingin tampil beda, atau memiliki visi yang bertentangan dengan visi, misi, dan program yang sudah dijalankan mantan penjabat bupati pasca mekar dari Tapanuli Selatan tersebut.
Terlepas dari alasan kepala daerah berikutnya untuk mengabaikan yang dicapai Amru dalam membuat program pembangunan, pasti ketidakberlanjutan program antara yang dihasilkan Amru dengan programkan pimpinan berikutnya dikhawatirkan mengganggu keberlangsungan pembangunan Madina.
Kekhawatiran Amru tidak berkelanjutannya pembangunan Madina, saya kira tidak hanya terkait kepentingannya seolah-olah hendak menghilangkan karyanya, tapi menyangkut kepentingan lebih luas, yaitu kepentingan Madina secara keseluruhan. Yaitu terhambatnya pembangunan yang sudah dan sedang berlangsung saat itu.
Saya kira saat itu, Amru berkepentingan terhadap figur, sosok, dan kepribadian penggantinya. Penggantinya diharapkan orang yang sejalan dengan beliau. Mampu melanjutkan sesuatu yang sudah dirintis, setidaknya bisa menempatkan program dan keberhasilan beliau sebagai dasar menyusun program.
Wajar kalau itu Amru berharap pemimpin Madina berikutnya orang dia dikenal. Tahu bagaimana beliau menjalankan pemerintahan dan pembangunan daerah ini.
Kegalauan hati Amru atas keberlangsungan pembangunan Madina sering saya amati dari pembicaraan beliau, walau tak pernah diucapkan secara eksplisit, namun saya tangkap dari ucapannya, baik langsung, atau secara tak langsung ketika berbicara dengan orang lain yang kebetulan saya ada pada saat itu.
Berdasarkan peraturan dan hukum yang berlaku, bupati tentu tidak memiliki hak memilih dan menentukan siapa sebagai penggantinya. Jadi, wajar jika Amru harap-harap cemas menanti penerus ketika itu.
Selama 11 tahun lebih Amru memimpin Madina, banyak ide, gagasan, program, dan hasil pembangunan riel yang harus dilanjutkan bupati berikutnya.
Ada dua di antara sekian banyak program yang menurut saya sangat mendasar dan sejalan dengan budaya dan karakter masyarakat Madina, yaitu pendidikan dan agama.
Sejak zaman dahulu, perintah yang umum disampaikan orang tua terhadap anaknya yaitu kehe tu sikola dan kehe mangaji. Ini mengindikasikan betapa penting pendidikan dan agama bagi masyarakat Madina. Dua hal itu menjadi perhatian Amru.
Khusus masalah pendidikan, menjadi penting juga bagi saya, karena persoalan pendidikanlah kami dipertemukan dan belakangan mendekatkan saya dengan beliau. Saya merasakan kedekatan saya dengan beliau mulai dari perjalanan saya dan beliau dari Panyabungan ke Kotanopan pada acara penyerahan pengelolaan kelas unggulan dari Badan Musyawarah Cendekiawan Mandailing Natal (BMCMN) kepada Pemkab Madina.
Penyerahan dilakukan karena kelas unggulan yang kami rintis tidak sanggup lagi kami lanjutkan disebabkan ketidakmampuan pembiayaannya.
Saat itu saya meminta Amru mengambil alih pengelolaannya yang belakangan kelas unggulan itu menjadi cikal bakal berdirinya SMA Negeri 2 Plus Panyabungan.
Kala itu, dalam perbincangan di perjalanan, Amru banyak memaparkan mimpi beliau mengenai pendidikan di Madina, mulai cita-cita mewujudkan juara olimpiade sains dari Madina, mewujudkan sekolah-sekolah unggulan mulai SD sampai sekolah lanjutan, pembangunan perguruan tinggi (PT) atau politeknik, sampai pada peningkatan kualitas pelayanan pendidikan serta mutu pendidikan secara keseluruhan.
Pendirian sekolah-sekolah unggulan itu diharapkan sebagai uji coba penerapan secara bertahap kepada sekolah-sekolah lainnya. Untuk jangka pendek, dapat memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik terhadap para siswa yang mempunyai bakat, kemampuan, kemauan, dan kesungguhan menuntut ilmu.
Selain itu, keberadaan sekolah unggulan memicu persaingan sehat dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan pendidikan.
Demikian juga gagasan melahirkan juara olimpiade dan kerjasama dengan tim olimpiade nasional, diharapkan berdampak positif terhadap semangat, gairah, motivasi, dan minat pelajar dalam pengembangan sains dan teknologi, sekaligus sebagai kampanye yang efektif kepada orang tua murid dalam mendukung anak mereka menekuni dunia ilmu pengetahuan.
Berbagai hal yang disampaikan kali pertama kami bincang-bincang, sekarang sudah banyak terealisasi. SMA Negeri 2 Plus sudah berdiri, dan dengan segala keterbatasan sudah menunjukkan hasil. Saat ini pembangunan aktivitas sekolah itu sudah berjalan baik, apalagi didukung gubernur Sumut Edy Rahmayadi.
Saya tahu persis bagaimana upaya dan perjuangan Amru saat itu mendapatkan dana pembangunan gedung yang sekarang menjadi kebanggan masyarakat Madina.
Saya juga tahu persis bagaimana usaha Amru berhadapan dengan beberapa anggota DPRD dan masyarakat yang berkomentar miring terhadap SMA Plus tersebut. Jika SMA Plus sudah berjalan, sementara SLTP Plus dan SD Plus menurut beliau bisa diselesaikan sebelum masa jabatan beliau selesai. Namun, kala itu harapan tersebut terkendala.
Untuk PT, pernah beliau menugaskan saya menjajaki pembukaannya, namun terkendala biaya sehingga gagasan bagus ini terpaksa terhenti. Bisa jadi mungkin dibenak beliau gagasan ini bisa diwujudkan penerusnya.
Gagasan PT yang beliau inginkan bukanlah seperti PTS (perguruan tinggi swasta) di daerah pada umumnya, yaitu tempat karyawan yang belum sarjana mendapat gelar kesarjaaannya, tapi menjadi pusat pelayanan PT di Sumut bagian selatan. Mampu memberikan layanan pendidikan bermutu, sekaligus menyediakan SDM dan melakukan kajian pengembangan wilayah sesuai potensi SDA yang ada.
Amru juga berharap adanya akses anak-anak Madina masuk PT berkualitas, baik persoalan kompetensi lulusan maupun pembiayaan. Untuk kompetensi lulusan, tentu otomatis teratasi dengan upaya peningkatan proses pembelajaran.
Sedangkan pembiayaan yang kerap jadi kendala bagi sebagian besar masyarakat, beliau berkali-kali mengatakan agar ada yayasan yang menghimpun dana dan membiayai anak-anak berprestasi, tapi tak mampu secara ekonomi.
Kepedulian Amru terhadap pendidikan juga terkait program Pemkab Madina penuntasan wajib belajar dan pemberantasan buta huruf. Ini ditandai penghargaan yang beliau terima berupa Anugerah Aksara dalam rangka Hari Aksara Nasional (2006).
Keseriusan Amru terhadap pendidikan terlihat dari upaya membangun kompleks pendidikan yang mungkin dimaksudkan sebagai simbol pentingnya pendidikan bagi masyarakat agar lebih fokus pada penanganan bidang pendidikan, memudahkan pengadaan fasilitas pendidikan, serta penunjang pendidikan yang bisa digunakan bersama.
Sebetulnya ada satu lagi yang menurut saya menguatkan kegalauan beliau tentang pendidikan di Madina, ia sangat berharap ada kepedulian kawan-kawan perantau, khususnya asal Madina, terutama para cendikiawan dan akademisi.
Amru berharap ada yang diberikan bagi pendidikan di tanah kelahiran, baik gagasan, fasilitas, pemikiran, materi, maupun tindakan riel.
Tentang kehadiran saya dalam membantu beliau mengembangkan pendidikan di Madina, beliau sampai merasa perlu membujuk agar saya bersedia. Saat itu, akhirnya saya terima dengan catatan aktivitas saya sebagai dosen tidak terganggu.
Atas kesediaan saya, beliau berkali-kali mengatakan agar ada akademisi lain juga berkenan datang dan berbuat untuk daerah ini.
Sedangkan perhatian Amru terhadap agama antara lain ditunjukkan dengan kedekatannya dengan ulama dan pesantren, keluarnya perda tentang kewajiban memakai busana muslimah dan kewajiban bisa baca Al Qur’an, pembinaan terhadap para hafiz dan hafizah, bantuan naik haji untuk para ulama, pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Madina (STAIM), dan pembangunan masjid agung.
Pembangunan masjid agung saat itu diharapkan selesai sebelum berakhir masa kepemimpinannya. Selain tempat beribadah warga Madina, juga bagi mereka yang sedang dalam perjalanan. Juga diharapkan sebagai pusat kegiatan keislaman serta menjadi simbol dan pertanda masyarakat di daerah ini islami.
Begitu juga pendirian STAIM, diharapkan muncul sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang akan memberi kontribusi mempertahankan Madina sebagai daerah yang kental keislaman dan keagamaan, termasuk dalam kehidupan sehari-hari.
Dari apa yang diutarakan di atas, terlihat sekali Amru saat itu telah membangun fondasi dalam hal pembanguan pendidikan dan keagamaan, baik berupa simbol, bangunan fisik, peraturan, maupun fondasi substansial yang tentu hal tersebut diharapkan dapat dilanjutkan penerusnya.
Beliau khawatir bagaimana kelanjutan sekolah-sekolah yang dirintis. Beliau khawatir bagaimana keberlanjutan dan implementasi perda syariat Islam. Semuanya hanya berlanjut jika pimpinan berikutnya memiliki visi dan misi yang sejalan dengan visi dan misi beliau.
Sebetulnya program mendasar yang perlu ditindaklanjuti bupati berikutnya bukan hanya soal pendidikan dan keagamaan, masih ada lagi beberapa yang signifikan perlu dilanjutkan, seperti pencetakan sawah baru, Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) yang merupakan satu-satunya taman nasional yang dirancang pemkab, program koperasi untuk kebun rakyat, dan lain-lainnya.
Saat itu, Amru berharap masyarakat Madina dapat membaca tanda-tanda figur pemimpin penerusnya.
Sekarang masa sudah berlalu, beberapa pemimpin Madina pasca Amru mengakhiri masa jabatannya sudah kita rasakan dan saksikan bersama.
Saya tak dapat utarakan penilaian saya, namun masyarakat punya hak untuk menilai sendiri. Apakah memimpin pasca Amru membuat Madina lebih baik, lebih maju dan lebih sejahtera. Homu do di huta na umboto (***)