SEJUMLAH nama disebut-sebut bakal maju pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut. Salah satunya adalah Ivan Iskandar Batubara.
Meskipun begitu, hingga saat ini baru H. Dahlan Hasan Nasution—mantan bupati Madina—yang terang-terangan menyatakan kesiapan ikut bertarung pada Pilkada yang bakal digelar 27 November 2024.
Terlepas sudah atau belum ada komunikasi dengan partai politik (parpol) yang bakal mengusung, tentu saja kesiapan Dahlan Hasan sebagai salah satu calon bupati Madina patut diapresiasi. Dia mungkin ingin melanjutkan program yang terbengkalai ketika menjabat pada periode lalu.
Sepertinya gayung bersambut. Dalam kondisi Madina yang disebut sejumlah pihak tidak sedang baik-baik saja, seakan ada kerinduan terhadap kepemimpinan Dahlan Hasan. Itu terlihat dari sambutan masyarakat setiap dia mengunjungi beberapa tempat di daerah, belum lama ini.
Lain halnya Ivan Iskandar Batubara gelar Patuan Parimpunan Gomgom Mandailing. Meskipun berbagai elemen masyarakat di Madina sudah menyatakan dukungan agar ketua Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Sumut itu maju pada Pilkada Madina 2024, namun dia belum mau secara resmi menyatakan sikap politiknya.
“Saya harus bermunajad, melakukan istikharah,” kata Ivan Iskandar saat buka puasa bersama 200-an wartawan serta berbagai elemen masyarakat Madina di Aula Hotel Payaloting, Panyabungan, Jumat (22/3/2024).
Pada petang itu, sembari menunggu waktu berbuka puasa diisi kegiatan dialog interaktif antara Ivan Iskandar dengan para wartawan yang sehari-hari meliput di Madina, lalu diakhiri tausiah agama.
Selaku pekerja pers, saya mengapresiasi kegiatan tersebut. Terlepas dalam kepentingan politik atau tidak, ide pertemuan dengan wartawan dalam konteks silaturrahmi, apalagi dalam rangka berdialog saya kira sesuatu yang bagus.
Jika memang Ivan Iskandar betul mau maju, paling tidak dia sudah memulai dengan melibatkan wartawan dalam membangun Madina. Ini sekaligus memberi sinyal, dia ingin bergandengan tangan dengan pers dalam memajukan kabupaten berumur 25 tahun atau seperampat abad.
“Saya ingin mendapatkan informasi sesungguhnya dari rekan-rekan jurnalis, sebab mereka lebih tahu tentang kondisi daerah lantaran setiap hari berada di tengah masyarakat,” kata Ivan Iskandar.
Untaian kalimat itu menandakan wakil ketua Kadin pusat ini seorang yang berpengalaman di lapangan. Banyak pejabat setingkat bupati atau wakil bupati, misalnya, merasa tidak butuh masukan atau pun pendapat wartawan. Itu lantaran mereka merasa paling segala-galanya.
Sebut saja, paling pintar serta paling tahu tentang sesuatu persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Padahal, jika dilihat kinerjanya sebenarnya tak ada yang istimewa. Justru banyak blunder yang pada akhirnya membuat mereka terpojok, baik dari pandangan masyarakat maupun secara hukum.
Meskipun Ivan Iskandar bukanlah orang partai, namun ia terlihat sangat piawai memberi pernyataan. Sebagai contoh, ketika beberapa wartawan mendesak supaya menyatakan sikap terkait pemilihan bupati Madina, dia selalu mampu memberikan jawaban secara diplomatis.
“Saya kesini bukan tentang Ivan. Bukan soal au (saya), tetapi mengenai jurnalis. Mana Muchktar Lubis yang muda-muda dari Mandailing,” katanya.
Karena masih didesak mengenai kesiapan maju, lalu dia menegaskan, “Saya tak pernah bercita-cita menjadi gubernur atau bupati. Namun, saya tidak pernah menolak setiap tugas yang dipercayakan ke saya.”
Intinya, kata dia, pemberi tugas dan yang diberi tugas harus sama-sama punya keinginan serupa. “Inda jungada tano mangilak i tinggang udan (Tidak pernah tanah menghindar dari tetesan air hujan—red).”
Kalimat yang diucapkan mengandung makna luas. Ivan Batubara secara tak langsung menyebutkan dia bersedia maju sebagai calon bupati Madina jika masyarakat menginginkan.
Perihal keinginan masyarakat itu, sebenarnya sudah mulai tampak. Misalnya, ketika acara buka puasa dan dialog interaktif tersebut diadakan, banyak elemen masyarakat dan tokoh-tokoh hadir meskipun mereka mengaku tak diundang secara resmi.
Lalu, menurut Ivan Iskandar, spanduk yang banyak dipasang di sejumlah titik di Madina, bukanlah sepengetahuannya. Demikian juga postingan-postingan fotonya di media sosial. “Saya banyak koum dan sahabat di Madina, namanya kampung sendiri,” ujar sang pengusaha.
Ivan Iskandar menyebutkan dia tak ingin banyak bicara soal politik, seperti yang kerap terjadi. Mestinya yang dibahas adalah berapa banyak jumlah orang miskin dan bagaimana program penangannya. Bagaimana masyarakat bisa mudah berobat, bagaimana tingkat kesejahteraan guru, dan berbagai persoalan sosial lainnya.
“Itulah yang membuat saya prihatin. Saya sering ke sini (Madina), meskipu tak dianggap. Tetapi tak masalah, di sini saya banyak koum dan teman. Kita jangan egois. Kondisi Madina saat ini tidak terlepas dari sebab dan akibat perbuatan kita sendiri. Jadi mari kita benahi,” ujarnya disambut aplaus para jurnalis dan elemen masyarakat yang memenuhi aula hotel yang berlokasi di Kelurahan Kayujati, Panyabungan.
Saat menyampaikan tanggapan para jurnalis, beberapa kali Ivan Iskandar menyampaikan pantun berbahasa Mandailing. Dia mengatakan masalah yang lebih utama untuk diselesaikan bukan soal bangun sana, bangun sini. Tetapi soal masa depan Madina.
Pada pertemuan yang singkat itu, Ivan Batubara juga sempat menyinggung para pejabat yang berbisnis memanfaatkan jabatan.
Padahal semestinya urusan government atau pemerintahan dan dunia usaha harus sejalan seperti yang terjadi di banyak negara maju. ”Bukan pejabat atau aparaturnya yang berbisnis. Tugas pemerintah adalah membuat kebijakan dan peraturan, yang menjalankan bisnis adalah dunia usaha.”
Terakhir, menutut saya ada tiga kesimpulan pertemuan singkat tersebut. Pertama, para jurnalis lebih mengenal sosok Ivan Iskandar Batubara. Kedua, ketua Kadin Sumut tak memandang sebelah mata peran insan pers. Dan, ketiga, adanya keprihatinan kondisi masyarakat Madina saat ini. (*)
Akhiruddin Matondang