BERITAHUta.com (Panyabungan)—Masih ingat Khoirunnisah, sang hafidz Al-Qur’an 30 juz yang lulus beasiswa uang kuliah di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Jika tak aral melintang, anak penjual abu gosok di Pasar Baru, Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut itu bakal berangkat menuju Mesir dalam beberapa hari kedepan.
“Masih tunggu informasi kepastian dari Medan. Memang jadwal berangkat ke Mesir terlambat dari rencana semula Desember 2021. Mungkin karena pandemi covid-19,” kata Ummi Rangkuti (54), ibu Nisah–demikian Khoirunnisah biasa disapa.
Pada Sabtu petang (1/1-2022), keluarga Nisah mengadakan syukuran atau biasa disebut “mangido doah” atas rencana keberangkatan lulusan terbaik Pesantren Darul Ikhlash, Dalan Lidang, Panyabungan Madina (2021) tersebut melanjutkan pendidikan di Unversitas Al-Azhar.
Ummi menyebutkan rencananya Nisah berangkat menuju Medan pada Senin (3/1-2022). Tiba di Medan besok harinya. Lalu, pada Rabu (5/1-2022), dijadwalkan mereka penerima beasiswa dari universitas ternama di Mesir itu melakukan tes PCR (polymerase chain reaction), sebagai syarat naik pesawat.
“Kami masih menunggu informasi soal kepastian jadwal berangkat dari Panyabungan. In Syaa Allah dalam pekan ini menuju Medan,” kata Nisah kepada Beritahuta.com pada Minggu pagi (2/1-2021).
Acara “mangido doah” di rumah Nisah pada Sabtu petang berlangsung sederhana. Tampak satu unit tarup berdiri di depan gubuk mereka yang terbuat dari papan. Di bawah “tenda” terdapat deretan kursi plastik dan hidangan prasmanan.
Hanya beberapa warga sekitar kediaman Nisah yang menghadiri acara “mangido doa” itu. Ruang tamu rumah sangat sederhana berukuran sekitar 3 X 2,5 meter yang berada di depan GOR Mutiara, Kelurahan Panyabungan III, Panyabungan, Madina saja sudah cukup menampung undangan yang datang. Mereka antara lain agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat.
Sebaliknya, kebanyakan tamu yang datang menghadiri selamatan adalah para kaum ibu rekan sesama pengajian Ummi.
Nama Nisah beberapa bulan lalu sempat viral di media sosial. Ia santri Darul Ikhlash yang lulus beasiswa uang kuliah di Al-Azhar. Namun ia nyaris tak jadi berangkat akibat ketiadaan dana. Sang ibu, hanya penjual sayuran dan abu gosok di Pasar Baru. Penghasilan hanya sekitar 500 ribu per bulan.
Begitu diberitakan media ini, banyak pihak mensuport dan memberikan bantuan, termasuk Wakil Gubernur Sumut Musa Rajeckshah, Mudir Musthafawiyah H. Mustafa Bakri, dan Bupati Madina (saat itu) H. Dahlan Hasan Nasution.
Bahkan, seorang dokter asal Medan di Jakarta membantu Rp10 juta, dan siap mengirim belanja bulanan Nisah selama di Mesir Rp1,5 juta per bulan. Ia juga berminat meminang santri yang memiliki banyak prestasi di bidang baca Al-Qur’an ini sebagai anak angkat.
“Alhamdulillah dana yang terkumpul sudah cukup. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, hanya Allah Swt yang bisa membalasnya,” kata Nisah kala itu.
Tuan Nalomok menyatakan bangga terhadap prestasi anak bungsu dari lima bersaudara yang ditinggal ayahnya sejak belum SD. “Rezeki yang didapat untuk bisa berangkat ke Mesir tak lain kekuatan Al-Qur’an. Alhamdulillah, ini sangat luar biasa. Semoga diberikan-Nya keberkahan,” katanya.(*)
Editor: Akhir Matondang