PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Tak hanya cuaca mendung menyelemuti Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut pada, pagi jelang 1 Ramadan 1443. Suasana pasar pun terasa ikut “mendung”. Tak terlihat ada perubahan keramaian mencolok dibanding hari-hari sebelumnya.
Berdasarkan pantauan media ini pada, Sabtu (2/4-2022), sekitar pukul 07.30, aktivitas di Pasar Lama Panyabungan terkesan biasa-biasa saja. Tak jauh beda dengan hari-hari biasa.
Hal serupa pun terjadi di Pasar Baru Panyabungan. Kalaupun ada peningkatan keramaian di kedua pusat perbelanjaan yang berada di ibu kota kabupaten itu, prosentasinya tidak lebih sekitar 20 prosen.
Bersyukur, harga-harga kebutuhan sehari-hari pun relatif stabil. Sebut saja daging sapi. Pada hari biasa di Pasar Baru Panyabungan dipatok Rp160 ribu/kg, jelang Ramadan ini pun para pedagang musiman menjual dengan harga serupa, Rp160 ribu/kg.
Demikian juga tulang sup, harganya persis sama dengan hari-hari biasa: Rp140 rb/kg. Jika kualitasnya kurang bagus, harga bisa turun menjadi Rp120 ribu/kg. Untuk kaki sapi ditawarkan Rp75 ribu sampai Rp100 ribu/kaki.
Pedagang musiman yang berdagang daging di Pasar Lama ada 13 lapak. Jumlah ini hampir sama dengan dua tahun kebelakang berturut-turut, yaitu masing-masing 12 lapak.
Sesuai catatan media ini, dalam tiga Ramadan terakhir harga daging sapi atau kerbau naik Rp10 ribu/kg/tahun . Pada jelang puasa Ramadan 1441 H, harga daging Rp140 ribu/kg, Ramadan 1442 H: Rp150 ribu/kg, dan saat ini Rp160 ribu/kg.
Animo masyarakat membeli daging sapi biasa-biasa. Tidak terlihat ada keramaian mencolok atau antrean di depan lapak berjejer terbuat dari tiang bambu. “Sekadar syaratnya saja, soalnya jual ikan laut juga tidak ada,” kata Rohimah, warga Panyabungan Julu, Panyabungan, Madina.
Sementara itu, harga sayuran dan ikan air tawar tak ada perubahan siginifikan. Misalnya, cabai jenis Siborong-borong: Rp32 rb/kg, bawang Brebes: Rp30 ribu/kg, dan ikan lele: 26 ribu/kg.
Seorang pedagang ayam potong menyebutkan, banyak masyarakat mencari ayam kampung namun tidak ada stok. “Ayam kampung sulit dicari. Padahal tidak semua orang mau ayam potong atau ayam merah,” katanya.(*)
Editor: Akhir Matondang