BERITAHUta.com—Brigjend TNI (Purn) M. Sofwat Nasution mengaku tak menduga bertemu dengan penjual kerupuk sambal khas Panyabungan yang begitu terkenal. “Biasanya saya dikirim kerupuk sambal ke Jakarta, tapi baru kali ini saya bisa belanja langsung,” katanya.
Hal itu dikatakan bakal calon bupati Mandailing Natal (Madina) tersebut di sela-sela kunjungan di Pasar Baru Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, pada Sabtu sore (9/11).
Rombongan Sofwat tiba di Pasar Baru sekitar pukul 15.00. Puluhan wartawan yang mengintai kegiatan sang jenderal tiba-tiba sudah menunggu di jalan pintu masuk pasar.
Tak lama setelah masuk pasar, Sofwat melihat lapak kerupuk sambal “Kak Aisyah” yang berada di sebelah kanan jalan masuk menuju bagian belakang pasar.
“Wah karupuk sambal, on bana mon..(Wah kerupuk sambal, ini mantap-red),” kata Sofwat sembari mendekat ke arah lapak “Siti Aisah”. Mendengar ungakapan itu, si pemiik warung pun tersenyum. “Tola do dicicip pak (Boleh dicicip pak-red),” sebutnya.
“Tola do tie (Boleh ya-red),” jawab Sofwat sembari mengambil satu bengkah kecil kerpupuk sambal yang merah-merekah mengundang selera. Hampir 10 menit ia dan rombongan berdiri sembari berbincang-bincang dengan pedagang kerupuk sambal.
Sofwat juga membeli aneka dagangan “Kak Aisyah”., seperti incor-incor, kerupuk sambal “banjar kobun” dan keripik pisang. “Alhamdulllah saya saya sudah kenal bakal calon bupati kita. Mudah-mudahan nanti terpilih agar kedepan ada perubahan yang lebih baik,” katanya.
Ketika ditanya harapannya jika kelak Sofwat terpilih jadi bupati Madina, dengan suara sedikit gundah ia menyebutkan, “Kami para pedagang Pasar Baru berharap bisa berdagang nyaman. Warga yang datang ke sini pun ikut merasa nyaman, tidak seperti sekarang. Di pasar ini kami gantungkan periuk nasi kami,” katanya dengan suara pelan.
Selama mengunjungi Pasar Baru, Sofwat dan rombongan juga menyempatkan diri mencicipi toge. Tanpa ada rasa canggung, purnawirawan TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang sudah mengenyam pendidikan Lemhanas itu duduk di kursi sederhana sembari menikmati manisnya toge “warisan” Taing Tumpat, pedagang toge khas Panyabungan yang begitu terkenal pada masanya. (*)
Peliput: Tim
Editor: Akhir Matondang