“MEMANG mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri. Mana kerja nyata mereka untuk membangun daerah ini, omong kosong, prettt ” ujar Ompung Lomok begitu masuk ke lopo Pak Asmara.
“Siapa pung,” tanya Kandulok.
“Siapa lagi kalau bukan anggota DPRD Madina,” jawab Ompung.
“Ada apa lagi dengan mereka,” sahut Kandulok.
“Saya dengar sudah berkali-kali rapat paripurna pengesahan LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) Bupati selalu gagal. Jumat malam (21/9), dijawadkan jelang tengah malam, eh.. tidak jadi juga. Ini kegagalan kesekian kali,” tambah Ompung.
“Duduk dulu pung. Tenang, tenang pung. O..Lian, baen jolo kopi paet, maborat ulu ni ompungmu mamikirkon daerah taon,” teriak Kandulok ke penjaga lopo.
“Aha buse do namaso pung, “ tanya Kandulok setelah Ompung duduk.
“Itu, laporan LPJ bupati tahun anggaran 2017 masih belum disahkan dewan. Sudah beberapa kali diparipurnakan, enggak pernah kourum. Gak jelas apa masalahnya. Ada yang bilang di gedung dewan ada kubu-kubuan. Ada juga yang menduga belum jelas pembagian kuenya. Gak tahulah,” jelas Ompung.
“Alah…Untuk apa memikirkan anggota dewan pung? Mereka sendiri gak memikirkan kita,” celetuk Jaranggas yang duduk bersandar di sudut lopo.
“Itulah. Sekarang kan banyak muncul duga-dugaan. Namanya dugaan, masing-masing punya pikiran sendiri-sendiri. Tapi kira-kira apa ya masalahnya, kok kali ini agak alot pengesahannya, biasanya gak begini,” jawab Ompung.
Jaranggas tidak lantas menjawab pertanyaan Ompung. Ia malah mengambil sepotong kue doko-doko di atas meja. Setelah kue yang dikunyah masuk ke perut, “Kita gak bisa berharap banyak dari anggota dewan kita pung. Sudah mau habis jabatannya, kerja dan sumbangsihnya untuk kemajuan daerah gak jelas. Prestasi mereka cuma banyak jalan-jalan. Selain itu, coba tunjukkan, “ jelas Jaranggas.
“Nagaduk ulala pandapotmi anggi. Berarti selama ini mereka tidak kerja,” sebut Ompung.
“Ah, ompung kura-kura dalam perahu, pura-pura tak tahu,” kata Seno ikut menimbrung. “Bukan dewan tidak kerja pung. Tapi tidak ada greget mereka sebagai wakil rakyat. Kalau jujur, hanya segelintir saja mereka yang berkualitas. Coba kita lihat apakah sebagai legislatif mereka sudah melaksanakan fungsinya dengan baik. Fungsi anggaran, pengawasan dan legislasi.”
“Palan-palan dongan dokon, ibege katua i non,” kata Ompung.
“Pung, tidak zamannya lagi kita selaku rakyat hanya diam, menonton dan membiarkan anggota dewan semena-mena melaksanakan tugas. Botul dei na idok si Kandulok i, selama ini pembahasan anggaran terkesan hanya formalitas. Tidak ada pendalaman pada setiap mata anggaran yang yang diusulkan satker. Demikian juga ketika LKPJ atau LPJ, pembahasan sangat tidak detail. Terkesan hanya asal-asalan,” sebut Seno.
Bagaimana daerah mau maju, lanjutnya, jika para anggota dewan tidak bisa melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya. Fungsi pengawasan, misalnya, sudah adakah proyek fisik yang atas rekomendasi dewan rekanan di black-list akibat pekerjaannya tidak sesuai ketentuan RAB.
“Gimana mau black-list, mereka sendiri kabarnya main proyek,” ujar Jaranggas.
“Nah, itu tahu. Mestinya, wasitkan gak boleh main,” kata Seno.
Kemudian, kata Seno, fungsi anggaran. Sudahkah dewan mampu menelaah kepatutan anggaran yang diusulkan suatu satker. Padahal, seorang anggota dewan mesti melihat dari berbagai aspek tentang kelayakan anggaran yang diusulkan eksekutif. Harus dilihat dari sudut pandang efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan akuntabilitas. Jika tidak memenuhi unsur tersebut, ya anggarannya dipangkas dong, jika perlu coret. Tapi bagaimana mau mencoret, mungkin buku RAPBD itu belum tentu dibaca. Ini kita lihat waktu proses pembahasannya yang selalu singkat, hitungan hari.”
“Nah sekarang fungsi legislasi. Sudah adakah produk perda inisiatif dewan. Atau sudah berapa banyak selama empat tahun ini perda dibuat, selain perda APBD. Padahal semestinya, dalam kurun waktu tertentu sebuah perda perlu ditinjau seiring perkembangan zaman,” kata Seno.
“Nabotodo ho dabo Seno. Ho do gari sada juguk di gedung dewan an, ” ujar Ompung.
“Jangan mimpi duduk disana pung, kalau hanya bermodal pengetahuan, idealisme dan ingin membangun daerah. Harus kuat modal, adong harto, siap-siap saja jelang pemilu nanti pung banyak yang jual sawah dan kebon jelang pemilu ini, pantak sana, pantak sini, utang sana, utang sini,” tambah Seno berapi-api.
“Jadi songon dia doma dongan daerah taon anggo na songoni do anggota dewan ta?” tanya ompung.
“Aupe ngamalo au mandokonna. Ma idia ho Lian, catat jolo tile anggi, teh manis dohot goreng gadung dua,” kata Seno sembari meninggalkan lopo tersebut.
“Tudia do ho i ?,” tanya Kandulok.
“Tu lopo jaeeee….” teriak Seno.
(akhiruddin matondang)
- Jika ada kesamaan nama dan tempat dalam tulisan ini hanya faktor kebetulan.