
PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Ketua DPRD Mandailing Natal (Madina), Sumut Erwin Efendi Lubis menyampaikan kekecewaan terhadap kinerja PT Jaya Kontruksi (Jakon) yang tak mau mengakomodir keinginan ibu-ibu pengambil batu di DAS Aek Pohon, Panyabungan, Madina.
“Jakon hanya memikirkan keuntungan, tanpa peduli terhadap kenyamanan kerja di daerah ini,” kata Erwin saat menemui pihak PT Jakon di luar base camp perusahaan yang berlokasi di Jalan Lintas Timur, Pidoli Dolok, Panyabungan, Madina pada, Selasa (14-2-2023).
Dihadapan Fery Fernanda, menajer lapangan PT Jakon, ketua dewan sempat mengancam perusahaan yang mengerjakan proyek pembangunan jalan nasional itu buka-bukaan.
“Kalau kalian menantang saya bedah kasus, kalian kalah. Saya jamin, kalian kalah. Saya juga mantan kontraktor, 25 tahun saya jadi kontraktor,” ujarnya.
Kalau saya minta RAB (Rencana Anggaran Biaya) proyek kalian, lanjut Erwin, baru terlihat apa sesungguhnya yang kalian lakukan di lapangan. “Namun saya tidak lakukan itu. Saya hanya minta pada Jakon, siapapun penanggungjawabnya, siapapun manajemennya, lakukanlah pekerjaan kalian tanpa menimbulkan persoalan dengan masyarakat. Tanpa memicu konflik dengan masyarakat.”
Kedatangan Erwin di base camp Jakon dipicu keluhan sejumlah ibu-ibu pengumpul batu di DAS (daera aliran sungai) Aek Pohon. Mereka sempat mendatangi pihak perusahaan itu beberapa hari lalu sekadar menyampaikan aspirasi.
Menurut Erwin, perselisihan harga yang dipersoalkan kaum ibu sangatlah sedikit, sekitar Rp20-30 ribu per kubik. Para kaum ibu di Aek Pohon meminta harga Rp140 rb per kubik, sementara jika Jakon membeli di Desa Simalagi, Rp110 ribu per kubik.
“Berapa kubiklah hasil kerja inang-inang kami itu dalam sehari. Mereka kerja manual. Siang kerja, hanya untuk makan malam,” ujar ketua DPD Gerindra.
Apalah salahnya, kata dia, Jakon mengalah sedikit. Itupun dipastikan tak bakal memengaruhi akumulatif anggaran belanja bahan baku perusahaan.
Menurut Erwin, kedatangannya ke Jakon murni memperjuangkan aspirasi kaum ibu yang jumlah sebenarnya hanya beberapa orang. Ia berharap, jangan sampai gegara persoalan kecil, justru membuat Jakon tidak nyaman melakukan aktivitas di Madina.
Dia mengatakan selama Jakon bekerja di daerah, sangat banyak timbul persoalan. Terakhir, konflik dengan para kaum ibu. “Hanya masalah perselisihan harga sedikit, Jakon tak mau mengalah. Tolonglah inang-inang kami itu.”
Terlalu naif. Perusahaan sebesar Jakon, hanya mempersoalkan Rp20-30 ribu per kubik. Itu belum lagi kalai dilihat jarak tempuh dari Simalagi ke base camp Jakon di Pidoli Dolok. “Jangan hanya memikirkan untung, pikirkan juga kenyamanan kalian bekerja di sini,” tegas Erwin.
Feri Fernanda menyebutkan hanya bisa menampung aspirasi yang disampaikan ketua DPRD Madina, selanjutnya bakal diteruskan ke pimpinan perusahaan. (*)
Editor: Akhir Matondang