BERITAHUta.com— Ketua MPC Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut Akhmad Arjun Nasution menyebutkan statement Dahlan Hasan Nasution, bupati Madina, yang “menyerang” dirinya adalah bentuk kepanikan, sarat tendensius dan bermuatan sentimen.
“Kalau dianilisis, itu bukan kalimat seorang pemimpin sekelas bupati. Tetapi cocoknya bahasa tante-tante yang lagi arisan dan ngegosip. Makanya saya sebenarnya malas menanggapi, lebih pas mungkin sekelas pengurus ranting PP di tingkat desa yang menjawabnya,” ujar Arjun Nasution sembari tertawa pada, Minggu (16/5-2021).
Seperti disebutkan, awalnya Arjun Nasution enggan memberi komentar perihal “serangan” sang bupati yang kalah suara pada Pilkada Madina 2020 dengan pasangan calon (paslon) Ja’far Sukhairi-Atika Azmi Utammi.
Menuru Arjun, ia tidak terkejut dengan statement Dahlan Hasan mengingat kelas dan sifatnya memang seperti itu. “Saya hanya heran, kami kritisi insiden kebakaran di PT SMGP dengan niat demi keselamatan warga, eh justru seorang bupati tidak senang. Ada apa ya,” katanya.
Padahal statement itu jelas disebutkan penutupan hanya sementara agar PT SMGP meminimalisir kelalaian dan membenahi segera fakto-faktor X di tubuh perusahaan tersebut.
“Tiba-tiba muncul pernyataan bupati terkesan kekanak kanakan bak pahlawan kesiangan. Sekali lagi, ada apa ini. Apakah bupati sedang caper (cari perhatian-red) dan selalu memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadinya?” sebut Arjun
Sikap bupati yang selalu cari muka terhadap PT SMGP, kata Arjun, ditengarai hanya dalam rangka memanfaatkan PT SMGP demi meraup keuntungan pribadi atau kelompok.
Bisa juga terkait masalah serius pengelolaan dana CSR (corparate social responsibility) serta penerimaan kas Pemkab Madina dari PT SMGP sejak periode 2017-2020. Termasuk bonus produksi yang diduga kuat tidak memiliki akuntabilitas publik dan tidak dialokasikan tepat sasaran ke tengah masyarakat di WKP sesuai amanah UU.
Bahkan sudah sering menjadi obrolan publik, bupati disinyalir ingin meraup keuntungan pribadi atau kelompok dengan komitmen tertentu.
“Harus diakui, bupati saat ini tengah dilanda kegalauan dan krisis kepercayaan publik. Mungkin publik sudah bosan mendengar lafadz sumpah lillah dengan akrobat deraian air mata buaya,” kata Arjun.
Oleh sebab itu, dia berperan antagonis, menyelam di air keruh untuk menutupi siasat. “Kemana semua dana CSR, dan pemasukan dari PT SMGP dialokasikan. Kan sama sekali tak ada transparansi. Publik wajib tahu, karena ini uang rakyat bukan uang pribadi Dahlan,” tegas Arjun.
Dia menilai, sikap bupati seperti drama kolosal berbentuk kecengengan yang tidak lucu. Bahkan terlihat dilematis serta tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.
Bahkan saking paniknya, tambah Arjun, bupati seakan terbius dengan “cuap-cuap” tak berdasar dan out topic dari substansi persoalan.
“Pak Bupati, sudahlah. Anda sudah lelah, istirahatlah. In syaa allah, Dahlan juga akan menghabiskan masa periodenya sebagai bupati pada 30 Juni ini. Masak, SMGP yang kebakaran, Dahlan ikut-ikutan pula kebakaran jenggot,” kata Arjun terbahak-bahak.
“Kami hanya meminta PT SMGP melakukan perbaikan secara permanen dan konsekuen, demi keselamatan masyarakat Madina. Jadi dalam masa perbaikan tersebut, PT SMGP diminta ditutup sementara dalam jangka waktu yang ditentukan Kementerian ESDM,” katanya.(*)
Peliput: Tim
Editor: Akhir Matondang