BERBAGI
JEMBATAN KOTANOPAN--Tumpukan sampah di sudut kiri bagian barat jembatan Kotanopan. Kondisi seperti ini belum seberapa jika dibanding hari-hari lainnya. Foto diambil pada, Selasa (29/4/2025). (foto: akhir matondang)

KOTANOPAN, BERITAHUta.com—Jika ada lomba ibu kota kecamatan terkotor di Indonesia, bisa jadi Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut-lah salah satu nominasinya. Di sini, sampah berserakan di sepanjang jalan.

Tak hanya di sepanjang Jalinsun (jalan lintas Sumatera), tapi di dalam lingkungan Pasar Kotanopan pun sampah tampak dimana-mana. Kondisi seperti ini nyaris terjadi setiap hari.

Parahnya, selama dua tiga tahun terakhir selalu ada tumpukan sampah “menggunung” di bagian barat jembatan Aek Patontang, Kotanopan.

Tentu saja kondisi ini tak hanya mengganggu pemandangan karena berada di pinggir Jalinsum, tetapi memungkinkan membuat sungai tercemar lantaran tumpukan sampah berada di tepi sungai. Tak jarang limbah rumah tangga tersebut jatuh ke Aek Patontang.

Bahkan banyak di antara warga memilih membuang sampah ke sungai daripada menyatukannya dengan tumpukan sampah yang berada di sudut kiri jembatan jalinsum Medan-Padang tersebut.

“Banyak warga buang sampah langsung ke sungai, apalagi mereka yang berjalan kaki dari arah timur,” kata Ucok, warga Pasar Kotanopan, Kamis (1/5/2025).

Sejumlah warga Kotanopan yang dihubungi media ini menyebutkan soal kebersihan sampah merupakan tanggung jawab masing-masing warga dan pedagang. Tak ada petugas khusus penyapu jalan.

BERITA TERKAIT  Diduga Tersesat, Seekor Rusa Masuk Permukiman Warga Lumban Pasir

Itulah sebabnya, kondisi Kotanopan dan sekitar setiap hari selalu kotor. Apalagi tidak semua warga dan pedagang, termasuk pemilik toko peduli masalah kebersihan. Kondisi paling parah biasanya terjadi pada, Sabtu sore—habis pasaran—sampai Minggu siang.

“Kalau ada lomba ibu kota kecamatan terkotor di Indonesia, saya pastikan Kotanopan masuk salah satu nominasi. Mungkin bisa juara,” kata seorang warga yang juga pemilik toko di Kotanopan.

Dia malah heran ada pejabat Pemkab Madina yang kerap melintas dari kawasan Pasar Kotanopan merasa nyaman melihat kondisi sampah berserakan. “Apa tak ada solusi, sehingga tetap nyaman melihat kondisi seperti ini. Termasuk camat Kotanopan, tak peduli atau senang melihat Kotanopan jorok,” tegasnya.

Menurut informasi didapat Beritahuta, memang tak ada petugas kebersihan di Kotanopan. Tanggung jawab kebersihan diserahkan kepada warga dan pedagang.

Hanya saja, mobil dum truk dari Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Madina sesekali datang kesana mengambil tumpukan sampah yang ada di pinggir jalinsum. “Tidak pasti memang, bisa seminggu sekali, atau seminggu dua kali. Karena sepengetahuan saya, hanya satu unit mobil dum truk arah sana,” katanya, Jumat (2/5/2025) pagi.

BERITA TERKAIT  In Memoriam Parlin Lubis, Nasibmu Tak Seindah Karya-Karyamu

Mobil dum truk itu secara rutin dalam kurun waktu tertentu mengangkut sampah dari Pasar Maga, Tambangan (Pasar Laru), dan Kotanopan. “Mereka hanya mengambil sampah yang dikumpulkan warga dan pedagang di pinggir jalinsum,” katanya.

Sampah di dalam dum truk pun dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Desa Batang Gadis, Kecamatan Panyabungan Barat.

Dulu, sewaktu Amru Daulay menjabat bupati Madina, ia pernah menyiapkan lahan TPA untuk wilayah Kotanopan dan sekitarnya di Dusun Sitaul-taul, Desa Singengu, Kecamatan Kotanopan. Karena kondisi jalan tergolong ekstrim maka lahan ini tak jadi dimanfaatkan. Selain itu, luasnya pun tak memungkinkan dalam jangka panjang.

Warga berharap Pemkab Madina mencari solusi mengatasi kondisi sampah di Kotanopan dan sekitarnya. “Malu, jalan lintas Sumatera tetapi sampah berserakan dimana-mana. Merusak pemandangan dan tidak sehat, ” kata warga. (*)

Editor: Akhir Matondang

 

 

BERBAGI