BUKITMALINTANG, BERITAHUta.com—Seorang warga Malintang Julu, Kecamatan Bukit Malintang, Mandailing Natal (Madina), Sumut sempat menyampaikan keinginan mengadopsi anak kembar dari Ika Angraini (30) yang masih usia 1,5 bulan. Permintaan itu pun ditolak sang ibu.
“Mungkin lihat saya susah mengurusnya (anak kembar laki-laki), ada tetangga ingin mengadopsi. Dia ngomong langsung ke saya. Tidaklah, sebatas kemampuan akan saya asuh sendiri,” katanya kepada Beritahuta, Sabtu (4-3-2023) petang.
Kondisi ekonomi Ika memang memprihatinkan. Kesulitan membiayai kebutuhan sehari-hari itulah yang membuat warga Kota Medan yang sementara tinggal di Malintang Julu rela berbohong dengan menyebutkan suaminya, Akhiruddin Rangkuti atau Udin, sudah meninggal.
Pasca media ini memberitakan Ika meminta-minta sembari menggendong dua bayi dan menuntun Al-Fath Aurafan Kurniawan (4) mondar-mandir di Pasar Lama, Panyabungan, menimbulkan empati berbagai pihak.
Ketua DPRD Madina Erwin Efendi Lubis langsung datang ke rumah kontrakan Ika yang kecil dan sangat sederhana. Ketua DPC Gerindra Madina ini memberikan bantuan Rp2,5 juta, dua hamba Allah lainnya memberikan bantuan melalui Beritahuta masing-masing Rp2,4 juta dan Rp150 ribu.
Sedangkan Ketua DPD Golkar Madina Aswin Parinduri yang sedang di Jakarta sengaja menelepon media ini menanyakan kebenaran berita tentang anak yatim terlantar. “Kalau memang betul, setelah di Madina saya akan menemui mereka,” katanya.
Soal kondisi ekonomi Ika semua pihak mengakui sangat memprihatinkan. Rupanya, sepekan setelah menjalani operasi sesar, ia sudah mulai meminta-minta di seputaran Malintang karena tidak ada uang beli beras, lauk-pauk, susu bayi, bubur bayi, pempers dan kebutuhan lain.
Di rumahnya, tidak ada apa-apa. Bersama ketiga anak, mereka tidur beralaskan tikar. Bahkan, tidak terlihat ada bantal. Bisa jadi, pakaian dalam karung plastik yang ada di dekat dinding mereka itulah dijadikan sebagai bantal.

Warga sekitar membantu ala kadarnya, termasuk pakaian bekas untuk si bayi kembar. Satiap sore, ada saja tetangga memberi sayur sepulang dari ladang.
Paling menyedihkan, ternyata luka bekas operasi sesar belum sembuh. Bisa jadi sudah infeksi lantaran tidak lagi dikontrol ke rumah sakit akibat tidak ada uang. Ini ditambah lagi, Ika sering mengangkat air di ember sekitar 50 meter, keliling meminta-minta sembari gendong dua bayi, dan kerja sehari-hari layaknya mengurus rumah tangga.
Ditelantarkan
Kondisi ekonomi sulit seperti digambarkan di atas membuat Ika rela berbohong dengan menyebutkan Udin sudah meninggal. Bahkan, kepada media ini dan di depan ketua DPRD Madina pada, Sabtu (4-3-2023), ia masih tetap mengatakan suaminya sudah meninggal. Jenazahnya dibawa ke Medan karena hampir semua keluarga tinggal di sana.
Menurut cerita Ika, sekitar dua pekan sebelum melahirkan ia disuruh Udin ke Madina karena sudah sekitar tiga bulan kerja bangunan di daerah ini. Suaminya memang berasal dari Malintang, namun lahir dan besar di Medan.
Miris, menurut pengakuan Ratna, bouk Ika dari pihak Udin, selama di rumah sakit si suami hanya sekali datang melihar kondisi istrinya. Sudahlah tak ada uang, suami tak mau tahu, buta kondisi Madina, famili pun cuek.
Pulang dari rumah sakit, Ika pernah tinggal beberapa hari bersama abang iparnya di Malintang, namun melihat ia dianggap memberatkan di rumah itu, ibu tiga anak ini pindah ke kediaman Ratna.
Di rumah Ratna, Ika pun enggak diurus. Bahkan, si bouk mencari kontrakan kepada Ika dan anak-anaknya tanpa terlebih dulu memberi tahu. “Saya seolah dibuang, tidak ada omongan, tiba-tiba saya diantar ke sini.”
Hal itu pun diakui Ratna, dialah yang mencari kontarakan untuk Ika. “Suaminya tidak meninggal, tetapi ditelantarkan suami. Kalau suami pertama dia, iya, saya dengar meninggal. Setahu saya, Udin pergi entah kemana. Gak pulang-pulang,” katanya.
Ratna yang ditaksir berumur 60-an tahun mengaku kasihan melihat Ika dan tiga anaknya, “Tapi saya juga kan orang tak punya. Jadi tak bisa apa-apa.”
Hampir semua tetangga Ika mengatakan prihatin dengan kondisi Ika. Kalau pergi minta-minta sembari gendong dua bayi dan menuntun Al-Fath, terkadang hanya dapat Rp10 ribu, paling banyak Rp30 ribu.
Klarifikasi
Plt Kepala Desa Malintang Julu Abdul Rahman didampingi Ketua BPD Muhammad Yasid mengklarifikasi pengakuan Ika. Pertama, Ika tidak tercatat sebagai warga mereka.
Kedua, Ika, suaminya, dan pihak famili tidak pernah melapor kepada aparat desa mereka tinggal di Malintang Julu. Dan ketiga, tidak betul Ika memiliki tiga anak yatim.
Berdasarkan pengakuan Ika kepada aparat desa, pada Sabtu (4-3-2023) petang, sesuai rekaman video yang dikirim ke media ini.
Ika menyampaikan permohonan maaf karena sudah berbohong kepada masyarakat melalui media menyebutkan suaminya sudah meninggal.
“Karena keadaan. Sudah hampir satu bulan di sini, keluarga suami acuh tak acuh, tetangga yang menolong. Kalau saya ke kamar mandi pun, tetangga yang jaga anak kembar saya.”
Menurut Ika, suami dan pihak suami tidak peduli dengan keadaannya. Apalagi yang di Medan, sudah usia anak kembar satu bulan dua pekan, tidak seorang pun keluarganya peduli. “Jangankan ngasih uang seribu perak, tanya saya tidak pernah sehabis melahirkan. Suami meninggalkan saya sendiri. Saya merasa disingkirkan oleh suami dan pihak suami.”
Tanpa seizin saya pun, kata Ika, mau atau enggak menyewa rumah sudah dicarikan kontrakan oleh bouk. Sementara uang tidak ada untuk bayar kontrakan. “Tahu mereka saya minta-minta. Ada abang ipar juga di Malintang ini, semua cuek.” (*)
Editor: Akhir Matondang