PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Warga di sekitar Jalan Williem Iskander, Kelurahan Panyabungan II, Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut mengeluhkan limbah sedotan dari drainase yang menumpuk di depan tempat usaha mereka. Sebab itu, PT Jakon diminta segera mengangkut sampah-sampah tersebut.
Sejumlah tumpukan sampah itu sudah menumpuk sejak empat hari di sisi kiri jalan Williem Iskander dari arah utara-selatan. Selain menganggu pemandangan, juga menimbulkan aroma tak sedap.
Selain itu menyebabkan lebar badan jalan yang bisa dilalui arus lalu lintas orang dan kendaraan menjadi berkurang lantaran sebagian di antaranya terpakai untuk tumpukan limbah drainase.
Hingga Minggu (1/10/2023) pagi, sekitar pukul 08.00, pihak PT Jakon (Jaya Konstruksi), selaku pelaksana proyek normalisasi saluran air di pusat ibu Kota Panyabungan, belum mengangkat limbah hasil sedotan dari dalam ‘siring’.
Parahnya, jejeran tumpukan sampah dari sekitar depan Masjid Raya Panyabungan sampai Pasar Jongjong, itu berada di depan tempat usaha warga, antara lain rumah makan, kedai kopi (lopo), perbankan, dan pertokoan—seperti jual sepatu, alat rumah tangga, elektronik, alat bangunan, batik dan pakaian sekolah, serta gerai handphone.
Ican (43), pemilik warung TST di sekitar tumpukan sampah berwarna hitam pekat, mengaku sangat terganggu dengan keberadaan limbah tersebut. Ia berharap pelaksana proyek segera mengangkat jejeran ‘gunung’ sampah yang mulai berserakan di sepanjang sisi kiri jalan.
Setiap hendak membuka dagangan TST, Ican terlebih dulu menutup pakai karung dan plastik dua tumpukan sampah yang berada persis di dekat meja dan kursi konsumennya agar dapat mengurangi aroma tak sedap dari ‘harta karun’ milik PT Jakon.
Pemilik RM Makan Talago Biru juga menyampaikan hal serupa. “Setelah sempat meninggalkan lubang menganga beberapa hari di depan warung kami, kini mereka (PT Jakon) membiarkan sampah berhari-hari persis di depan warung makan kami,” kata pemilik warung.
Dia berharap PT Jakon atau siapa pun yang punya tanggung jawab membersihkan sampah dari pinggir jalan supaya mengangkat semua tumpukan sampah agar tidak mengganggu kenyamanan masyarakat dan warga yang menjalankan usaha.
“Coba bayangkan, bagaimana orang mau makan enak, sementara di depannya ada sampah. Namanya sampah, pasti aromanya tak sedap,” kata pemilik rumah makan.
Pemilik warung ini juga sempat menarik sampah pakai cangkul ke arah badan jalan agar sedikit menjauh dari warungnya. “Jika besok belum diangkut, terpaksa saya pindahkan ke tengah badan jalan,” katanya.
Sebelum PT Jakon menutup lubang-lubang menganga di sekitar Pasar Lama Panyabungan, lelaki berbadan kecil ini terlebih dahulu menutup pakai papan dua lubang yang ada di depan warungnya.
Sejumlah warga yang membicarakan perihal tumpukan sampai ini di lopo Manaf—tak jauh dari Bank Mandiri–, pada Sabtu (30/9/2023) siang, menyebutkan mestinya Pemkab Madina selalu mengawasi kinerja perusahaan ini dalam melaksanakan proyek normalisasi drainase di sekitar Pasar Lama Panyabungan agar mereka tak semena-mena. Tidak menganggap remeh kepentingan masyarakat.
“Lihatlah, mereka (PT Jakon) sempat membiarkan lubang-lubang di sepanjang trotoar berminggu-minggu. Setelah ada korban dan viral di medsos, baru ditutup,” kata seorang warga.
Menurut dia, jika pemkab tetap membiarkan kondisi sampah itu menumpuk di depan tempat usaha warga, ini semakin membuktikan para pejabat di daerah ini memang tidak memikirkan dan tidak punya empati terhadap para pedagang dalam menjalankan usahanya seperti terjadi di Pasar Baru Panyabungan
“Cobalah sedikit ikut merasakan nasib pedagang. Sudah kondisi ekonomi sedang susah, ditambah lagi calon konsumen seolah dihalangi masuk tempat usaha kami,” kata Saman, warga lainnya.
Pekerja PT Jakon yang mengangkat sampah dari drainase menyebutkan, tanggung jawab mengangkat sampah adalah petugas Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DLH) Madina. Jika itu betul, berarti mereka (petugas Dinas DLH Madina) tak ikhlas mengangkat sampah tersebut.
Sebab setiap pagi mobil dum-truk BB-9003 R warna kuning tetap mengangkat sampah rumah tangga warga sekitar jalinsum tersebut, sementara limbah dari drainase hasil kerukan petugas PT Jakon tetap dibiarkan di tempatnya.
“Petugas dum-truk Dinas Kebersihan bertugas dari arah utara-selatan memang beda dengan dari arah selatan-utara. Yang dari selatan-utara jauh lebih rajin,” kata seorang warga.
Ini bisa jadi betul. Ketika Minggu (1/10/2023) pagi, sekitar pukul 07.30, mereka melihat Beritahuta mengambil gambar tumpukan sampah di depan Bank Syariah Indonesia (BSI), baru mereka mengambil sampai yang di depan toko elektronik.
Padahal tumpukan sampah di depan gerai handphone, toko Narisya, toko alat rumah tangga , RM Makan Talago Biru, lopo Manaf, toko sepatu, Bank Mandiri, dan satu tumpukan di depan toko elektronik mereka lewati begitu saja. (*)
Editor: Akhir Matondang