MESKIPUN terkesan sangat lamban jika dibanding sejak terbentuknya Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Nasution (DPP-Ikanas), pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Khusus Ikanas Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut pada, Kamis siang (12/5-2022), patut diapresiasi.
Beberapa saat sebelum pelantikan, saya sengaja membuka laptop di Rumah Makan Minang Raya, Lahat, Sumsel. Berhenti sejenak melanjutkan perjalanan menuju Madina karena tak tertahan ingin memberi catatan sedikit pada momen bersejarah ini.
Suatu momen yang sebenarnya sudah lama dinanti. Bagi sebagian pihak, mungkin pelantikan pengurus DPC Khusus Ikanas Madina dipandang hal biasa, namun bagi saya, tidak.
Ikanas adalah organisasi besar. Komunitasnya di negeri ini cukup banyak tersebar di berbagai kota besar, bahkan sampai desa terpencil di suatu provinsi di Indonesia timur sana, pasti ada.
Nasution hampir ada di setiap sendi kehidupan. Ada di berbagai bidang pekerjaan. Buruh, karyawan swasta/negeri, pengusaha, pejabat daerah, bahkan Nasution pernah menjabat Menteri Koordinator Perekenomian pada era pemerintahan Jokowi periode pertama.
Nasution juga punya jenderal besar yang dinobatkan sebagai pahlawan bangsa. Nasution juga pernah menjabat gubernur Sumut. Tak bisa dibantah, Nasution ada dimana-mana.
Di Madina, masyarakat Nasution melimpah-ruah. Jika ditaksir, dibanding marga Mandailing lain, Nasution paling banyak populasinya. Setelah itu, Lubis—bukan data sensus.
Jika komunitasnya banyak, mestinya organisasi yang menaunginya harus pula lebih besar. Namun selama ini kiprah HIMA (Himpunan Masyarakat) Lubis terhadap masyarakat Madina lebih nyata terlihat.
Salah satu andalan program kerja mereka adalah pemberian beaiswa terhadap pelajar yang keluarganya kurang mampu. Organisasi yang pernah dipimpin Azhar Lubis ini, juga aktif memberikan bantuan kemanusian terhadap masyarakat Madina.
Jika alasannya karena DPC Khusus Ikanas Madina belum terbentuk sehingga mereka belum bisa eksis, sepengetahuan saya, kepengurusan HIMA Lubis di daerah ini juga belum ada.
Jika menengok kebelakang, sebenarnya masa-masa kejayaan sejumlah pengurus DPP Ikanas saat ini sedang “redup” karena mereka sudah purna tugas di bidang masing-masing. Tadinya, ada Darmin Nasution, sebagai Menko Perekonomian RI yang diharapkan mampu membawa pembangunan Madina lebih cepat. Nyatanya, saya harus mengatakan, “jauh panggang dari api.”
Sebelumnya ada, Mulia Panusunan Nasution menjabat Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan RI, dan sejumlah nama lain.
Bahkan, ada beberapa jenderal Nasution—baik kepolisian maupun TNI– yang juga sudah purna tugas. Kita tetap apresiasi, meskipun mereka sudah tidak lagi punya “kekuasaan” di pemerintahan, namun masih mau mengurus Ikanas, yang notabene organisasi sosial.
Ketokohan mereka para pengurus DPP Ikanas masih diperlukan untuk membesarkan organisasi ini. Mereka pasti punya jaringan di pusat atau di daerah. Tujuan akhirnya adalah bagaimana supaya organisasi ini berdampak positif bagi percepatan pembangunan Madina. Selanjutnya, mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Harapan kita, pengurus DPC Khusus Ikanas Madina bisa bersinergi dengan DPP Ikanas dalam menjalankan tugas mulia tersebut. Mampu mengeskpolor potensi yang ada agar dapat berkiprah di tengah masyarakat. Tampak jelas kerja nyata di tengah masyarakat, baik bidang sosial, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
DPP Ikanas, dengan jaringan yang dimiliki, diharapkan turut andil dalam pembangunan. Melakukan lobi-lobi dii pusat agar kucuran APBN bisa lebih banyak lagi mengalir ke daerah ini. Bisa mendatangkan investor ke Madina.
Tak ada alasan Ikanas untuk tidak andil besar dalam pencapaian visi dan misim pembangunan Madina, apalagi bupati dan wakil bupati Madina saat ini, Nasution juga: H.M. Ja’far Sukhairi Nasution dan Atika Azmi Utammi Nasution.
Kita berharap Ikanas mampu mengukir karya nyata agar Madina dapat lebih cepat mengejar ketertinggalan dibanding kabupaten lain, minimal di Sumut.
Syarifuddin Nasution, ketua DPC Khusus Ikanas Madina masih relatif usia muda. Tanpa bermaksud menyelepelekan kemampuannya, kalau boleh jujur, terlalu besar organisasi ini diserahkan kepundak sang dokter yang sekarang menjabat kepala Dinas Kesehatan Madina.
Apalagi kegiatan Ikanas tak bisa lepas dari kegiatan adat dan budaya Mandailing. Ditambah kiprah Syarifuddin dibidan organisasi belum begitu tampak.
Biasanya, seorang aparatur hanya mau aktif mengurus organisasi yang dipimpin dikala dia masih pegang jabatan. Besar kemungkinan pakum, jika tidak punya jabatan lagi.
Sungguh riskan sebenarnya. Tetapi kita tetap optimis dan percaya pada keputusan DPP Ikanas. Ketua dibantu jajaran pengurus lain mampu menjalankan program organisasi secara baik. Mampu menunjukkan eksistensi di tengah masyarakat dan pemerintahan. Betul-betul ada kerja nyata, dan tak menjadikan organisasi sebagai “jembatan” mencapai kepentingan pribadi.
Semoga khawatiran saya ini dapat dijawab Syarifuddin dan pengurus lain dengan bukti nyata, demi Madina dan masyarakat di kabupaten ini.
Selamat bertugas, dari seorang jurnalis yang dilahirkan dari rahim seorang ibu Nasution, dan ibu dari anak-anaknya, Nasution juga….
Penulis: Akhiruddin Matondang