
PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Duh, namanya keren: Expo Ekonomi Kreatif Madina, tapi isinya hambar. Banyak pengunjung kecewa, bahkan sampai ngedumel karena kegiatan itu sepi peserta dan tak berbobot.
Expo Ekonomi Kreatif Madina yang digelar di timur Lapangan Masjid Agung Nur Ala Nur, Aek Godang, Kecamatan Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut tak berbobot. Asal-asalan dan menghamburkan anggaran.
Berdasarkan pantuan media ini, kegiatan ini terkesan hanya sebuah kemasan ‘wah’, tetapi materi yang dipamerkan ‘nihil’. Itulah sebabnya, banyak pengunjung kecewa dan hanya mengitari arena tanpa berhenti sama sekali. Alhasil, arena ini tampak sepi.
Pelaksanaan Expo Ekonomi Kreatif Madina baru hari kedua—rencana sampai Kamis (17/8/2023), namun beberapa stand tampak sudah kosong melompong. “Ini pembohongan,” kata seorang tokoh pemuda yang aktif dalam pendamping program kesejahteraan keluarga dari suatu kementerian.

Menurut lelaki yang tak mau ditulis namanya, kegiatan tersebut tak sesuai dengan namanya yang begitu keren: expo. “Kalau hanya mau lihat atau beli es pukat, ngapain kesini,” katanya dalam bahasa Mandailing pada, Selasa (15/8/2023) petang.
Pelaksanaan Expo Ekonomi Kreatif Madina memang menyedihkan. Lihatlah peserta: Rumah Coklat, Ayam Gepuk Restu Ibu, Aha Kebab, Dapur Atha, Bakso Mecon,Tea’se Me Boba, Teh Tarik.
Selain itu ada stand Alame Mandailing Roai Nasution, Riswan Kaligrafi, Follow Up Studion, Affandi Miniatur, Gula Aren Kub Aroma & Kopi Dolok Martimbus, Home Coffee Mandheling.
Ada sejumlah stand hanya poster saja, isinya melompong. Sebut saja stand: Bapenda Madina, Boru Tulang Kopi, Rumah Cantik Salsa, Donat Syafa, dan Kopinta.
Berdasarkan penelusuran di google, disebutkan expo singkatan dari eksposition yang memiliki arti sebagai pembentangan atau pameran secara umum. Expo juga bisa diartikan sebagai trade fair maupun pameran perdagangan. Expo sendiri merupakan bentuk promosi paling unik karena mempromosikan produk dengan skala besar.
Pada ujung kalimat tersebut disebutkan, expo merupakan bentuk promosi paling unik karena mempromisikan produk dengan skala besar. Nyatanya, Expo Ekonomi Kreatif Madina sama sekali tak mencerminkan skala besar.
Sementara itu, jika melihat kenyataan di arena expo pada Selasa (15/8/2023) sore, jumlah peserta tak sesuai dengan pernyataan Wakil Bupati Madina Atika Azmi Utami saat membuka kegiatan tersebut, Senin (14/8/2023). Saat itu, ia menyebutkan terdapat 20 stand dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dan pelaku usaha.
Nyatanya, berdasarkan pantuan media ini, jumlah pengisi stand hanya sekitar 14. “Jauh-jauh datang kesini, hanya mau lihat sepert ini. Gabus do sude,” ujar seorang warga.

Dalam kegiatan expo ini Dinas Ketahanan Pangan Madina membuka stand di sebelah utara arena. Mereka menjual beras Bulog seharga Rp9.900/ kilogram dalam kemasan 5 kilogram. Sayang, setiap pembeli tetap membayar Rp50.000/5 kilogram. Uang kembalian konsumen mereka beri satu gelas air mineral.
“Ini bukan beras Bulog, cuma disimpan di gudang Bulog,” kata soorang wanita penjaga stand berpakaian PDH (Pakaian Dinas Harian) PNS (Pegawai Negeri Sipil) menjawab pertanyaan pengunjung.
Dalam kemasan beras terdapat tulisan SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Pada sudut kiri atas terdapat logo dan tulisan Badan Pangan Nasional. Sedangkan di sudut kanan atas tercantum logo dan tulisan: BULOG Bersama Mewujdukan Ketahanan Pangan.
Dikutip dari bulat.co.id, Ketua BPC HIPMI (Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Madina Zainal Arifin mengatakan, pihaknya tidak tahu kegiatan Expo Ekonomi Kreatif di Masjid Agung Nur Ala Nur. “Baru tahu dari pemberitaan media online,” katanya, Senin (14/8/2023).
Menurutnya, para pelaku ekonomi kreatif yang tergabung dalam HIPMI pun tidak diajak berpartisipasi dalam kegiatan dalam rangka HUT ke-78 Kemerdekaan RI.
“Tidak diberitahu, apalagi diajak. Tahun lalu, kami turut berpartisipasi. Tahun ini tidak ada,” sebutnya. (*)
Editor: Akhir Matondang