
BERITAHUta.com—Sejumlah elemen masyarakat menepati janjinya unjuk rasa di base camp PT SMGP. Rabu siang (10/3-2021), mereka melakukan demonstrasi menuntut seluruh aktivitas perusahaan itu ditutup.
Aksi penolakan aktivitas PT SMGP (Sorik Marapi Geothermal Power) berlangsung di Desa Purba Lamo, Kecamatan Lembah Sorik Marapi (LSM), Mandailing Natal (Madina), Sumut.
Selain melakukan orasi, mereka juga membentang spanduk dan belasan poster terbuat dari kertas karton bertuliskan protes atas keberadaan PT SMGP.
Puluhan massa mengatasnamakan diri Koalisi Pemuda dan Masyarakat Madina mendesak PT SMGP menutup segala kegiatan operasionalnya.
Dedy Jakcson Lubis dan Aswardi Nasution, yang merupakan koordinator aksi, secara bergantian menyampaikan orasi. Mereka berulang kali mengatakan PT SMGP telah melecehkan negara.
Menurut Dedy, PT SMGP sarat masalah, amburadul, amatiran dan mereka juga telah melanggar aturan. Karena itu, perusahan harus segera tutup serta secepatnya hengkang dari Madina.
“Mereka kami nilai telah melecehkan negara dan masyarakat kabupaten ini,” katanya.
Dedy, yang menjabat ketua Rayon AMPI Panyabungan Kota, Madina menyebutkan perusahaan panas bumi ini sangat arogan dan tidak memiliki hati nurani.
“Mereka arogan. Padahal mereka ini orang asing yang menumpang di tanah kelahiran kita. Persoalan dengan para korban saja belum selesai, tapi malah sudah kembali beroperasi,” katanya.
Hal itu, ujar Dedy, merupakan bukti adanya pelecehan yang dilakukan PT SMGP. “Kami minta pemerintah pusat melalui Kementerian ESDM menghentikan seluruh kegiatan operasional di PT SMGP dan segera mencabut izin perusahan serta memberikan sanksi berat atas kesalahan fatal dan kelalaian yang telah merengut lima korban jiwa beberapa waktu yang lalu.”
Aswardi, ketua Forum Kajian Masyarakat (Forkat) Madina, menjelaskan sejak awal perusahaan panas bumi ini beroperasi di Madina mereka sudah melakukan penolakan.
“Sejak awal saya sudah ikut demo menolak perusahaan ini, karena saya lihat mereka memang belum siap beroperasi. Masih amatiran dan tidak ada jaminan yang mementingkan keselamatan masyarakat. Terbukti, saat ini sudah delapan masyarakat jadi korban,” jelasnya.
Pantauan wartawan, aksi itu sempat memanas lantaran tidak ada pihak perwakilan perusahaan yang datang menanggapi massa aksi.
“Kasat Narkoba Polres Madina dan kapolsek sudah mencek, tidak ada pimpinan perusahaan saat ini di sini. Hanya ada beberapa karyawan. Tentu saja mereka tidak berani menemui pengunjuk rasa karena bukan pimpinan,” kata AKP Sudrajat, kepala Sat- Binmas Polres Madina dihadapan pengunjuk rasa.
Mendapat tanggapan dari pihak kepolisian, massa pun membubarkan diri dengan aman dan kondusif. “Kami akan datang lagi dengan jumlah massa yang lebih besar,” ujar Aswardi sembari membubarkan diri. (*)
Sumber: MandailingOnline
Editor: Akhir Matondang