
KEDATANGAN H. Erwin Efendi Lubis, ketua DPRD Mandailing Natal (Madina), Sumut mendatangi kediaman Muhammad Rezky Nasution bukan sekadar memberi bantuan uang kepada lulusan terbaik Pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Lebih dari itu, dia men-suport dan menyampaikan pituah penyemangat bagi santri yang baru saja diyatakan diterima kuliah di Universitas Al-Akhgaff Yaman.
“Kehidupan kita melalui proses. Sesulit apapun, jangan takut menghadapinya. Kau juga ananda, tanamkanlah pada diri bahwa kesulitan menjadi pendorong semangat. Bukan jadi penghalang,” katanya.
Erwin Efendi datang rumah kontrakan Siti Aminah (52), ibu Rezky di Banjar Tinggi, Kelurahan Panyabungan III, Panyabungan, Madina pada, Senin (21/8/2023) malam.
Rezky adalah lulusan terbaik Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Kecamatan Lembah Sorik Marapi (LSM), Madina tahun 2023. Menjadi menarik, sebab santri yang berkali-kali juara baca Kitab Kuning dan hapalan hadist tingkat kabupaten, propinsi dan nasional ini, terlahir dari keluarga tak mampu. Sejak kecil, ia dan dua saudara kandungnya sudah ditinggal sang ayah.
Ibunya, hanya juru masak dan cuci piring di salah satu tempat penginapan di Dalan Lidang. Pernah juga ibunya menjadi seorang pembantu rumah tangga di Medan demi menafkahi dan menyekolahkan ketiga buah hatinya.
Rezky salah satu santri yang dinyatakan lulus di Universitas Al-Akhgaff Yaman. Kuliahnya gratis, tatapi beasiswa yang berlaku sekarang hanya terhadap uang kuliah. Sedangkan administrasi dan pemberangkatan senilai Rp60 juta ditanggung masing-masing mereka yang lulus. Demikian juga biaya kehidupan di sana.
Itulah sebabnya, Rezky dan ibunya berharap ada dukungan dari para dermawan agar cita-cita menuntut ilmu di negeri Yaman bisa tercapai.
Erwin Efendi turut bangga atas prestasi Rezky. Menurutnya, kondisi dialami santri juara tiga nasional baca Kitab Kuning, itu bukanlah suatu penghalang bagi Rezky untuk dapat berprestasi. Justru harus menjadi pendorong agar mendapat kehidupan lebih baik.
Dalam kaitan itu, dia mengenang ketika ibunya hanya seorang tukang ubak kacang seorang toke kacang merah di Banjarsibaguri (Panyabungan III, Panyabungan). “Ialap mei tu Banjarsibaguri kacang nai borngin sanga potang-potang. Habis subuh, dag-dug mei i bagas manggimbal kacang i. Dungi i pataru ma tu Banjarsibaguri mulak dung i paias. Dapot upah, ima panabusi ni danon dohot gule.”
Hal itu seperti itu tidak boleh membuat kita malu. Justru jadikan pemicu motivasi. Itulah sebabnya, apa yang terjadi pada diri kita hari ini, merupakan bagian dari perjalanan dan penyemangat kehidupan selanjutnya. Setiap peran dilakoni tidak mesti sesuai harapan dan bayangan. Jika sedang sakit, misalnya, tugas kita berusaha sembuh. Soal hasil atau tidak, itu kehendak Allah Swt.
Erwin Efendi berpesan supaya Rezky senantasa mengingat wajah sang ibu. Sasakali, bayangkon wajah ni inanta. Ingat apa saja yang sudah dilakukan demi anak-anaknya. Itu dapat mendorong agar kita semakin tekun menuntut ilmu. Supaya giat mengejar keberhasilan.
“Ingatlah, betapa sulit ibumu memperjuangkan ananda Rezky. Dengan segala kemampuan dimiliki, dia lakukan demi anak-anaknya. Jangan balas itu dengan setengah hati ya amang,” ujar Erwin Efendi.
Menurutnya, dalam kehidupan perlu ada sesuatu yang terus dapat memompa motivasi diri. Kalau ada orang atau kawan punya gadget bagus, kemewahan, atau fasilitas lengkap, itu tidak penting. Yang terpenting ilmu harus bertambah, dan pengetahuan makin baik.
Dengan pengetauan dimiliki itulah, nanti bisa mendapat kesempatan meraih kehidupan lebih baik. “Karena itu, tetap kuat, tetap semangat, serta hargai siapa saja mereka yang ada di lingkungan sekitar kita. Terutama, pujalah ibumu setinggi pemujaan terhadap manusia.”
Erwin Efendi mengatakan, secara jujur, tidak semua orang tua bisa melakukan seperti diperankan Siti Aminah. Karena itu, Rezky harus mensyukuri hal itu supaya sang ibu senang saat melepas keberangkatan anaknya ke nun jauh di sana.
“Kalau sudah sejauh itu, sebenarnya, kalau ibumu berkecukupan, saya yakin belum tentu diperbolehkan. Tetapi demi masa depan kalian. Demi semangatmu menuntut ilmu, dan demi ketaqwaanmu, ibumu tak bisa melarang. Itulah bentuk kasih sayangnya.”
Karena ini demi tuntutan kehidupan kedepan, kata Erwin Efendi, peluang ini harus dimanfaatkan secara maksimal. ”Sayangi dirimu. Sayangi umakmu, dan mudah-mudahan nanti ada yang dapat ananda berikan kepada dia dan saudara-saudaramu sebagai tanda ni holong.”
Dia melanjutkan, “Pala marangkat ko amang, urak sotik boban ni umakmu. Tai martamba boban pikiran. Masongonjia ma roa i anakki, mangan do roa i. Orang tua selalu menganggap anaknya masih kecil. Ingin selalu di dekatnya,” kata ketua DPRD Madina yang tahun ini melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci.
Sesekali, pesan Erwin Efendi, telpon atau WA (WhatsApp) ibumu. Kasih tahu kalau ananda sehat. Tanya apakah dia sehat. Kalau amang sedang kurang enak badan, misalnya, tak perlu beri tahu ibu agar pikirannya tenang.
“Nanti jika ilmu sudah mapan. Pengetahuan lebih dari yang lain, dan kehipanmu lebih baik, mereka yang sekarang tak peduli denganmu amang, dengan sendirinya bakal datang menemuimu. Itulah kehidupan. Disaat kita jatuh, mereka menjauh.”
Sebab itu, kita tidak boleh terjebak pada penilaian orang supaya tidak menimbulkan dosa. Apa yang dialami, itulah yang terbaik. “Jika biaya sudah cukup, berangkatlah ke sana untuk menimba ilmu. Tidak ada tujuan apapun, dan jangan terjebak pada pesona apapun.”
Erwin berdoa banyak derwaman yang mau berbagi rezeki agar dana keberangkatan, adminsitrasi, dan biaya hidup selama di Yaman cukup. “Mudah-mudahan nanti pulang ke sini membawa ilmu bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Terutama bagi agama kita, Islam.”
Lalu, “Jangan sama sekali ada jumawa, apalagi sombong. Rendah hatilah. Betul-betul memberi kesenangan bagi semua orang. Itu secara tidak langsung memberi doa, terutama bagi diri ananda.” (*)
Editor: Akhir Matondang