PANYABUNGAN, BERITAHUta.com–Muslimah GPI (Gerakan Pemuda Islam) menyerukan kalangan generasi muda Islam tidak ikut-ikutan terjerumus dalam merayakan Hari Valentine Days pada, 14 Februari ini. Pasalnya, perayaan Hari Kasih Sayang merupakan sesat berbau kebarat-baratan.
“Valentine Days merupakan indoktrinisasi sesat berbau kebarat-baratan (weternisasi). Ini bentuk penjajahan ekstrim terhadap moralitas kaum generasi muda Islam,” kata Dr. Melda Diana Nasution, M.Pd., ketua Pimpinan Daerah (PD) Muslimah GPI Madina dalam rilis yang diterima media ini, Senin (13-2-2023).
Dia menilai masyarakat, terutama para remaja salah kaprah memaknai Valentine Days atau Hari Kasih Sayang. Karena itu, Muslimah GPI menyerukan generasi muda Islam tidak ikut-ikutan pada kegiatan kebarat-baratan.
Hari Valentine, kata Melda Diana, adalah budaya Romawi kuno yang berlatar seks bebas, hedonisme dan konsumerisme yang bertentangan dengan ajaran Islam. “Kita mengimbau umat Islam menolak secara tegas perayaan Valentine Days pada 14 Februari. Hal ini bertentangan dengan agama, sosial, adat budaya dan kesusilaan,” ujar Melda Diana.
Menurut dosen STAIN Madina, ini berbagi kasih sayang tak harus menunggu saat Valentine Days. Tak harus pula diisi hal negatif yang melanggar norma masyarakat dan agama.
“Selama ini, terjadi pemaknaan yang menyimpang dari kalangan remaja terkait Valentine Daysini. Seolah sesuatu yang wajar, padahal sangat berbahaya bagi generasi muda Islam. Ini sangat membuat kita miris,” katanya.
Fenomena perayaan Hari Valentine, lanjut Melda Diana, dalam beberapa tahun belakangan marak dan populer di beberapa kota besar di Indonesia, tak terkecuali di Madina yang dijuluki Serambi Mekkahnya Sumut.
“Hari Valentine merupakan budaya yang tidak pantas diterapkan di Indonesia, khususnya Madina karena identik pergaulan bebas kaum remaja dalam mengikat suatu hubungan di luar nikah,” ujarnya.
Hari Valentine adalah sarana berbuat maksiat ria dengan berkedok hari kasih sayang, sehingga muaranya yang jadi korban generasi muda, khususnya kaum perempuan.
Muslimah GPI berharap Polres Madina, Satpol PP dan MUI melakukan razia di hotel-hotel, tempat hiburan serta sejenisnya agar tak memberi kesempatan kepada kaum muda melakukan hal-hal melanggar norma agama. Selain itu, memberi efek jera kepada para pelanggar asusila dan menghindari penyakit masyarakat makin mewabah.
“Kita tidak ingin Madina dikotori oleh praktik maksiat seperti prostitusi terselubung di balik hari Valentine. Apalagi diwarnai pesta miras, judi, seks dan narkoba,” sebut Melda Diana.
Jika ingin menyelamatkan generasi muda, pembinaaan moralitas dan religius merupakan indikator prioritas. Generasi muda tidak boleh terjebak arus negatif modernisasi sesat dengan meniru perilaku bebahaya, apalagi ikut merayakan Valentine yang lebih banyak mudharat-nya. (*)
Editor: Akhir Matondang