“HANYA binatang yang tega menilai tenaga didik dengan poin amat sangat buruk pada setiap pertanyaan. Barang kali anda bukan dididik guru, tapi dididik iblis sehingga mampu mempermalukan tenaga didik,” tulis Muhammad Ridwan Batubara dalam akun facebook (Fb)-nya, Senin (1/1/2024).
Tidak jelas secara pasti siapa yang dimaksud Ridwan, namun patut diduga kalimat tersebut sebagai sarkasme bagi dua pejabat di lingkungan Pemkab Mandailing Natal (Madina), Sumut.
Dugaan itu kian meyakinkan setelah membaca kalimat berikutnya, “Kau nikmati saja jabatan yg sementara itu, kelak kamu akan dihinakan di dunia kalau tidak masuk sel bisa jadi penyakit buruk menimpamu,” tulis Ridwan.
Postingan itu mengundang komentar dari pengguna medsos lainnya. “Memang 2 pejabat itu tersombong di Madina,” tulis pemilik akun Bung Nasution
“Sabar…. Allah lebih mengetahui segalanya, “ balas pemilik akun Fb Defrion Chaniago.
Menanggapi komentar itu, Ridwan menyebutkan,”Saya pribadi berharap para tenaga didik yg di dzolimi bermunajad kepada Tuhan untuk mengadukan semuanya, semoga pemangku kepentingan mendapat nikmat yg tiada tara sehingga tidak terulang lagi kedepannya.”
Defrion Chaniago menulis, “30 th sy jadi guru, tahun ini terang benderang penzholiman kepada guru. Ada apa ya? Tentu Allah jauh lebih memahami hal ini.”
Menurut Ridwan, sebagai warga Madina dia merasa kecewa terhadap pemangku kepentingan di daerah ini yang punya cita-cita ingin memprorak-porandakan pendidikan.
Pemilik akun Fb Masdewarni Hasibuan ikut nimbrung. Mantan kepala sekolah tingkat SLTA ini menulis, “Mereka tdk prnh merasakan jadi seorang guru annda ….jd tdk tau bagaimana suka duka guru itu dlm mddk ank2 bgsa…..”
Dia menyebutkan, mungkin mereka sudah mabuk dengan besarnya angka-angka yang masuk, sehingga lupa rasa kasih sayang yang pernah dinikmati saat mereka menjadi siswa.
Lebih menohok dan terarah ke pihak yang dituju ditulis pemilik akun Fb Darah Nata. “Tolong di baca itu Mr. Dollar dan Mr. Hamid…… Semena mena menilai SKTT orang (PPPK 2023) tanpa kalian tau kinerja di lapangan…… “
“Kalian lah manusia yang tidak punya hati dan tidak punya prikemanusiaan dalam menghambat masa depan orang banyak. Saya pribadi dari keluarga kurang mampu, berjuang kuliah (S1) sampai (S2) dengan mencari biaya sendiri. Dengan tujuan menyongsong masa depan yang cemerlang dan berusaha menjadi lebih baik. Namun kenyataan nya, apa yang di harapkan terhambat dan hancur dengan kebobrokan kerja kalian di Dinas pendidikan,” tulis Darah Nata.
Lebih lanjut ditulis, “Karena terhaniayah pada PPPK tahun 2022, Bupati Mandailing Natal juga pernah berjanji untuk mengangkat saya PPPK di tahun 2023. Ternyata.”
Untuk kali ini, kata Darah Nata, “Saya yang akan menilai kalian ( Mr. Dollar dan Mr Hamid ) dengan Kinerja kalian yang bobrok tentang pendidikan di Mandailing Natal.”
Akun Darah Nata meminta Mr. Dollar dan Mr. Hamid,– diduga orang dimaksud adalah Dollar Hafriyanto (kepala Dinas Pendidikan Madina) dan Abdul Hamid (kepala BKPSDM) Madina—membaca postingan pemilik akun Fb Darma Sagita.
Dalam suatu postingan, Darma Sagita yang mantan KUPT Dinas Pendidikan Kecamatan Natal, Madina merasa prihatin dan kecewa lantaran Syaipuddin—nama asli pemilik akun FB Darah Nata—tidak lulus PPPK padahal sudah mengabdi 18 tahun jadi guru honorer.
Selama mengabdi jadi guru Syaipuddin selalu disiplin, berdedikasi, dan penuh kreasi. Ia selalu dipilih sebagai utusan kecamatan mendampingi murid ke tingkat kabupaten, bahkan sampai propinsi.
Tak itu saja semua guru dan pemerhati pendidikan mengakui keseriusan Syaipuddin dalam meningkatkan mutu pendidikan di tempat ia mengajar.
“Tidaklah berlebihan apabila saya sebagai pendidik selama 38 tahun memberi penilaian baik bagi guru yang benar pengabdiannya. Kami malah bangga atas prestasinya,” tulis Darma Sagita.
Dia menulis, “Guru honorer S-2 mengabdi 18 tahun dengan aktif dan memiliki komptensi baik, tak ada peluangg menjadi guru PPPK. Untuk apa mencari titel S-2 kalau yang diterima punya orang dalam. Biar dungu kalo ada ORDAL pasti berhasil. Pantas rangking Madina tingkat Sumut nomor 32 dari 33 hore…” (*)
Editor: Akhir Matondang