
MEDAN, BERITAHUta.com—Para kepala desa (kades) dari Mandailing Natal (Madina), Kamis siang (17/11-2022), mengunjungi Gapoktan Mandiri Sejahtera di Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumut.
Kunjungan ini bagian dari rangkaian kegiatan studi banding mereka yang berlangsung sampai, Sabtu (19/11-2022).
Rombongan kades tampak sangat antusias menyaksikan proses produksi aneka rasa singkong goreng. Apalagi sang pemilik UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) ini, yaitu Muhdi begitu bersemangat mengaraikan kunci sukses mengembangkan usaha tersebut.
Bahkan ia mengajak para kades untuk mengembangkan usaha ini mengingat pangsa pasar dalam dan luar negeri masih sangat terbuka luas.
Menurut Muhdi, yang secara bercanda ia menyebut bergelar S.Ag (sarjana ahli goreng), sejak 2014 produksi keripik singkongnya sudah menembus pangsa pasar Korea Selatan, dan pada 2019 menjamah negeri jiran, Malaysia.
“Hingga saat ini kami kesulitan memenuhi permintaan kedua negara, jadi bisnis ini masih sangat terbuka. Silakan bapak-bapak kalau mau belajar lebih detail tentang usaha ini datang lagi ke sini pada lain waktu,” katanya.
Harga jual keripik singkong di kedua negara berbeda, di Korea Selatan Muhdi menjual Rp150 ribu per kilogram, sedangkan Malaysia: Rp100 per kilogram.
Singkong goreng produksi Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) milik Muhdi terdiri aneka rasa, antara lain: original, balado, jagung, rumput laut, coklat dan strobery. Bahan baku yang digunakan adalah ubi roti, sehingga gurih dan enak.
Muhdi mengatakan saat ini ia mempekerjakan 80-an orang. “Pesan saya jika bahan baku di desa masing-masing kades tersedia, apalagi warga bisa diarahkan menanam ubi sinkong ini, bisnis ini sangat menjanjikan. Yang jelas, dapat menampung lapangan pekerjaan dan menambah nilai tambah keluarga,” katanya.
Ketika disinggung konsep pemasaran yang dilakukan sehingga produksinya bisa eksis di Medan dan sekitarnya serta luar negeri, menurut Muhdi hanya mengandalkan tiga O, yaitu: otak, otot dan omong. “Kami tak bisa besar seperti sekarang kalau tidak omong lewat media,” ujarnya.
Muhdi menyebutkan tidak hanya ubi yang mendatangkan rezeki, kulit singkongnya pun bisa diolah menjadi pakan ternak dan memiliki nilai jual juga.
“Minyak gorengnya hanya sekali pakai, lalu dijadikan minyak jelantah untuk dikirim ke Jerman dengan harga Rp9000 per kilogram. Artinya semua bisa mendatangkan uang,” terangnya.
Soal limbah itu dijelaskan Muhdi menanggapi pertanyaan Akhyar Siregar. “Bagaimana dengan limbah singkong dan minyak bekas goreng singkong, sebab kami lihat minyak di dalam wajan semua bagus,” tanya kepala Desa Beringin Jaya, Kecamatan Panyabungan Utara, Madina. (*)
Editor: Akhir Matondang