BERBAGI
Prof. Zulkarnain Lubis, M.S., Ph.D, ketika menyampaikan materi pada Dialog Nasional di kampus Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, Bandar Lampung.

BERITAHUta.com– Saling menghormati,  menghargai,  rasa kebersamaan, serta tolong menolong merupakan salah satu ciri-ciri karateristik bangsa Indonesia. Pada praktiknya, banyak kendala dihadapi untuk mengimplementasikan  ciri kebangsaan tersebut.

Hal itu dikatakan  Prof. Zulkarnain Lubis, M.S., Ph.D, ketika menyampaikan materi pada Dialog Nasional  yang berlangsung di lantai 3 Aula Alfian Husin Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, Bandar Lampung,  belum lama ini.

Ikut jadi pemateri pada Dialog Kebangsaan bertema “Mengamalkan Nilai-nilai Kebangsaan Menuju Indonesia Bermartabat” antara lain: Menteri Koordinator Kemaritiman Jendral TNI (Purn.) Luhut Binsar Panjaitan, Direktur PT Pelindo 2 Elvyn G Masassya, serta Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2-Dikti) Palembang Prof. Slamet Widodo., M.S.

Pada kesempatan itu, Zulkarnain Lubis mengatakan ada empat pilar nilai-nilai kebangsaan yaitu, UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. UUD 1945 sebagai nilai-nilai kebangsaan Indonesia mengandung nilai-nilai demokrasi, nilai kebersamaan derajat, dan nilai kekuatan hukum.

“Rasa persatuan dan kesatuan bangsa, serta rasa peduli dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Itulah ciri kebangsaan harus terus melekat dalam diri kita sebagai anak bangsa. Kemudian, adanya moral, akhlak yang dilandasi  nilai-nilai agama juga menjadi ciri karakter bangsa Indonesia, selain ciri-ciri lainnya,” katanya.

Wakil Rektor 4 IIB Darmajaya itu menjelaskan, banyak fakta yang menghambat implementasi nilai-nilai kebangsaan untuk terwujudnya Indonesia bermartabat. Fakta yang menghambat itu di antaranya, maraknya tingkat kekerasan, kecenderungan ketidakjujuran makin meningkat.

Selain itu, rasa tidak hormat terhadap orangtua, guru dan pemimpin. “Belum lagi banyaknya generasi muda kurang menghargai Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang makin berkembang. Sebagai contoh, narkoba kian marak, pornografi meningkat, pornoaksi dan lain sebagainya,” kata alumni SMA Negeri 1 Panyabungan, Madina, Sumut itu.

Zulkarnain Lubis juga menjelaskan kunci pengamalan nilai-nilai kebangsaan. Yaitu, adanya trust building dengan meningkatkan rasa saling percaya. Kemudian, tunjukan keteladanan top down, yaitu dengan mengajak bukan menyuruh hal-hal yang positif.

Selain itu, konsisten antara perbuatan dan perkataan untuk terus-menerus melakukan perubahan yang lebih baik dan taat terhadap aturan yang ada. “Marilah, mulai dari sekarang, dari hal kecil dan diri sendiri, lingkungan keluarga, dan masyarakat luas untuk mengamalkan nilai-nilai kebangsaan ini,” kata dia.

Dalam dialog yang dimoderatori Ketua Yayasan Alfian Husin Dr. Andi Desfiandi, S.E., M.A. itu, hadir sejumlah tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, sejumlah pejabat daerah, mahasiswa, dan dosen. Hadir pula sejumlah tokoh organisasi pusat dan daerah, seperti KH. Irsyad Juwaeli (tokoh agama pusat).

Sementara itu, Rektor IIB Darmajaya Ir. Firmansyah Y. Alfian, MBA., M.Sc. menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara, hal ini berarti bahwa setiap tindakan rakyat dan Negara Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Secara historis, Pancasila diambil dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga mempunya fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Nilai-nilai Pancasila kita ketahui bersifat universal, yang diperjuangkan oleh hampir semua bangsa-bangsa di dunia. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila memiliki daya tahan dan kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 merupakan wujud cita hukum Indonesia, yaitu Pancasila,” kata dia. (dbs)

 

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here