BERBAGI
Dasniah, ibu Monalisa, tampak terharu menerima kedatangan pegawai Dinas Pendidikan Madina dan Disdukcapil Madina, pada Jumat siang (29/7-2022). Senin (1/8-2022), Monalisa sudah mulai bisa masuk sekolah. (foto: syahren)

PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Setelah sempat viral, akhirnya pihak Dinas Pendidikan Mandailing Natal (Madina), Sumut mendatangi rumah Monalisa di rumahnya, Lorong Aek Galoga, Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan, pada Jumat siang (29/7-2022).

Dasniah (35), ibu Monalisa  menyambut kedatangan pegawai Dinas Pendidikan Madina di rumah kontrakan sederhana tersebut penuh haru. Turut juga dalam rombongan itu, beberapa staf Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Madina.

Kepala Bidang PTK Dinas Pendidikan Zulhamsyah mengatakan pihaknya mengunjungi rumah Monalisa untuk memastikan terkait keluhan seorang ibu yang tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya.

“Dalam hal ini, kami memberi bantuan berupa uang beli seragam sekolah anaknya. Dan untuk sekolahnya, kami sudah koordinasi dengan pihak sekolah terdekat. Senin besok Monalisa sudah bisa mulai masuk sekolah dan belajar bersama teman seusianya,” katanya.

Kepala Bidang  Pelayanan Pendaftaran Penduduk Disdukcapil Madina Azmizar Yusuf menyebutkan, bagi warga yang kurang mampu dan belum memiliki adminduk, pihaknya siap jembut bola ke rumah warga untuk menyelesaikan administrasi kependudukan yang dibutuhkan.

BERITA TERKAIT  Lagi, Gas dari PT SMGP Telan Korban, 2 Orang Dilarikan ke RSUD Panyabungan

“Masalah adminduk keluarga Monalisa, mulai Kartu Keluarga (KK) serta akte kelahiran, Senin besok (1/8-2022), siap kami selesaikan agar Monalisa bisa segera sekolah,” katanya seperti dikutip dari WartaMandailing.

Menurut Dasniah,meskipun usia anaknya sudah tujuh tahun lebih tiga bulam, tapi Monalisa tidak bisa sekolah lantaran tak punya uang untuk biaya pendaftaran sekolah. Selain itu, data administrasi kependudukan anaknya belum lengkap.

Dasniah tampak bahagia mendengar Monalisa bakal bisa sekolah, layaknya anak-anak lain. “Beginilah kondisi kami, bagaimana mau menyekolahkan anak, untuk biaya hidup sehari-hari susah,” katanya.

Sebenarnya Dansiah bukan tak mau anaknya pintar. Bukan pula tak ingin anaknya ceria seperti anak-anak tetangganya. Tapi ia tak punya uang untuk membiayai sekolah sang buah hati.

Dansiah, hanya kerja sebagai juru masak dan cuci piring di salah satu rumah makan di Panyabungan. Penghasilannya, Rp200 ribu per minggu.

Uang sebesar ini memang sangat pas-pasan untuk menghidupi tiga anak: Monalisa, kakak serta adiknya  berumur 2,5 tahun.

“Saya sedih pak. Usia anak saya ini sudah menginjak tujuh tahun tiga bulan, tapi belum bisa sekolah lantaran tak punya biaya. Ditambah lagi, kakaknya putus sekolah, ” katanya.

BERITA TERKAIT  Total Dana Rp1,25 M, Pemkab Madina Bakal Santuni 5000-an Anak Yatim dan Piatu

Dansiah memang harus berjibaku agar bisa membiaya ketiga anaknya. Sekitar empat tahun lalu, ayah Monalisa meninggal karena sakit. Lalu, ia menikah lagi dengan seorang lelaki warga Pasaman, Sumbar.

Dari perkawinan kedua, dapat satu anak, sekarang berumur 2,5 tahun. “Bagaimana mau sekolahkan anak, biaya hidup sehari hari saja cuma mengandalkan buruh masak dan cuci piring,” tuturnya dengan suara parau.

Belakangan diketahui, di rumah kecil itu Dansiah tak hanya tinggal bersama tiga anaknya, tapi juga ada ibu kandungnya yang sudah lanjut usia.

Bisa dibayangkan, dengan penghasilan Rp200 ribu seminggu, ibu rumah tangga yang kurang beruntung ini harus membiayai kebutuhan sehari-hari lima orang, termasuk Dansiah, plus sewa tempat tinggal.

“Saya kepingin sekolah pak. Satu dua teman, ada yang mengejek kenapa saya tidak sekolah seperti mereka,” ujar Monalisa. (syah)

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here