PASANGAN H.M. Sofwat Nasution dan Ir. H. Zubeir Lubis (Sofwat-Beir) dipastikan “berlayar” di Pilkada Mandailing Natal (Madina), Sumut 2020. Saat ini ada dua pasang bakal calon (balon) bupati Madina sedang “bergerilya” supaya bisa juga daftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Madina awal September nanti.
Kedua pasang itu adalah H. Dahlan Hasan Nasution-Aswin Parinduri (Dahwin) dan H.M. Ja’far Sukhairi Nasution-Atika Azmi Utammi Nasution (Suka). Berhasilkah mereka dapat rekomendasi partai politik (parpol) sebagai syarat daftar di KPU mengikuti jejak Sofwat-Beir.
Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap balon-balon lain yang juga ingin maju Pilkada Madina 2020, tulisan ini hanya membahas pasangan balon bupati atau balon wakil bupati yang sudah ada pasangan, atau sudah dapat dukungan minimal satu parpol pemilik kursi di DPRD Madina.
Pada Kamis (18/6-2020), Sofwat-Beir dapat rekomendasi Partai Amanat Nasional (PAN). Masyarakat pun menyambut putusan partai itu dengan suka cita.
Sejurus kemudian, di media sosial dan di tengah masyarakat jadi topik pembicaraan mengenai pasangan balon mana lagi bakal dapat dukungan parpol. Pasangan mana pula yang masih “kritis”. Topik ini dalam pekan terakhir ramai dibicarakan.
Bahkan ada juga yang merasa pengamat tapi pandangannya “rabun” melihat fenomena Pilkada Madina. Merasa tahu, padahal ia hanya penonton. Kalaupun ikut tim di salah satu pasangan balon, posisinya hanya “sayap kiri habis-habisan” alias penggembira.
Sah-sah saja. Siapa pun boleh bicara. Sebab itu, saya pun coba mengemukakan pendapat mengenai kemungkinan arah dukungan parpol terhadap balon-balon yang muncul.
Tentu saja, asumsi dan perkiraan ini berdasar pada alasan-alasan tertentu yang saya yakini, dan tidak bermaksud memasuki ranah hak prerogatif parpol.
Ulasan ini juga hanya perkiraan sehingga tidak ada jaminan benar. Politik itu sangat dinamis. Dalam hitungan menit bisa berubah. Namun, saya coba uraikan secara logis dan dapat diterima akal sehat. Bukan bar-bar alias tanpa alasan yang kuat.
Diawali Sofwat-Beir. Pasangan ini dipastikan didukung Demokrat (5 kursi) dan PAN (3 kursi). Total perolehan kursi kedua partai delapan.
Undang-undang mengamanatkan, pasangan balon bupati-wakil bupati bisa daftar di KPU minimal didukung 20 prosen dari jumlah kursi anggota dewan setempat.
Anggota DPRD Madina hasil pemilu legislatif (pileg) 2019 berjumlah 40 orang. Sehingga 20 prosen dari jumlah itu, delapan kursi.
Sekadar mengingatkan, perolehan kursi DPRD Madina hasil pileg 2019 adalah Gerindra tujuh kursi, Demokrat (5), Partai Golkar (5), PKS (4), PKB (4), Hanura (4), PAN (3), PPP (2), dan Perindo (2). Lalu, Nasdem, PKPI, PDIP dan Partai Berkarya masing-masing satu kursi.
Saat ini Sofwat-Beir mengantongi delapan kursi dari Demokrat dan PAN . Dahwin dapat PPP (2) dan Partai Golkar (5), total tujuh kursi. Lalu, Suka baru memiliki PKB (4).
Parpol yang belum menentukan sikap: Gerindra (7), PKS (4), Hanura (4), Perindo (2), Nasdem (1), PKPI (1), PDIP (1) dan Partai Berkarya (1). Total: 21 kursi.
Partai apa saja yang kemungkinan merapat di kubu Sofwat-Beir. Seperti diketahui, pasangan ini daftar di semua partai, kecuali Partai Nasdem.
Sofwat-Beir mulai daftar di partai dengan mendatangi langsung sekretariat DPD Gerindra Madina. Bagaimana peluang pasangan berslogan “Religius, Cerdas dan Sejahtera” ini dapat dukungan Gerindra.
Berdasarkan perkiraan saya, Gerindra bakal berlabuh di Sofwat-Beir. Alasannya, Sofwat-Beir sudah mengikuti rangkaian mekanisme yang dilakukan partai di semua tingkatan. Selain itu komunikasi ketua DPD Gerindra Sumut Gus Irawan dan Sofwat sangat intens.
Suatu saat saya melihat postingan foto di facebook dan berita online, Gus Irawan, Sofwat, dan Cok Simbara usai olahraga golf di Jakarta. Lalu, beberapa kali muncul foto di medsos mengenai kedekatan Gus Irawan dan Sofwat.
Gubenur Edy Rahmayadi tidak bisa dipisahkan dari Gerindra, sebab pasangan Edy-Ijeck diusung partai besutan Prabowo Subianto.
Edy secara pribadi sudah menyatakan dukungan terhadap Sofwat. Ini bukan tanpa alasan, mereka sama-sama alumni Akmil (1985). Bedanya, Edy masuk korps Kostrad, sedangkan Sofwat memilih korps Koppasus.
Sejak lulus Akmil hingga melanglang buana di militer hubungan Edy dan Sofwat sangat baik. Bahkan pernah sama-sama tugas di Aceh. Pada saat-saat tertentu, mereka sering bertemu di Jakarta. Ditambah, masih ada pertalian keluarga antara Sofwat dan Nawal Lubis, istri Edy.
Lihatlah saking dekatnya hubungan keluarga Sofwat dan Edy, setiap kali awal pertemuan Sofwat dan Nawal, keduanya selalu cipika-cipiki. Ini menggambarkan begitu dekat persahabatan dan kekeluargaan Edy dan Sofwat.
Hubungan Sofwat dengan jajaran DPP Gerindra juga menjadi modal besar bagi Sofwat-Beir untuk mendapat dukungan partai ini.
Pertama, Prabowo dan Sofwat sama-sama Koppasus. Kedua, Prabowo pernah menjadi komandan Sofwat. Ketiga, Sofwat merupakan koodinator pemenangan pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 wilayah Banten. Keempat, hubungan Sofwat dengan orang-orang di sekeliling Prabowo sangat baik.
Pun hubungan Sofwat dengan Prabowo tergolong dekat. Usai pilpres lalu ada pertemuan sejumlah purnawirawan jenderal membahas dinamika politik yang berkembang di tanah air. Pada kesempatan itu Sofwat sempat menyatakan keinginan maju di Pilkada Madina kepada Prabowo.
Ungkapan Sofwat langsung dijawab Prabowo. “Saya dukung. Kalau Pak Nas (Sofwat Nasution-red) maju, saya pastikan tidak ada nama lain dari Gerindra untuk Mandailing Natal. Pak Nas-lah yang pas disana. Pulanglah, benahi kampung kau,” ujar Prabowo sembari menepuk pundak Sofwat.
Bagaimana PKS. Menurut saya, kans paling besar dapat dukungan PKS adalah Sofwat-Beir. Berdasarkan informasi dari media online, fit and propert test yang diadakan DPP-PKS di Medan belum lama ini, hanya diikuti dua pasang balon, Sofwat-Beir dan Suka.
Nama yang diusulkan ke DPP PKS pun hanya Sofwat-Beir dan Suka. Jika kita bedah secara garis besar, visi, misi dan figur yang pas bagi PKS yaitu Sofwat-Beir. Pertama, slogan religius, cerdas dan sejahtera sangat sesuai arah politik partai ini.
Kedua, sangat riskan bagi partai berazaskan Islam jika mengusung balon wakil bupati seorang perempuan. Apalagi Madina mayoritas Islam.
Ketiga, berdasarkan informasi berkembang, Sofwat, Zubeir dan tim Sofwat-Beir sangat intens komunikasi dengan pihak PKS.
Selanjutnya, ada dua partai pemilik satu kursi berpeluang merapat ke Sofwat-Beir: PKPI dan Berkarya. Senin (15/6-2020) lalu, Sofwat silaturrahmi dengan Diaz Hendropriono, ketua umum DPP-PKPI.
Menurut Sofwat, pada pertemuan di kantor Staf Khusus Presiden RI tersebut juga dibicarakan mengenai arah dukungan PKPI di Pilkada Madina. Meski Sofwat tidak menjelaskan secara detail, dari “gestur” kalimat yang diucapkan Sofwat tampak partai itu memberi lampu hijau.
Apalagi Zubeir juga begitu baik komunikasinya dengan pengurus PKPI Madina dan anggota dewan dari partai ini.
Partai Berkarya pun demikian. Hubungan baik antara Ketua DPD Partai Berkarya Madina Onggara Lubis dengan Sofwat sangat baik. Demikian juga dengan Zubeir.
Gayung bersambut. Konon, Ketum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra sudah menyetujui nama Sofwat diusung sebagai balon bupati Madina. Informasi yang layak dipercaya menyebutkan, putra bungsu Presiden Soeharto sudah minta Sofwat sowan ke rumahnya.
Beralih ke Golkar. Arah politik partai ini di Pilkada Madina menurut saya masih misterius. Dukungan “sementara” Golkar terhadap Dahwin boleh dikatakan masih abu-abu atau belum kuat.
Dalam surat keputusan (SK) No.13-129/GOLKAR/III/2020 tanggal 21 Maret 2020 tentang Penetapan Sementara Calon Kepala Daerah Kabupaten Mandailing Natal dengan Syarat dan Penugasan dari Partai Golkar, pada poin 3 disebutkan: DPP Partai Golkar berdasarkan alasan-alasan tertentu berwenang melakukan pembatalan dan/atau peninjauan kembali atas penetapan sementara tersebut di atas.
Menurut saya narasi SK ini janggal. Sebagai gambaran, dua hari setelah SK No.13-129/GOLKAR/III/2020 terbit, ada beberapa pasangan balon bupati/walikota di Lampung juga dapat SK dari DPP-Golkar, tapi semua berupa surat tugas, tidak ada embel-embel “sementara”.
Kabarnya, Musda Golkar Sumut ulangan digelar Juli 2020. Ijeck atau Musa Rajekshah berpeluang besar memegang kendali Golkar Sumut. Kalau ini jadi kenyataan, arah Golkar di Pilkada Madina mudah dibaca.
Jika asumsi dan perkiraaan di atas benar, Sofwat-Beir dapat dukungan Demokrat (5), PAN (3), Gerindra (7), PKS (4), Golkar (5), PKPI dan Berkarya masing satu kursi. Total 26 kursi.
Berarti sisa 14 kursi. Jumlah tersebut hanya bisa untuk satu “perahu”. Sebab, satu “perahu” minimal delapan kursi.
Dahwin saat ini memiliki Golkar (5 kursi) dan PPP (2 kursi), jadi 7 kursi. Itu pun kalau Golkar tidak “lari”. Jika Golkar tetap berada di sini, berarti hanya kurang satu kursi kalau sekadar memenuhi kuota 20 prosen.
Kekurangan satu kursi tersebut kemungkinan didapat dari Nasdem atau PDIP. Bisa juga Perindo ikut bergabung, sehingga jadi 9 kursi.
Sekarang kita coba intip “perahu” Suka. Saat ini baru ada PKB (4), jika asumsi di atas benar, tidak ada jalan lain Suka harus dapat Hanura (4), sehingga total delapan kursi.
Dengan kalkulasi distribusi dukungan partai di atas, dipastikan pasangan balon bupati-wakil bupati yang daftar di KPU Madina tiga pasang.
Tak ada salahnya juga kita telisik kemungkinan Partai Golkar meninggalkan Dahwin. Bila ini jadi kenyataan, Dahwin dan Suka harus berebut Hanura.
Hanura jadi pemegang “kartu as” kalau betul Sofwat-Beir didukung Demokrat, PAN, Gerindra, PKS, Golkar, PKPI dan Berkarya. Total: 26 kursi atau 65 prosen dari jumlah kursi DPRD Madina.
Seperti disebutkan, Hanura jadi “juru kunci”. Arah dukungan partai ini menjadi penentu siapa yang bakal “berlayar”, Dahwin atau Suka.
Jika Golkar hengkang, Dahwin masih harus kerja keras karena baru punya modal PPP (2). Pasangan ini harus berburu Hanura (4), PDIP (1) dan Nasdem (1). Total: 8 kursi. Jika Perindo (2) juga menentukan sikap memilih Dahwin, tentu jadi 10 kursi.
Dengan kalkulasi tersebut menjadi kenyataan, berarti Suka tidak dapat “perahu” dan urung ikut bertarung di Pilkada Madina 2020.
Kemungkinan lain, Suka berhasil dapat Hanura (4). Berarti PKB dan Hanura berjumlah 8 kursi. Suka pun ikut “berlayar”, dan Dahwin tidak bisa “melangkah” karena kursi tersisa hanya PPP (2), PDIP (1), Perindo (1), Nasdem (1).
Tinggal menunggu kemana merapat PPP, PDIP, Perindo, dan Nasdem di Pilkada Madina 2020 meski bukan lagi sebagai penentu “berlayar” atau tidak pasangan tersebut. Jadi pengusung atau pendukung.
Berdasarkan asumsi di atas, peluang Suka lebih besar karena tinggal mencari empat kursi. Menurut saya, kalau Suka ingin dapat “perahu”, baiknya tim Suka lebih fokus berburu Hanura.
Sebab jika berburu partai yang punya satu atau dua kursi, maka ini sangat berisiko. Habis energi dan lain sebagainya. Sangat riskan. Detik-detik terakhir, tidak menutup kemungkinan kurang satu atau dua kursi. Karena Dahwin juga pasti melakukan upaya yang sama.
Sekali lagi, ini hanya kalkulasi saya. Tentu anda juga punya hitung-hitungan politik, dan itu sah-sah saja. Kesimpulan terakhir, kita lihat dalam beberapa pekan kedapan kemana arah dukungan parpol pemilik kursi di DPRD Madina.
Finalnya, awal september 2020. Saat itu sudah tampak siapa balon bupati-wakil bupati yang diantar para pendukungnya berduyun-duyun ke KPU Madina untuk mendaftar dengan modal minimal delapan kursi.
Kita tunggu saja, politik itu sangat dinamis.
Penulis: AKHIRUDDIN MATONDANG
(pemred dan penanggung jawab beritahuta.com)