Sontoloyo

BERBAGI

“SONTOLOYO..,” teriak Jaranggas begitu masuk lopo.

Tentu saja ungkapan itu mengundang perhatian mereka yang sedang di lopo. Satu sama lain saling pandang. Mereka tidak tahu siapa yang dimaksud sontoloyo.

“Ise dei na sontoloyo i, inda jelas,” tanya Naknung.

“Olo ba. Na tobang ma au, inda unjung idokon amangku au sontoloyo,” tambah Mandohuk.

“Au pe ngaunjung i aras. Ise do nasontoloyo i Jaranggas,” ujar Malim Sakotu.

Tidak mau pusing dengan berbagai tanggapan itu, Jaranggas langsung cari tempat duduk. “Umak Sampe, tes paet jolo,” katanya begitu bersandar di dinding lopo.

Semua pandangan masih tertuju ke Jaranggas. Lopo sedikit hening dan tegang. Mereka saling menduga, siapa yang dimaksud sontoloyo.

“Inda adong langa goreng tumbang Umak Sampe,” tanya Jaranggas.

“Goreng pisang si olot ma ia na adong ,” sebut Umak Sampe.

“Jawab jolo parsapaan nami on, ise do langa na sontoloyo i,” kata Naknung tidak sabar.

“On mada pala antena pendek.Hum na kecek sajo do  ita sude, tai ngana mamboto parkembangan politik i negara on,” kata Jaranggas.

“Aha namaso buse langa carito politik,” tanya Mandohuk.

“Tai idokon presiden adong politikus sontoloyo,” jawab Jaranggas.

“Ise dei baya na i maksud ni Jokowi i,” tanya Malim Sakotu.

“Tarsongoni juo ma homu, para elit politik pun saling bertanya-tanya siapa yang dimaksud presiden,” jelas Jaranggas.

“Sontoloyo juga ya,” sambut Kandolok yang dari tadi menyimak obrolan di lopo itu.

“Ise dei na sontoloyo i,” tanya Mandohuk.

“Inda jau. U jawab non adong buse mandokon iba makar. Sekarang, harus hati-hati bicara. Banyak rambu-rambu dari pemerintah. Jangan sampai kita disebut makar,” kata Kandulok.

“Kok?” tanya Mandohuk.

“Coba kita lihat, penanganan hukum tebang pilih. Rupiah makin tergencet dolar, dan lain sebagainya,” ujar Jaranggas berapi-api.

“Ulama dan tokoh yang berseberangan dengan petahana dipersekusi. Para kepala daerah yang baru-baru ini ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) umumnya pendukung, bahkan bagian dari tim sukses petahana. Jangan kita sebut sontoloyo, nanti salah,” ujar Jaranggas.

“Ubege bupati Cirebon i arani kasus suap jual beli jabatan dei ona OTT (operasi tangkap tangan),” tanya Kandulok.

Soal jual beli jabatan ini, kata Jaranggas, sebenarnya sudah rahasia umum. Kalau KPK mau, banyak bupati atau walikota masuk bui karena diduga pasang tarif. Bahkan, untuk jabatan-jabatan tertentu dibandrol tinggi. Kebetulan saja bupati Cirebon sedang apes.

“Hahahaa…..” tawa Mandohuk.

“Aso tata ho,” tanya Jaranggas.

“Saya ingat cerita seorang kawan. Dia lagi mengincar jabatan sekretaris kecamatan (sekcam) di suatu kabupaten, sudah ngasih uang Rp40 juta kepada pihak bupati, tapi sampai sekarang belum juga dilantik jadi sekcam,” jelas Mandohuk.

Ketika seisi lopo membahas sontoloyo, tiba-tiba Pak Guru datang.

“O…guru, aha dei langa arti ni sontoloyo?” tanya Mandohuk.

“Bo kecek politik buse tile..,” kata Pak Guru.

“Dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) sontoloyo artinya, konyol, tidak beres atau bodoh jika dipakai sebagai kata makian,” jelas Pak Guru.

Ahli bahasa dari Universitas Indonesia, kata Pak Guru,  menyebutkan “sontoloyo” sebenarnya berasal dari bahasa Jawa. Yaitu, sebutan bagi seseorang berprofesi sebagai penggembala bebek.  Lambat laun justru masuk KBBI. Namun, kata tersebut mengalami pergeseran makna menjadi negatif.

“Secara umum, orang tahunya sebagai ungkapan kekesalan, kekecewaan, bahkan makian, ” kata Pak Guru.

“Berarti Apak Itik alak banjar nami an, sontoloyo juo doma i ipio i,” kata Mandohuk.

“Ulang ba, mengamuk non apak i,” kata Naknung yang dari tadi hanya menyimak obrolan.

“Ma idia Umak Sampe, tauk jolo sotik aek milas i tu galas kon,” kata Jaranggas.

“Kecek tu langit. Pangidoan bahat, goreng tumbang, korek api, on ma tambu aek. Padahal namarutang do. Sontoloyo juo doho dabo Jaranggas,” kata Umak Sampe sembari senyum.

Seisi lopo tertawa….

(Akhiruddin Matondang)

 

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here