
PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Seolah dalam mimpi. Itulah mungkin dirasakan Siti Aminah Lubis (51). Ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pencuci piring ini, Jumat petang (28-4-2023), sekitar pukul 15.45, berangkat umrah bersama anaknya: Muhammad Rezky Nasution.
Proses pemberangkatan Siti Aminah dan anaknya dari rumah kontrakan mereka di RT 07/RW 03, Kelurahan Panyabungan III, Kecamatan Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut diiringi air mata.
Pada saat azan dikumandangkan jelang keduanya melangkahkan kaki dari pintu rumah, Siti Aminah dan Rezky tak kuasa menahan derai air mata. Warga sekitar yang turut hadir jelang keberangkatan “tamu” Allah, itu pun ikut terharu. Hampir semua bola mata yang menyaksikan momen tersebut berlinang air mata. Bahagia, juga seolah tak percaya menyaksikan pemandangan dihadapan mereka.

Siti Aminah dan Rezky berangkat umrah melalui Travel Duha Wisata Musthafawiyah Purba Baru secara gratis. Kali ini, berangkat 22 jemaah. Sesuai jadwal, rombongan “terbang” dari Bandara Kualanamu pada, Minggu (30-4-2023). Muhammad Rezky Nasution pemegang tiket nomor: 9902162188935, sedangkan Siti Aminah: 9902162188943.
Kepala Cabang Travel Duha Wisata Musthafawiyah Purba Baru Masdalifah Lubis mengatakan perjalanan dari Medan dan kembali ke Medan selama 12 hari.
Jika ditambah perjalanan dari Madina, total menjadi 15 hari. Sesuai jadwal, rombongan yang bertindak sebagai tour leader ustad Roni Rahmad ini tiba kembali di Madina tanggal 12 Mei 2023.
Sedangkan muthawif Makkah-Madinah H. Hasnan Nabil Al Makky dan H. Muhammad Ikhsan Al Makky. Khusus pembimbing perempuan di sana, yakni Ustadzah Monika.
Dari jumlah rombongan jemaah ini, ada tujuh jemaah gratis. Lima orang dari wakil gubernur Sumut, dari Harun Mustafa Nasution dan M. Sukri Nasution (1 orang), dan seorang lagi dari pihak travel.
Uang saku untuk jemaah gratis diberikan oleh H. Mustafa Bakri Nasution dan Hj. Zahara Hannum, masing-masing sebagai mudir Musthafawiyah Purba Baru dan pengasuh asrama putri pesantren tersebut.
Hadiah
Siti Aminah berangkat umrah sebagai hadiah dari Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah karena anaknya, Rezky meraih lulusan terbaik Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru tahun 2023.

Awalnya memang hanya Rezky yang mendapat umrah, namun setelah Ijeck–sapaan akrab Musa Rajekshah—mengetahui latar belakang kondisi ekonomi keluarga santri tersebut, sang wagub pun menyatakan tak hanya Rezky, ibunya juga ikut umrah.
Tentu saja saat itu Siti Aminah seolah tak percaya. “Saya tadi sempat bertanya kepada Rezky apa kerja omaknya. Tadi saya tanya juga langsung ke omaknya. Kata omaknya, selama ini ya, memasak…, menyuci…”
Dengan keterbatasan secara ekonomi, lanjut Ijeck, masih semangat menyekolahkan anak sampai tamat. “Alhamdulillah, tamatnya pun bukan sekadar tamat, tapi yang terbaik pada angkatan ini.”
Dia melanjutkan, “Mudah-mudahan dengan istiqomah. Betul-betul bersandar kepada Allah banyak urusan dunia dimudahkan-Nya,” kata ketua DPD Partai Golkar Sumut.
Sebagai lulusan terbaik, Rezky mendapat nilai 2.443. Dari angka ini, santri yang ditinggal ayahnya sejak umur kelas tiga sekolah dasar (SD) memiliki nilai rata-rata 90,49 dari 27 mata pelajaran.
Seperti kata Ijeck, Siti Aminah tak lelah bersandar kepada Allah. Jika bukan kuasa-Nya, mana mungkin bisa menyekolahkan dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Dia berjuang sendiri menghidupi dan mengurus tiga anak—Fatimah (lulusan SLTA), Muhammad Rezky, dan Salman Alfarizi (kelas dua MAN 1 Madina.
Kala itu, sang suami: Abdullah Umar, menikah lagi dengan seorang wanita di Kecamatan Bukit Malintang, Madina. Padahal, Salman masih dalam kandungan
Cuci Piring
Sehari-hari Siti Aminah kerja sebagai juru masak dan cuci piring di salah satu hotel di Dalan Lidang, Panyabungan. Sebulan, ia digaji Rp950 ribu. Jika pakai hitungan manusia, jumlah penghasilan itu sangatlah tidak cukup, meskipun pukul 03.00 dini hari ia sudah berangkat kerja.
Jika dirunut kebutuhan hidup keluarga mereka dan dibandingkan dengan penghasilan, rasanya ada sesuatu keajaiban yang memayungi keluarga ini.

Biaya kontrakan rumah di belakang Guppi Banjar Tinggi, Kelurahan Panyabungan III Rp300 ribu per bulan; ongkos angkot kerja ke Dalan Lidang Rp8 ribu pulang-pergi—sebulan hanya dua hari libur; ongkos Rezky ke Musthafawiyah Rp20 ribu per hari; ongkos Salman ke MAN 1 Madina Rp20 ribu per hari; dan untuk gulai/sayur di rumah Rp20 ribu per hari. Belum lagi beli beras dan keperluan lain.
Dari rincian itu, jika dirata-ratakan kebutuhan hidup keluarga Siti Aminah Rp60 ribu per hari. Jumlah biaya hidup itu jauh dari cukup jika dibanding gaji yang didapat sebagai tukang cuci piring dan juru memasak.
Sesekali, jika ada acara di aula hotel memang ia mendapat bonus Rp100 ribu dari pihak owner. “Alhamdulillah ada saja rezeki. Terkadang adong namarsidoqah. Bagi kami Rp50 ribu sudah sangat berharga,” ujar Siti Aminah.
Bahkan, kata dia, sering ada orang yang tak dikenal memanggil dia, memberi uang sembari mengatakan, “Na, lehen jolo di daganak i.”
“Mudah-mudahan, adong sajo dei namangalehen. Manombo, incogot boto ngadong epengku, ningroangku, adong sajo mei dalanna ro razoki,” katanya.
Himpitan ekonomi kian menyesakkan karena keluarga ini tak satu pun mendapat program bantuan pemerintah. Itu pula sebabnya, Siti Aminah dan ketiga anaknya pernah mengontrak gubuk kecil di pinggir Aek Tolang, Banjar Grogol, Panyabungan III.
Bahkan untuk tetap bisa memenuhi kebutuah tiga anak, Siti Aminah pernah merantau ke Medan kerja sebagai asisten rumah tangga (ART).
Setiap usai salat subuh Rezky berangkat ke Musthafawiyah. Ia selalu menunggu angkot di seberang jalan Masjid Raya Walqurro Walhuffaz, Pasar Lama, Panyabungan.
Begitu sampai di Purba Baru, biasanya ia ziarah di makam pendiri pesantren atau numpang belajar di gubuk kawannya.
Ia juga hampir tiap hari tampak mengaji di masjid Musthafawiyah, terutama sebelum atau sesudah salat dhuha.
Pada MTQH ke-22 tingkat Madina 2023, belum lama ini, Rezky berhasil manyebet juara pertama lomba hafalan 500 hadist.(*)
Editor: Akhir Matondang