BERBAGI
Foto: Ilustrasi (ist)

INI (mungkin) penipuan modus baru. Jika biasanya pelaku yang coba menipu melalui telepon berbahasa Indonesia, tapi kali ini ia dipastikan halak Mandailing.

Bicaranya pasih. Dari cara bicara dan bahasa yang dipakai, tidak ada keraguan saya memastikan dia orang Mandailing.

Ceritanya, pada, Minggu siang (7/11-2021), sekitar pukul 10.36, seorang lelaki menelopon saya. Ia menggunakan nomor handphone: 0812-62606695.

Assalamu’alaikum amangboru.

Lalu saya jawab, walaikum salam.

Amangboru do on?

Tanpa curiga, saya jawab, “Olo, idia ho. I Medan dope?”—saya belum bisa pastikan siapa yang telpon ini.

Olo amangboru, i Medan,” jawabnya.

Ise dongan ni amang boru isi,” tanya dia, sebut saja namanya: Mandohuk.

Inda dong, bou mu i dapur,” jawab saya sembari terus memperhatikan siapa sebenarnya si penelpon.

Rasa curiga mulai muncul ketika Mandohuk meminta saya menjauh dan tidak ada orang lain mendengar obrolan kami.

“Madung sado au do on, aha do namangua,” kata saya berbohong. Padahal saya sembari menuju dapur supaya istri dengar obrolan kami. Selama ini yang bertutur amangboru ke saya umumnya dari pihak istri.

Pendek cerita Mandohuk cerita sekitar dua jam sebelum telpon saya ia masuk kamar mandi di salah satu SPBU yang berada di Jalan Merdeka, Medan.

Ketika sudah di dalam kamar mandi, katanya, dia melihat ada tas warna hitam tergantung. Ia coba beranikan diri membuka tas tersebut.

Setelah dibuka, tas berisi: handhopne Samsung A-30; kamera handycam; pasfoto perempuan dua lembar; KTP atas nama Dewi beralamat di Jalan Mawar No.2 Pekanbaru, Riau;  pakaian anak empat stel, serta dompet kecil yang di dalamnya terdapat emas 32 mayam.

Emas itu, ujar Mandohuk, berupa dua gelang, serta masing-masing satu kalung dan cincin. Di dalam tas kecil terdapat pula surat pembelian emas dengan total harga Rp97 jutaan.

Lalu, ia menyebutkan “Pas kaluar au amangboru sian kamar mandi, rupana nida dua petugas galon au mangoban tas. Isapai alai, aso maroban tas, arana pas masuk kamar mandi nida alai do au ningkalai inda maroban tas.”

Saya ikuti terus alur  bicaranya seolah belum paham jika ia sedang coba melakukan penipuan.

Kata Mandohuk, petugas SPBU membolehkan ia bawa tas tersebut jika saya datang ke SPBU atau minimal telepon mereka untuk memastikan tas itu milik saya yang tertinggal.

Saya pun kembali meminta Mandohuk menyebutkan isi tas agar jika ditanya kedua petugas SPBU apa-apa isi tas tentu sama dengan yang di dapat di kamar mandi.

Catat amangboru ma,” katanya dilanjutkan mengulangi menyebutkan satu-persatu isi tas.

Ijia tinggalna i Medan,” tanya saya agar ia tak terlalu curiga jika saya sudah paham modus penipuannya.

“Patut mei lupa amangboru,” jawab Mandohuk.

Opat dabo i Medan na maramangboru tu au, jadi inda na tinggal i dia do on?” kata saya sembari asal menyebutkan empat nama.

Ia lalu mengakui nama pertama yang saya sebutkan. “Berarti na tinggal di Helvetia i do homo tie?

“Olo amangboru, tai oboto amangboru do uida,” ujarnya.

“Mangecek ma jolo amangboru dohot petugas galon on so salose.”

“Nangkonbe, nasala sasaran doho naget manipu i,” ujar saya.

Mendengar ucapan itu, Mandohuk diam, dan berselang beberapa detik, ia matikan hanphone.

Adong-adong sajo tele…(akhir matondang)

 

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here