BERITAHUta.com—Pernahkah anda melihat jembatan megol kiri-kanan bak goyang Saskia Gotik alias goyang itik? Jika belum, datanglah ke Pulo Padang, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten Mandailing Natal, Sumut. Kondisi jembatan ini sekarang semakin memprihatinkan, seolah hanya menunggu waktu ambruk.
Saat kendaraan bertonase di atas 10 ton melintas di jembatan sepanjang sekitar 70 meter itu, tampak jelas keadaannya sudah rapuh. Apalagi mobil truk milik PKS (perusahaan kelapa sawit) yang membawa sawit atau pasir bermuatan di atas 20 ton lewat, goyangannya semakin mengerikan.
Jembatan ini berada di Desa Pulo Padang, sekitar 300 meter ke arah barat dari jalan raya Simpang Gambir-Kecamatan Natal, atau sekitar 8 km dari pusat Kecamatan Lingga Bayu. Jembatan ini merupakan jalur utama menuju dua kecamatan, yaitu Batahan dan Sinunukan.
Menurut penduduk setempat, jembatan ini dibangun sekitar 30 tahun lalu. Saat ini kondisinya sudah kusam, semua besi bajanya nyaris dibalut karat. Bahkan baja penyangga pada bagian bawah jembatan sudah keropos dan sudah beberapa kali diperbaiki.
Posisi lantai lebih memprihatinkan, nyaris tidak beraturan lagi. Lobang menganga dimana-mana. Jangan sekali-kali berjalan sembari melamun di sini, dipastikan salah satu kaki masuk lobang.
Besi dan paku bekas pengikat antar kayu balok sudah menyebar hampir di sepanjang jembatan .
Menurut warga, sudah ratusan pengendara mengalami pecah ban ketika melintas di atas jembatan. Umumnya disebabkan roda kendaraan yang mereka kemudikan tanpa sengaja terkena paku, besi behel, atau besi plat yang berserakan di lantai terbuat dari kayu balok.
Bagian bawah mobil yang dipakai awak beritahuta.com, Kamis sore (27/9/2018), sempat menyangkut di rel terbuat dari susunan balok. Untunglah, warga dan kru kendaraan yang hendak melintas ikut membantu sehingga mobil bisa naik ke balok jalur ban. Meskipun insiden itu hanya sekitar 10 menit, antrean dari dua arah tampak sudah ramai.
Pemandangan itu menandakan peran jembatan tersebut sangat strategis. Apalagi di sana ada beberapa PKS, antara lain: PT. Sago Nauli dan PT. Guriti.
“Jembatan ini sudah goyang sejak dua bulan lalu. Sebenarnya jika jalur roda kendaraan yang terbuat dari kayu balok tidak terputus, goyangannya tak begitu menakutkan. Tapi kalau rel dari kayu balok tidak menyambung lagi karena pengikatnya lepas, goyangan semakin mengerikan,” kata Sudirman (24), pengendara sepeda motor yang kebetulan lewat di jembatan itu.
Masrin Lubis, pemilik warung di dekat jembatan, menyebutkan sudah sering terjadi kecelakaan di atas jembatan. Beberapa tahun lalu, seorang bocah jatuh ke Aek Pulo Padang yang mengalir di bawah jembatan karena sepeda motor yang dikemudikan ibunya jatuh ketika sedang melintas di atas “titian” itu.
Naas, si anak jatuh ke sungai yang dalam dan deras. Ketika ditemukan, bocah itu telah meninggal dunia. “Sudah bosan melihat berbagai kejadian di atas jembatan. Kalau yang kempes ban, mungkin ratusan kali,” katanya.
Belum lama ini, ban motor seorang pemuda yang mau berangkat kerja tergelicir di lantai kayu balok. Ia tak bisa mengendalikan kendaraannya, lalu terjatuh.
Bahkan tubuhnya nyaris “terjun” ke sungai kalau saja kaosnya tidak menyangkut di kayu, lalu secepat kilat tangannya ditangkap seorang karyawan PT. Guriti yang sedang memperbaiki kayu balok di atas jembatan.
Menurut Herman (32), seorang pengemudi truk, sebenarnya mereka takut melintas di jembatan itu, namun karena tidak ada jalur lain, terpaksa memberanikan diri. “Apalagi pas lewat mobil tangki milik PKS, goyangnya seperti ayunan,” katanya. (tim-01)